September

5 1 0
                                    

Kepada, September.

_______

Selamat datang September bulan penuh tawa dan air mata. Ada kenangan adapula kepedihan. Semua tercampur aduk.

Setelah kepergian Agustus beberapa Jam yang lalu, aku tersadar bahwa waktuku tidak banyak dan merengkuhmu aku tak mampu. Sekiranya melihatmu datang dan menyambutmu dengan hati yang lapang sudah menjadi hal terindah. Meski air mata tak kuasa dibendung sesudahnya..

September, aku bimbang. Antara akan bersedih atau tersenyum dalam menyambutmu. Kau adalah pelita sekaligus pedang. Bisa membuatku bahagia sekaligus sekarat dalam waktu yang bersamaan. Bagaikan lampion ditengah malam sekaligus sebagai ruang tanpa udara.

Aku pengap, namun aku bahagia. Aku tertawa, namun aku menangis. Ibarat saklar lampu yang bisa diatur. Bagai hitung mundur waktu yang siap meledak kapanpun.

Ada penyesalan dan ada kebahagiaan dikala aku sebagai manusia hina hadir dimuka bumi sebagai manusia yang tidak pernah merasa bahwa diri ini begitu hina. Bahkan menganggap diri begitu baik. Sedang hati telah berwana hitam saking banyaknya kebodohan yang terukir.

Aku adalah sajak dibulan September. Bukan Agustus, sebab Agustus adalah bulan yang begitu indah. Aku juga bukan tak menyukai September, aku sangat mencintainya selayaknya aku mencintai diriku sendiri. Aku juga membenci September, seperti aku membenci diriku sendiri. Namun, September adalah bulan yang sulit. Sesulit aku menjilat siku ku sendiri. Rumit selayaknya rumus phytegoras yang selama ini tak pernah aku pahami.

September itu penuh sejarah dan misteri layaknya tanggal kemerdekaan. Tapi ini lebih ke arah diam dan sunyi. Tak bersuara. Hening. Sejarahnya rumit selayaknya kisah peri Atmos yang tak pernah terkuak.

Hitam layaknya arang namun terdapat bubuk abu-abu yang menandakan nya siap untuk ditempa. Pikiran September sulit untuk ku telaah selayaknya pelajaran biologi dikelasku.

Makin kesini aku semakin membenci September, bukan yang akan tiba. Namun, yang telah berlalu. September yang lalu tak pernah memberikan setitik cahaya, hanya kelam yang semakin gelap.

Di September kali ini, aku berharap warna hitam tahun lalu bisa berubah sedikit demi sedikit menjadi abu-abu dan berakhir putih.  Tak ada lagi hitam yang menggoresnya.

Ah September, bukankah kau rindu senyumku?.

______

Terima kasih.
Salam hangat

Nn.hawa02

Sajak Orang Terhina.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang