21|| genggam saja semua perasaanku

821 171 290
                                    

"Jika saja dari dulu kamu yang bertamu dalam hati. Jika saja kamu yang paling awal singgah saat diri hilang arah. Jika saja kamu si penebar tawa lega tanpa asa dari dulu datangnya. Mungkin aku lah manusia terbahagia dalam jagat raya. "

-Hening Anggara Atmaja


***

Getir Pelik Arzana merasakan Bunga-bunga bermekaran indah dalam hatinya. Setelah lama sang kuncup tak juga merekah pada akhirnya ada yang mampu membuatnya semakin indah.

Bagaimanapun, entah jujur atau tidaknya Gara mengungkapkan semuanya. Sudah terlambat, Getir benar-benar jatuh dalam cinta.

Cinta, yang tak pernah ia duga. Cinta, yang tak pernah ia dapat dengan tulus. Cinta, yang tak pernah terfikir dalam benaknya sekalipun.

Benarkah ini, cinta?

Gadis bermata hazel itu merasai suhu tubuhnya yang panas dingin tak menentu. Apakah maksud dari reaksi yang berubah-ubah ini. Membingungkan. Namun yang pasti, baik hati maupun tubuhnya menyukai ucapan Gara.

Apapun tentang Gara, ia selalu suka. Bagaimana cara laki-laki itu memandang matanya tanpa jemu. Atau seperti apa perlakuan manis yang terselubung dalam sikap dinginnya, namun begitu hangat bagi Getir. Tawanya yang baru sekali Getir dengar, nada khawatirnya saat Getir terjatuh, atau kalimat-kalimat larangannya yang menjadi perlindungan bagi gadis itu. Getir sangat suka, semuanya.

Mungkin benar. Ia, jatuh cinta.

"Ge," panggil Gara. Jangan lupakan tangan besarnya yang mengelus pipi Getir tiba-tiba hingga gadis itu terperanjat dari lamunannya.

"Ha? Kenapa Gaga? Maaf gue nggak denger," ucapnya merasa bersalah.

"Jadi, lo nggak denger omongan gue tadi?" tanya Gara takut.

"Emang lo ngomong apa?" Mata gadis itu berkedip dua kali.

"Yang gue suru lo dengerin baik-baik."

Ide jahil terbesit dalam otak Getir, lebih tepatnya ide agar ia tidak terus terjebak dalam keanehan pada setiap inci tubuhnya saat Gara berkata menyukainya. Bukan menyukai, tapi telah jatuh dan cinta.

"Enggak," ucap Getir enteng tanpa beban. Sedangkan Gara dadanya sudah naik turun menahan kesal. Ia sudah pergulatan batin untuk mengatakannya tapi Getir tidak mendengar sama sekali? Gara ingin menculiknya saja.

"Oh yaudah." Cowok itu menghentikan pergerakan tangannya di pipi Getir membuat perempuan itu merasa kehilangan.

Gara berniat meninggalkan perempuan itu karena kesal. Jangan sampai ia membanting kursi yang mereka duduk lalu meninju nya seperti orang kesurupan.

"Mau kemana Gaga?" tanya Getir mengulum senyum penuh kemenangan. Dijahili seperti ini saja sudah menyerah.

"Makanya jangan suka bikin jantung gue sakit pakai kata-kata lo!" batin Getir.

"Balik." Seadanya. Mungkin Gara benar-benar kesal atau sudah marah. Bisa saja.

Memang siapa yang tidak kesal saat diacuhkan. Padahal sedang mengatakan hal penting.

Getir [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang