Sincerity {Bagian Lima}

1.7K 177 7
                                    

Selamat membaca. Jangan lupa tandai typo!

Sudah punya bukunya belum?


#amm-wp2023
#autumnmaplemedia







Jam beker berteriak keras ketika waktu menunjukkan pukul tujuh pagi. Suara berisik itu berhasil mengusik ketenangan seorang wanita yang sedang tertidur lelap. Anandira menarik bantal, menutup kedua telinganya menghindari suara menyebalkan jam beker.

Semalam, Anandira harus begadang dan menangis setelah menutup telepon. Hatinya perih setiap kali mengingat curahan hati Fatih tentang perasaan pria itu padanya.

Bagaimana Fatih meminta Anandira untuk membiarkan dirinya untuk berjuang mempertahankan pernikahan mereka? Dan, seberapa besar perasaan pria itu padanya.

“Jam sialan!” umpat Anandira dengan cepat tangannya menyambar jam beker, dan ....

Brak.

Jam berbentuk kodok itu langsung hancur ketika menghantam dinding kamar Anandira. Melihat jam itu tampak mengenaskan, Anandira merasa bersalah. Entah mengapa pikirannya tiba-tiba saja tertuju pada Fatih. Anandira tertunduk, kedua tangannya menutup wajahnya dan tiba-tiba saja air matanya mengalir.
Isakan tangis yang menyayat hati meluncur lirih dari bibir Anandira.

Bohong jika Anandira tidak merasakan apa pun selama hidup bersama Fatih. Kebaikan, kesabaran, kelembutan, dan perhatian dari pria itu nyatanya telah menyentuh hati Anandira. Namun, Anandira tidak bisa membuka hatinya untuk menerima Fatih. Baginya, pria itu bukanlah pria yang dia harapkan untuk menjadi pendamping hidupnya.

Saat Anandira tengah meratapi nasibnya yang buruk, tiba-tiba saja suara ketukan pintu dan teriakan khas mamanya terdengar.

“Anandira, bangun! Istri macam apa yang kerjanya hanya malas-malasan di atas kasur.” Seketika ratapan Anandira menghilang. Anandira lupa jika saat ini dia sedang berada di rumah orang tuanya, tempat di mana dia tidak akan dibiarkan bertingkah seperti seorang putri. Mamanya memang pengganggu yang hebat.

“Pagi yang menyebalkan,” gerutu Anandira sambil merebahkan kembali badannya ke atas kasur. Sama sekali tidak menggubris teriakan mamanya.

Dari balik daun pintu jati suara mamanya terdengar memekakan telinga. Anandira mengerang malas dengan sangat terpaksa ia menutup telinganya.

“Anandira, jangan coba-coba tidur lagi! Bangun sekarang atau pintunya Mama dobrak!” seru Amanda. “Ra, habis mandi langsung turun sarapan. Mama mau ajak kamu ke pasar.”

“Iya, Ma. Iya.” Anandira menyahut dengan setengah hati. Seharusnya Anandira tidak mengiyakan keinginan Fatih untuk menginap di rumah orang tuanya. Beginilah jadinya, dia tidak akan memiliki waktu untuk berleha-leha. Mamanya itu selalu saja merecoki Anandira dengan beragam petuah, salah satunya agar Anandira menjadi seorang istri yang baik. Istri yang taat pada suami. Istri yang bisa menjaga kehormatan suaminya. Dan, masih banyak lagi yang membuat kepala Anandira seakan ingin pecah.

Mengingat betapa banyaknya petuah bijak itu, Anandira merasa ingin tertawa. Geli rasanya harus mempraktikkannya. Apa mamanya lupa jika dia tidak akan bisa melakukan semua itu? Apa Mamanya lupa jika Anandira tidak pernah ingin menjadi seorang istri yang baik untuk Fatih? Rasanya memuakkan, dan menjengkelkan.

Sincerity [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang