DESSERT • taynew ✔

31. Conclusion

Waktu seakan melambat tepat di detik New mengatakannya. Tay terdiam. Pikiran lelaki berjaket denim itu sedang memproses apa yang baru saja ia alami.

Bentar... jadi ternyata dia udah—HAH? NEW TAU DARI MANA?

Detik selanjutnya waktu kembali berjalan. Secepat mungkin Tay bangkit dan mengejar New. Untung saja semua pesanan mereka sudah dibayar sebelumnya, kalau tidak mungkin sang pelayan akan ikut mengejar.

"New! Tungguin gue anjir!" ucapnya seraya berjalan cepat melewati sela-sela meja di dalam kafe.

Beberapa pasang mata mengarah padanya, tapi tentu saja tak dipedulikan. Karena saat ini, di dalam pikiran Tay Tawan hanyalah ucapan New yang berulang kali terputar layaknya kaset rusak.

Tay menemukan New berdiri tepat di depan pintu masuk kafe.

"New, anjir jadi lo udah tau?"

New mengangguk. Senyuman lebar terlukis di wajahnya yang terlihat berseri. Oh, lihatlah. Kedua pipi pucat itu bahkan mulai terlihat merona. "Hehehe." Ia terkekeh.

"Ya ampun." Tay mengusap wajahnya yang sedari tadi terasa panas. Kali ini degupan jantungnya begitu teratur. Ada setidaknya perasaan lega mengalir dalam dada. "Lo tau dari mana—"

"Udah, itu dipikirin nanti aja," ucap New kemudian melangkah semakin dekat dengan Tay, "mau tau jawaban gue gak?"

"Tapi jawab dulu pertanyaan gue tadi, New!"

"Mau tau gak?" Kali ini New menekankan di setiap kata. Langkahnya semakin dekat. Jarak antar wajah hanya sejengkal orang dewasa.

"New, serius—"

Apa yang New Thitipoom lakukan setelah itu membuat seluruh tubuh Tay Tawan membeku. Sesuatu yang lembab dan lembut menempel sempurna pada pipinya.

Sebuah kecupan singkat yang mampu membuat hati keduanya saling berdegup beriringan.

Tay terkejut bukan main. Sahabat sekaligus lelaki yang disukai mengecup pipinya. Realita ini terasa seperti mimpi. Bagaimana mungkin bisa terjadi? Bahkan ia bertanya-tanya dalam hati.

Apa maksud dari semua ini?

Mengapa tiba-tiba sekali?

"Tay, gue juga suka sama lo. Pacaran yuk?"