2

3.3K 18 1
                                    

Prangg...

Dukh..

"Hiks..hiks..aku benciiiii..aku benciiii" teriak Dahlia di dalam kamarnya yang gelap.

Brakkk..
Suara pintu di dobrak membuat dahlia mengalihkan pandangan ke arah pintu yang sudah terbuka lebar.

Delon mematung melihat kondisi adiknya itu . Baru kali ini delon melihat dahlia hancur hanya karena seorang laki-laki . dengan berhati-hati delon melangkah mendekati adiknya berharap dia bisa bertanya dengan baik baik kepada adiknya.

Delon merengkuh tubuh adiknya yang terduduk di atas lantai dingin itu. Mencoba menyalurkan ketenangan pada dahlia yang kondisinya sangat memprihatinkan.

"Kamu yang kuat, Bryan udah tenang disana, kamu harus ikhlas menerima kenyataan karena dia juga sebenarnya ga mau ini terjadi"ucap Delon sambil mengusap kepala adiknya.

Mama dan papa mereka yang sedari tadi berdiri didekat pintu pun menghampiri mereka yang sedang terduduk di lantai.

"Sayang, kamu harus ikhlas, biar Bryan juga tenang disana"ucap Mia yang sangat terpukul melihat kondisi putrinya yang sedang memprihatinkan.

"Kenapa ga dari awal dia bilang ma"ucap dahlia yang masih tidak menatap satupun dari anggota keluarganya.

"Sayang bryan pasti punya alasan untuk tidak memberitahu kamu tentang itu" timpal Dion, sang papa.

"Kenapa dia pergi juga, kenapa dia ninggalin aku , kenapa satu persatu orang yang aku sayangi pergi"lirih Dahlia dengan menyembunyikan wajahnya di dada Delon.

"Shuuut, kamu ga boleh ngomong gitu , udah takdirnya mereka pergi duluan"hati Mia teriris kala mengatakan sambil mengingat masa kelam Dahlia.

"Kenapa ga Dahlia aja yang pergi nyusul bun-"

"Hey, anak papa ga boleh ngomong gitu, kamu tau ngga? Orang yang ngomong gitu,artinya dia melawan kehendak Tuhan, dosa Lia"tukas Dion.

"Tapi pah, kayaknya apa yg diomongin sama Tante Ita bener deh pah, kalau aku ini pembawa sial"ujar Dahlia menahan sesak di dadanya.

"Engga sayang , kamu ga gitu, kalau kamu dengerin apa kata Ita , berarti kamu ga kenal diri kamu, kamu berharga " ucap Mia dengan air mata yang mengucur begitu deras.

Dahlia pun memeluk Mia dengan erat, sungguh ia tak menyangka bahwa dia begitu berharga bagi mereka.

Delon dan Dion pun memeluk kedua perempuan yang mereka sayangi.

Dahlia POV

TUHAN terimakasih karena telah memberikan waktu bagiku untuk menjadi anggota keluarga di sini. Aku punya mama ,papa dan juga kakak yang mau menerima segalanya tentang diriku.

Mah, pah aku minta maaf kalau selama ini aku udah sangat lemah walau hanya hal kecil .

Aku janji, aku janji bakal anak gadis yang kuat buat kalian.

Ga akan aku biarin kalian terluka dan merasa terbebani sama sikap lemah aku.

***

"Mah,jangan bangunkan Dahlia dulu, biarin dia nenangin diri,mungkin masih terpukul mah"cegah Dion kala melihat Mia yang akan menaiki tangga.

"Kalau gitu bangunin Delon aja deh pa"ucap Mia lalu menaiki anak tangga.

Namun saat Mia melewati kamar Dahlia,pintu kamar Dahlia pun terbuka , menyuguhkan sosok remaja cantik dengan tampilan yang lebih rapi dengan seragam sekolah nya.

"Morning mah"sapa Dahlia pada Mia yang masih memandang nya dengan tatapan bingung.

"Morning nak"balas Mia dengan canggung,dan heran.

"Aku kebawah duluan ya mah" ucap Dahlia dan pergi menuruni tangga saat setelah Mia mengangguk.

Di meja makan kali ini yang terdengar hanya denting sendok dan piring yang terdengar di ruangan makan keluarga itu. Mia dan kedua lelaki yang ada di ruang itu merasa heran melihat Dahlia dengan tampang santai namun datar dan dingin menyantap sarapan seolah tidak ada yang terjadi sebelumnya.

Ya setelah kejadian semalam dan paginya Dahlia terlihat tenang namun terlihat datar dan dingin.

Dan disini lah Dahlia sekarang, di kelas musik yang sudah sejak tadi kosong. Menekan tuts piano dengan mata terpejam.

Pagi tadi sudah cukup menjadi beban berat baginya. Menutupi semua luka yang timbul kembali dari masa lalu nya ,menutupi dengan senyum tipis dan sikap datar nan dingin nya.

Flashback on

"Pagi"sapa Dahlia yang menuruni tangga dengan seragam sekolah nya.

Seketika Dion mendongak dan sedikit heran melihat putri nya yang telah mendudukkan diri di salah satu kursi .

"Pagi Lia "balas Dion dengan rasa heran nya.

Setelah itu tak ada yang membuka obrolan diantara mereka sampai Mia dan delon menuruni tangga dan lalu duduk di kursi masing-masing.
Tentu dengan rasa heran mereka juga.

"Dahlia, kamu masuk sekolah?"tanya Mia setelah mengamati putrinya itu.

"Iya ma"Jawab Dahlia seadanya.

"Kamu beneran masuk Lia ?"tanya Delon lagi.

"Hmm"jawab Dahlia dan memakan sarapannya.

"Aku telah banyak merepotkan kalian, semua nya perbuatan baik yang kalian berikan membuat ku sadar aku harusnya tak seperti ini, aku takut jika kalian terlalu mencintaiku dan memanjakan aku , perbuatan ku akan menyakiti kalian  tak bisa kulanjut kan  hidup ku yg seperti ini, pilihan ku untuk berubah waktu itu adalah keputusan yang salah, maaf" batin Dahlia,dengan perasaan bersalah.

"Aku berangkat ma , pa , kak" ucap Dahlia lalu mengamit Mia dan Dion lalu melenggang pergi .

Flashback off.

"Kalian terlalu berharga" lirih Dahlia dalam hayatan hatinya.

***

"Mama ga yakin Dahlia bakal mau ikut pah"ucap Mia pada suaminya itu.

"Kita tanya dulu saja dia , kalau dia ga mau, ya kita kasih opsi sama dia"jawab Dion meyakinkan.

"Lalu bagaimana dengan Delon?" Tanya Mia .

"Mau tidak mau , Delon harus ikut , karna ini juga menyangkut masa depan dia"jawab Dion yang mencoba membujuk Mia.

"Tapi pa, mama ga mau pisah dari Dahlia , Dahlia itu anak kita , walau gimana pun , aku ga akan kuat pisah lama dari dia"lirih Mia dengan pandangan mata sayu nya.

"Mah, kita ga boleh maksain kehendak, makanya kita tanya dulu Dahlia nya, dia mau ikut atau tidak"ucap Dion menenangkan Mia

"Nanti kita omongin sama anak anak , sebaiknya mama istirahat aja ya" sambung nya lagi.






Tbc
***

Ngawur ya? Sorry , masih belum bagus halu nya, di next part bakal dibuat yg sad gitu. 

See you again

D'BartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang