14|| indah bila diselami

955 189 7
                                    

"Jangan merasa sendiri karena sebenarnya temanmu itu banyak. Iya, banyak yang palsu."

-Hening Anggara Atmaja

***

"Kalau kau suka Lia tepuk tangan!" Mamad bernyanyi di sela-sela obrolan mereka.

"Kalau kau suka Lia tabok Abi!" Mamad benar-benar menabok Abi yang sedang minum sampai tersedak.

"Kalau kau suka Lia marilah pelet Lia kalau kau suka Lia tumbalkan Abi!"

"Jahat banget lo sama gue," ucap Abi dengan wajah nelangsa.

"Muka lo emang pantes sih buat dijahatin, nggak ada kesan wah soalnya hahaha!" Mamad sungguh tega.

Abi balas menendang bokong Mamad, terjadi aksi saling tendnag bokong dalam beberapa waktu sampai mereka letih sendiri.

"Capek gue, Btw Lia siapa woy?" Abi menoleh ke arah Mamad yang cengengesan.

"Itu Anak IPA. Cantik sekali epribadi, pinter lagi. Sayang banget dia gila." Mamad mengecilkan suaranya.

"Kok gila?" Abi mulai tertarik, ia mendekatkan telinganya agar Mamad bisa berbisik.

"Iya gila. Karena Lia gila jadinya gue suka Lo aja. love you Abi," bisik Mamad sensual. Abi membogem wajah Mamad sampai mental ke sofa.

"Anak Bagong," umpat Abi dengan wajah kesal. Dia kira Mamad akan menjelaskan lebih rinci mengenai Lia ternyata ia malah ditipu.

"Daripada lo Anak-"

"Ada dua bocil disini, omongannya dijaga." Gara memperingati, Mamad dan Abi manut dengan cepat.

Kini, Gara dan ketiga temannya serta Getir juga Nafisa telah berpindah tempat ke ruang tamu.

Nafisa bilang, kamar Iky banyak setannya. Padahal yang ia lihat adalah poster Titan Zirah dengan berbagai pose. Gadis kecil itu sampai menangis histeris karena poster yang Iky tempel di pintu memperlihatkan Titan Zirah sedang memakan manusia.

"Kak Gege, ayo kita santet setan itu," ajak Nafisa. Walaupun mereka sudah berpindah tempat, Nafisa masih memikirkan si Titan.

Mata Nafisa yang berkaca-kaca membuat Getir kasihan padanya. Perempuan itu mengusap air mata Nafisa yang meluber di pipinya. Dalam diam Gara memperhatikan interaksi perempuan itu.

"Iya, nanti kita santet sekalian bom aja pantatnya." Getir menenangkan Nafisa dan menghiburnya, seperti Ibu dan Anak saja.

Nafisa mengangguk senang, ia beralih menatap televisi dan menikmati camilan. Getir memangku Nafisa dan tak henti mencium pipinya gemas.

"Mau dong dicium juga," rengek Abi dan Mamad sok manja dengan wajah yang diimut-imutkan.

"Najisin banget muka lo," ucap Gara tak suka jika keduanya memandang Getir dengan cara yang berbeda. Laki-laki itu memutar bola matanya malas, jengkel.

Ia tidak cemburu tapi ia juga tidak mau Getir dilirik laki-laki lain selain dirinya. Sialan, perasaan macam apa ini?

"Iri? Bilang Bos!" Lagi, Mamad dan Abi serempak mengatakannya. Pasangan yang serasi bukan?

"Bos nggak ada yang iri sama bawahan." Gara menunjukkan ekspresi terbaiknya. Iky tertawa sampai asma karenanya.

"Katakan sayang, bila sayang. Katakan Cinta bila cinta." Sambil memetik Gitarnya Iky menoleh ke arah Gara yang menatapnya galak.

Getir [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang