1

20.8K 1.5K 42
                                    

Seorang laki-laki berseragam putih abu-abu sedang terduduk di taman kota. Di terlihat tersenyum sambil memperhatikan tangan kanan nya yang berlumuran darah.

"kalau pun tadi gue mati kayanya nyokap bokap juga bakalan seneng" monolog nya, terlihat dari tatapan nya yang hancur dan juga senyum getir.

Tidak lama bunyi telfon dari dari saku celana memecahkan keheningan yang dia buat sendiri.

"apa?"

'dimana lo?'

"taman kota"

'gue kira ketangkep polisi tadi'

"gak lah gila, buat apa gue punya kaki kalau gak bisa lari"

'ya udah, gue matiin dulu ya, ati-ati lo'

Telfon terputus. Membuat dirinya menghela napas.

Tidak lama datang seorang anak laki-laki berbaju putih yang sedang memegang ice cream. Dia tampak terdiam sambil memperhatikan tangan kanan milik pemuda itu.

"papa!" ucap anak laki-laki tersebut

"hah? Gue papa lo?" balas Vero meyakinkan anak kecil di depan nya.

"kata Bunda, Papa Brian orang nya manis. Nah om manis" balas anak tersebut. Vero yang mendengar hal tersebut hanya bisa mengacak-ngacak rambutnya gemas.

"Tangan nya bel-beldalah" ucap Brian ketika melihat tangan 'papa' nya berlumuran darah.

'gak mungkin kan dia punya anak segede ini' ucap Vero dalam hati.

"Papa!!!!" teriak Brian dengan mata berair, dia menangis karna tidak mendapatkan respon dari Vero.

"Papa, jangan diem aja. Brian takut" tambah Brian. Pemuda itu terdiam dan mengacak rambutnya gemas lagi. Masalah apa lagi ini. pikirnya

"hai, nama kamu Brian? Kenalin nama kakak Vero" balas Vero sambil tersenyum. Anak laki-laki di depan nya terdiam sesaat karna melihat senyum manis milik Vero.

"papa! Om Vero papa nya Brian kan?" Ucap Brian yakin. dia tetap pada pendirian nya kalau laki-laki yang menggunakan seragam Sma di depan nya adalah papanya.

"Kakak bukan Papa nya Brian. Kakak masih Sekolah" balas Vero sambil tersenyum.

"O-oh... gitu ya Om, ya udah deh Brian pelgi dulu ya Om. Mau pulang udah sore, nanti Bunda nyariin Brian lagi. Bye... Om" kata Brian sebelum pergi meninggalkan Vero sendirian

Vero menghela napas nya lelah, dia menutup matanya dan mendengakan kepalanya. Tidak lama dia merasa kan dingin di tangan kanannya. Dia menoleh dan melihat Brian sedang menumpahkan air dingin dari botol minum yang dia bawa. Vero hanya memperhatikan tanpa banyak bertanya. Terlihat senyum di bibirnya melihat perlakuan manis dari anak berumur 4 tahun tersebut.

"Nah udah belsih. Nih Om tadi aku beli handsaplast biar luka Om gak berdalah lagi" ucap nya samba memberikan barang yang dia maksud kepada Brian.

"Bye.. Om hati-hati ya om engga boleh luka lagi" perintah Brian sebelum benar-benar menghilang dari pandangan Vero. Vero tersenyum senang sambil memperhatikan tangan nya yang masih belum kerin sempurna itu.

'Ternyata masih ada ya yang peduli sama gue' monolognya.

-------

"Bundaaaaaa uaaa ding ding walawa ding ding, Bunda uaaa ding ding wa ding ding" ucap Brian ketika berjalan memasuki rumah nya, dia terus bernyanyi sambil mencari Bunda nya yang tidak ada di ruang tamu.

"Kakak! kok nyanyi nya gitu?" ucap sang Bunda yang baru keluar dari kamar.

"Eh emang salah ya Bun?" tanya nya bingung, pasalnya dia mengetahui lagu itu ketika jalan pulang ada anak kecil yang bersenandung seperti itu.

"Ya salah dong kakak, kamu belajar dari mana nyanyian kaya gitu?" Tanya sang Bunda heran.

"Tadi bun, ada anak kecil kaya ian nyanyi kaya gitu, ya udh ian nyanyiin buat bunda deh" jawab Brian sambil tersenyum

sang Bunda hanya bisa tersenyum dan berjongkok agar setara dengan putra kecilnya.

"ya udah, kamu sekarang mandi. bau keringat" ucap Sheira ketika mencium bau tak sedap dari badan putranya.

-------

Hai haii haii

Kali ini aku pake cast yang imut-imut yaaa hehehe

Papa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang