18. Senyuman Pertamanya.

8 3 0
                                    


Tak terasa sudah sebulan lamanya aku hidup sendiri dirumah mewah ini. Rasanya aku sangat kesepian meskipun setiap harinya Reni berusaha menghiburku. Namun aku berusaha agar tidak latut dalam kesedihan.

Pagi itu aku berpakaian rapi, lalu menuju ke bengkel Haris. Namun yang kulihat hanya para karyawannya.

     "Haris nya ada Om?" tanyaku pada salah satu karyawan.

     "Pak Haris ada di gedung sebelah mengurus dealernya. Kalau mbak mau keruangannya ada di lantai 12."
Aku mengangguk paham. Lalu menuju gedung tinggi disebelah bengkel itu.

Aku masuk setelah mendapat izin dari satpam untuk menemui Haris. Masuk loby, mataku dimanjakan oleh warna-warni mobil mewah yang dulu ingin kuhancurkan. Jika tidak bisa hancur,  setidaknya bisa menjadi milikku. Tapi untuk apa mobil sebanyak ini. Aku menuju lift dan tiba dilantai 12 setelah beberapa menit. Diruang kerjanya,  Haris tampak sibuk menekuri layar laptopnya. Ia tampak sangat fokus sampai tak menyadari aku terus memperhatikan nya dari jendela kaca luar. Ini pertama kalinya aku menuju keruang kerjanya,  melihat ia bekerja.  Ternyata dia memang luar biasa.

Aku mengetuk pintu,  dan Haris kaget aku ada disana.

    "Diva?  Kenapa kemari? "

     "Aku suntuk dirumah, tidak ada kerjaan. "

     "Lalu kamu mau melamar kerja di sini?"

Aku tertawa kecil mendengarnya, kemudian duduk dihadapannya tanpa ia persilahkan.

     "Apa kamu sibuk? "

     "Tidak terlalu.  Tapi kalau mau melamar kerja, kau langsung temui saja HRD nya. Ruangan nya ada di back office.  Nanti kamu bisa tanya-tanya apa persyaratan nya. "

    "Bukan Ris. Aku kesini karena butuh pendapat darimu. "

    "Pendapat apa?"

     "Sekarang aku tau.  Kamu satu-satunya orang yang dipercaya Oma selama ini. Rasanya berat jika aku melakukannya tanpa pendapat darimu."

     "Baiklah. Katakan kau butuh pendapat apa."
Haris menutup laptopnya lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi.

    "Emm,,,  aku merasa,  rumah Oma terlalu besar untukku yang hanya tinggal bersama Reni. Aku ingin tinggal ditempat yang lebih kecil saja."

     "Maksudmu, kau akan menjual rumah Oma dan membeli rumah baru yang lebih kecil? "

Haris memotong pembicaraan ku
Kadang hal seperti ini yang membuat suasana hatiku berantakan.

     "Apa tidak bisa kau dengarkan dulu sampai aku selesai bicara?"

     "Oke, lanjutkan!"

      "Aku ingin rumah itu menjadi Hotel. Cukup mengubah bentuknya saja. Ruanh kosong dilantai 2 rumah Oma bisa dijadikan kamar, dan ruang tamu direnovasi kembali untuk dijadikan loby dan tempat resepsionis. Selebihnya aku ingin menambahkan ruang konferensi,  untuk acara meeting, acara ulang tahun, atau pernikahan dengan uangku sendiri. Kau setuju kan? "

Haris meletakkan tangannya di dagu,  ia berpikir sejenak lalu tersenyum. Aku sedikit kaget. Ini seperti pertama kalinya aku melihat senyuman terpancar di bibirnya. Ia terlihat lebih tampan dan cool saat seperti itu. Tapi aku tidak peduli.

     "Kalau begitu aku akan carikan arsitek terbaik untukmu. " ucapnya kemudian.

      "Jadi kamu setuju? Tapi tak hanya itu.  Aku akan menambah gedung diatasnya kira-kira 5 lantai.Tabunganku pasti cukup."

   "Apa kamu benar-benar yakin tabunganmu akan cukup? "

    "Tentu.  Jumlahnya sangat banyak. Aku tidak tidur tiga hari tiga malam karena menghitung uang."

     "Baiklah, aku setuju. Nanti akan kubantu sebisanya."
Setelah ini tentu aku akan meminta surat izin dari pemerintah dan segera mendirikan Hotel. Kini kebahagiaan mulai sedikit memancar diwajahku.  Semoga kesedihan tidak akan datang lagi.

❤❤❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang