Secret 12 - Babang Ocong

360 42 23
                                    

Selamat malam kaum rebahan. Apa kabar semua?

Pada menantu extra update, ya?

Baeklaaaah. Karena gue baik, maka, gue persembahkan part ini khusus kalian yang masih menunggu belahan jiwa datang menjemput. Eaaaak!

****

Happy reading 😘😍

Masih terlalu pagi buat gue ngurusin yang model beginian. Mau menghindar juga udah terlanjur. Aroma busuk makin tercium di hidung gue. Yang artinya si Ocong sudah semakin dekat.

Gue yakin, itu Ocong tau gue bisa lihat dia.

"Bal, gimana mau pakai telor apa enggak?"

"Huh?"

BERENGSEK!

Ketika gue menengadah, gue melihat itu pocong udah di sebelah Mbak Hani. Sialan!

Malas berurusan, mending gue pergi daripada panjang urusan. Gue pura-pura nggak melihat dan menarik tangan Mbak Hani.

"Kita makan di tempat lain aja, yuk?"

Gue meminta Mbak Hani untuk naik ke atas motor. Tanpa ba-bi-bu gue langsung menyalakan motor dan pergi.

Itu Ocong nggak bakal ngikutin gue kan?

Sejujurnya, gue sedikit nggak tega sama itu Ocong. Kelihatan banget mau minta tolong sama gue.

Gue juga sebenernya nggak tega lihatin itu Qorin dimanfaatkan. Hanya saja, gue malas berurusan sama yang bukan urusan gue.

Kalau ada yang bertanya, "Apa itu pocong termasuk ruh manusia yang telah meninggal?"

Bukan!

Ketika kita meninggal, semua urusan dunia akan terputus. Ruh kita akan diambil, hanya jasad saja yang terkubur. Nah, kalau ada hantu yang mirip sama kita, maka itu bukan kita. Melainkan, jin Qorin namanya.

Jin Qorin itu sudah ada sejak kita lahir. Tugasnya yaitu mendampingi kita. Untuk sifat, banyakan sih negatif, ya. Jadi gimana manusia yang dia ikutin saja, kalau emang baik, atau dia beriman, pasti si Qorin akan kalah suara.

Jadi ketika lu mati, terus ada orang yang bisa hantu lu, maka itu bukan sebenernya lu. Itu hanya jin yang merupai lu. Paham ente?

"Bal, gue dah laper," rengek Mbak Hani.

Gue sampe lupa kalau bawa boncengan.

"Bentar lagi, Mbak. Bubur ayam di depan masjid itu enak."

"Kok bubur si, Bal? Nggak kenyang dong gue!"

Masih mending nggak kenyang daripada gue biarin lu makan ketoprak rasa belatung.

"Kenyang. Makannya pake bismillah pasti kenyang," kekeh gue.

Gue merasakan tabokan Mbak Hani di punggung gue.

Sebenarnya sih, kalau lu terpaksa masuk ke rumah makan yang ada penglarisnya, cukup berdoa saja sebelum makan. Bukan foto dulu sebelum makan. Pada suka keblinger kadang, ya?

Kalau lu berdoa, insya Allah makanan itu akan baik meski kena liur Ocong atau makhluk lain sejenisnya. Karena yang dimasak si penjual jelas kan pakai bahan manusia, bukan dari alam lain. Iya, kan? Hanya saja itu tercampur. Tercampur iler maksud gue.

Udah ah, gue lelah kalau harus ceritain. Mending gue nikmatin pelukan Mbak Hani di belakang gue. Enak, coeg. Empuk. Haha.

Ini baru yang namanya rejeki nomplok.

Forbidden SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang