Prolog

1K 69 2
                                    

Sebuah pertengkaran hebat melanda rumah tangga seorang pengusaha fenomenal saat itu. Tepat dimalam ketika ia hendak menikmati masa berlibur bersama anaknya. Namun sang istri menyalah artikan ucapannya saat itu.

"Maksudmu, kau akan pergi begitu?" Tanya sang istri dengan suara yang parau menahan tangis.

"S-sayang, aku hanya sebentar. Hanya dua bulan—"

"Hanya?" Sang istri mengerutkan dahinya heran. Apakah Namjoon benar-benar lupa dengan keadaan? Ia sering keluar negeri guna mengurus cabang perusahaannya, hingga melupakan waktu untuk keluarga. "Joon, asal kau tahu. Aku memang sudah menikah, dan mempunyai anak. Tapi entah mengapa, aku tak bisa merasakan bahwa aku telah memiliki suami."

Namjoon kini ikut mengerutkan dahi dan menatap tajam sang istri. "Apa maksudmu?"

Sang istri berdiri dari tempat duduknya dan menarik nafas panjang. Ia hembuskan nafas itu, walau dengan air mata yang mulai meleleh. "Ayo kita bercerai."

Kalimat tersebut langsung membuat Namjoon berdiri dan menyentuh pundak sang istri. Ia menatap sang istri, meminta penjelasan tentang semua ini. "Jae, kau—kau jangan berfikiran seperti itu, sayang aku hanya dua bulan, setelah itu janji, aku akan melepaskan cabang disana, dan membiarkan pihak sana untuk mengurus keperluan selanjutnya."

"Joon!" Jae memandang Namjoon dengan tatapan nanar. "Aku tau setiap lika-liku mu menjalankan perusahaan. Membantumu berjalan bersama hingga sukses seperti saat ini. Tapi aku menyesal, karena hal itu. Karena hal itu membuat kita jarang bertemu, bahkan memiliki waktu bersama dengan Taki. Lebih baik akhiri semua ini. Aku akan merawat Taki. Kau bisa mengunjunginya bila lenggang."

Jae melepas kedua tangan Namjoon dan berjalan menuju kamar villa tersebut. Ia membereskan semua barang-barangnya, termasuk barang milik Taki. Bocah kecil berumur lima tahun yang harus menelan pil pahit disaat dimana seharusnya ia bisa menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya.

Jae tak tega membangunkan Taki yang sedang terlelap, mengingat jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Ia lantas mencari taksi online yang bisa mengantarkannya menuju rumahnya.

Dilain sisi, Namjoon sudah kalap. Ia sudah mencegah sang istri agar tidak meninggalkannya. Namun, istrinya belum dapat menerima itu semua. Terlebih Namjoon tetap bersikukuh akan pergi ke Hongkong untuk bisnis barunya disana. Ini adalah cabang ke empat perusahaan Namjoon yang berada di luar negeri. Ia menjalankan bisnis di perusahaan makanan ringan khusus anak-anak.

Ia melihat sang istri keluar kamar dengan menggendong Taki. Ia segera menghampiri sang istri dan hendak memeluknya. Namun sang istri bergerak mundur beberapa langkah. "Sejujurnya aku tak mau menjadi janda. Namun akan lebih menyakitkan bila aku memiliki suami, tapi suamiku bahkan jarang menghubungiku, dan menanyakan kabarku. Terima kasih Namjoon."

"Jae—"

Jae berlalu dan enggan menoleh ke belakang. Ia membuka pintu villa, walau hujan masih terus turun, dan gemuruh menambah suasana menjadi buruk, ia tetap akan pergi. Ia mencintai Namjoon. Sangat. Namun ia sakit, bila Namjoon masih lebih memilih perusahaannya ketimbang keluarga.

A D O R A B L E (KNJ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang