Secret 07 - Praduga

333 45 12
                                    

Sebelum baca, wajib pakai ritual iklan duluuu. Apaan tuhh??

Jangan lupa vote dan komen, yaww :)

Happy Reading.

"Oi, Bal, bangun. Iqbal, Bangun!"

Suara perempuan mengusik pendengaran gue. Sedikit kaget, gue akhirnya berhasil membuka mata.

"Astaghfirullah." Gue lantas bangun dari tidur.

Masih hidup gue ternyata.

"Minum dulu," kata suara perempuan yang berada di kamar gue. 

Menuruti, gue mengambil botol air mineral yang ada di meja nakas.

"Lu nggak pa pa?"

Gue menatap gadis cantik di depan gue. Nera rupanya. Gurat kecemasan terlihat jelas di wajah pucatnya.

"Nera? Ngapain lu di sini?"

"Perasaan gue nggak enak aja sama lu, jadi gue ke sini. Eh, ternyata bener, kalau lu lagi nggak baik-baik aja."

"Ada yang narik gue. Nggak biasanya kaya gini," aku gue.

Gue bisa mengendalikan kekuatan gue, beda dengan Anjani yang belum bisa mengendalikan proyeksi astral. Gue bisa pergi ke mana aja gue mau, termasuk ke tempat Anjani pergi atau menarik gadis itu buat datang ke dimensi yang gue buat.

"Iya, gue tau. Dan lu tadi pergi ke tempat yang nggak bisa gue datangi."

"Maksud lu apa, Ner?"

"Ada sesuatu yang besar di balik semua ini, Bal. G-gue ...." Suara Nera terdengar sedikit ragu. Nggak. Nera terlihat ketakutan.

Belum sempat Nera melanjutkan kalimatnya, suara pecahan kaca mengalihkan atensi gue.

Netra gue menemukan foto keluarga yang gue pajang di dinding jatuh ke bawah. Gue bangkit dari tempat tidur dan menyingkirkan pecahan kaca frame.

Foto gue sama Nenek dan Kakek yang diambil sehari sebelum Nenek divonis penyakit gagal ginjal.

Menatap potret Kakek yang masih terlihat gagah meski usia beliau tak lagi muda.

Entah mengapa gue merasa ....

"Ner?"

"Hmm."

"Menurut lu, kematian mereka itu masuk akal nggak?"

"I-i-tu ...."

Gue mengalihkan badan dan menatap Nera curiga.

"B-bukankah hidup dan mati itu sudah menjadi ketentuan Tuhan? Makhluk seperti kita nggak memiliki kekuatan untuk membunuh manusia." Nera mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Kalian emang nggak bisa membunuh manusia, tapi kalian bisa bikin celaka manusia." Gue menatap Nera tajam.

Meski gue memiliki indra, bukan berarti gue tau apa yang akan terjadi di masa depan. Karena masa depan hanya menjadi rahasia Allah. Termasuk perihal jodoh. Gue bukan Anjani, atau Omah yang bisa memprediksi masa depan. Bahkan, Anjani saja bisa salah.

Karena sesuatu yang rahasia memang lah rahasia. Kecuali Tuhan memang ingin menunjukkan kuasa-Nya agar kita sebagai manusia tetap ingat kepada-Nya.

"Gue udah dua kali datang ke rumah lama, tapi gue masih nggak paham korelasinya."

"Mungkin lu cuma mimpi," ujar Nera.

"Gue bisa bedain mana mimpi dan bukan, Ner!"

Gue menatap Nera curiga. Sepertinya ada yang dia sembunyikan.

Forbidden SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang