31|| Mengetuk Pintu Kediamanmu

596 112 21
                                    

"Tugas dalam jatuh cinta adalah memberi, mengasihi dan melindungi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tugas dalam jatuh cinta adalah memberi, mengasihi dan melindungi. Selebihnya silahkan tuan dan nona cari sendiri."

*

**

Senyum cerah secerah siang hari ini, tercetak jelas di bibir Gara.

Ia sudah membeli seplastik penuh susu kotak rasa coklat, untuk gadisnya.

Berharap perempuan itu akan sangat histeris karenanya. Membayangkan raut cerianya, Gara tidak sanggup. Pasti manis sekali, fikirnya.

Pemuda itu mengetuk pelan pintu rumah sang kekasih. Menyiapkan diri dan membaui tubuh sendiri, takut parfumnya sudah tidak berfungsi.

Mau taruh di mana mukanya, kalau yang tercium adalah bau apek?

Tiba-tiba saja dadanya sedikit berdetak tak menentu, tak tahu apa sebabnya. Mungkin, efek rindu yang berlebih.

Tak lama, terdengar sahutan dari dalam di lanjutkan dengann suara decitan pintu.

Terpampang lah sosok wanita paruh baya dengan hijab hijaunya. Nampak anggun dan bersahaja serta keibuan.

Gara yang melihatnya langsung damai hati dan fikirannya, ikut merasakan aura keibuannya begitu saja.

"Siapa ya?"

Wanita itu bertanya ramah, senyum tipis terpatri di bibirnya, mendorong Gara untuk ikut tersenyum juga.

"Saya Gara tante, pacarnya Getir," jawabnya jujur.

Laki-laki itu terus terang sekali, baginya untuk apa di tutup-tutupi, toh dia bukan pengecut yang bilangnya teman tapi di ajak jalan terus-terusan.

Apa lagi yang suka bilang sayang namun tidak ada kepastian. Teman bukan pacar bukan jadinya. Di gantung seperti itu tidak enak sama sekali.

"Pacar ya," katanya.

Sejenak, raut wajah wanita itu yang tak lain adalah Zila nampak terkejut. Tak menyangka, putri polosnya sudah bisa pacaran.

Sedetik setelahnya, raut wanita itu kembali normal. Nampak makin melebar senyumnya.

"Saya mau ketemu Getir, soalnya dia nggak masuk sekolah tadi, saya telfon juga nggak di angkat," curhat Gara tanpa sadar.

"Getir lagi enggak enak badan aja kok," terang Zila.

"Ayo masuk dulu," katanya mempersilahkan dengan raut berseri.

Getir [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang