6. Peristiwa Menegangkan

24 5 0
                                    

Hampir setegah jam aku menunggu, dan akhirnya mereka keluar juga dari restoran itu. Aku yang sejak tadi duduk di dalam mobil langsung membuka kaca dan melihat mereka dengan raut wajah riang karena merasa kenyang setelah menyantap makanan.
Sementara aku mencoba tidak menampakkan rasa sedihku karena mendapat kabar bahwa oma sakit, dan mencoba tetap ceria di hadapan mereka.

"Emmm, makanan di restoran ini ternyata enak sekali kan ky, liat perut ku hampir buncit begini karena kekenyangan. Aku puas sudah memakan fried chicken dua porsi sekaligus."
Celoteh Aldo sambil melirik ke arahku. Dia pasti mencoba membuatku iri. Satu porsi yang harusnya milikku, kini sudah diproses menjadi feses di dalam perut Aldo. Aku jadi semakin lapar dan hanya mampu menelan ludah.

"Biar Zaky yang nyetir, papa istirahat saja duduk di belakang."
Ucap Zaky pada om Hendra, ia langsung meminta kunci mobil dan memegang kemudi.

Zaky akan mengemudi hingga tiba di bandara. Dan kini tentunya ia sedang duduk di kursi sebelah ku.

"Nih..."
Tiba-tiba Zaky menyerahkan bingkisan padaku. Perlahan mobil berjalan dengan mulus.

"Apa ini?"

"Fried chicken yang tadi di pesan papa. Aku sengaja membubgkusnya untukmu. Kau pasti lapar."
Aku sedikit bingung.

"Bukannya sudah di makan Aldo?"
Tanyaku saat mengingat sindiran Aldo yang mengatakan bahwa ia telah memakan dua porsi.

"Mana mungkin aku makan sebanyak itu. Kau pikir perut ku ini perut apa?" sambar Aldo yang duduk di belakang sebelah om Hendra.
Aku hanya tersenyum meskipun sedikit kesal mendengar jawaban aldi yang nyolot.

Zaky terus konsentrasi mengendarai mobilnya, sementara aku membuka bingkisan itu yang isinya komplit dengan nasi beserta sayur dan memakannya perlahan. Rasanya memang lezat, tak kalah dengan fried chicken direstoran tempat ku bekerja.

"Enak?" tanya Zaky yang ternyata memperhatikan ku makan.
Aku mengangguk, dan terus melahapnya beserta nasi.

"Uhuk...uhukk...uhukk." Aku tersedak saat mobil itu tiba-tiba terguncang karena Zaky tidak sengaja melewati jalanan yang berlubang.
Zaky tampak kaget dan segera merogoh laci untuk mencari Aqua. Ia langsung menghentikan mobilnya dan memberikan Aqua itu padaku.

"Minum ini!" titah Zaky
"Diva sorry, aku tidak lihat kalau jalannya ada yang rusak, kamu jadi tersedak begini."

Kulihat raut wajah Zaky benar-benar panik saat aku tersedak karenanya.

"Kamu tidak apa-apa kan?"

"Iya, berkat Aqua darimu."

"Ini semua karena aku yang tidak hati-hati membawa mobilnya."

"Sudah ky. Aku baik-baik saja."
Melihat wajahnya yang panik seperti itu, aku semakin menyukainya. Ia begitu khawatir, padahal aku hanya tersedak biasa.

Jika dipikir, sepertinya ada yang aneh. Sedari tadi aku tidak mendengar suara Om Hendra ataupun Aldo. Seperti hanya aku dan Zaky yang ada didalam mobil itu.
Saat kulihat kebelakang, ternyata mereka sudah tertidur dengan pulas, saking pulasnya sampai tidak merasakan guncangan dimobil yang begitu kencang. Tampaknya mereka sangat kelelahan.

Tiba-tiba Zaky keluar dari mobil membuatku kaget.

"Ehh, ky. Mau kemana?

"Ayo keluar sebentar, biarkan mereka tidur dengan pulas."

Aku menurutinya dan keluar mengikuti langkah kecilnya menuju pepohonan yang rindang, dan duduk di sebuah kursi panjang bercat putih.

"Kenapa malah duduk disini? Kita harus segera ke bandara. Kalau ketinggalan pesawat bagaimana?"
Tanyaku heran. Zaky lalu tersenyum santai dan menarik tangan ku agar aku duduk di sebelahnya.

"Aku ingin menghabiskan waktu dengan mu. Sebentar saja."

"Bukan nya selama di gunung es itu kita selalu bersama?"

"Beri aku waktu bersamamu, sebentar lagi. Jika sudah di Jakarta, tidak mungkin kita bisa duduk berdua seperti ini."

Zaky membuatku semakin gugup saja, tapi hatiku merasa senang mendengar perkataan itu darinya. Ia meraih tanganku, lalu menggenggam nya erat.

"Aku pasti akan merindukan moment bersamamu." bisiknya ditelingaku. Lalu tersenyum menatap kegugupan ku. Ia membuat aku semakin menyukainya.

"Sebaiknya kita kembali saja ke mobil. Aku takut kita akan ketinggalan pesawat." pintaku mencoba menghilangkan kegugupan yang terus menyelimuti.
Tanpa melepas genggamannya, kami berjalan kembali menuju mobil.
Bergandengan tangan dengannya, adalah hal yang kunantikan sejak bertemu.

****

Kini Zaky telah duduk di depan kemudi seperti semula. Om Hendra dan Aldo masih terlelap.
Baru kusadari, arah jalan yang saat ini sedang kami lewati, jantungku tiba-tiba berdetak kencang.

"Ini bukannya jalan menuju bandara Lukla?" tanyaku sedikit merasa takut.

"Iya. Enam menit lagi kita akan sampai. Kmu tenang saja. Kita akan aman."

Zaki mencoba menenagkanku. Tapi tetap saja aku merasa takut.
Bandara ini berada di lokasi yang sangat strategis. Namanya Bandara Tenzing-Hillary. Tapi kebanyakan orang mengenal nya dengan sebutan bandara Lukla. Letaknya memang paling dekat dengan pegunungan Himalaya. Tapi tempat ini diakui sebagai bandara yang paling berbahaya dan sangat mengerikan oleh pilot. Dikarenakan memiliki landas pacu yang pendek, tikungan nya tajam, dan diujung landasan adalah jurang yang curam.
Melihat dari gambarnya saja sudah membuat nyaliku ciut untuk menumpangi pesawat.

Deg.... Zaky menghentikan mobilnya, dan kami sampai dibandara itu. Kemudian ia membangun kan Aldo dan Om Hendra.
Sementara aku sangat gemetar, merinding dan semua rasa takut kurasakan. Jika tidak bisa selamat saat akan melakukan penerbangan, tentunya aku akan mati dan tidak bisa bertemu oma lagi. Pikiran ku kacau saat itu. Tubuhku panas dingin dan ketakutan.

"Sudah, jangan takut. Aku ada di samping kamu. Yakinlah kita akan tiba di Jakarta dengan selamat."

Zaky terus membuat ku tenang, dan aku berusaha memberanikan diri menaiki pesawat disanaa.

❤❤❤

Love MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang