O.3

4.2K 758 51
                                    


Sorry for typo(s)






Dua bulan telah dilewati oleh Jaemin setelah cuti kuliah, ia sudah terbiasa dengan lelahnya bekerja dengan keadaan cafe yang ramai. Bahkan tak disadari, ia bisa tertidur dalam keadaan berdiri dan bersandar pada dinding ketika menanti pesanan yang akan diantar.



Ada ketentuan di mana pegawai yang tidak mengambil hari libur akan mendapat bonus.



Pernah saja, Donghyuck mengomel pada pemilik cafe karena tidak membiarkan sahabatnya itu libur. Kemudian, setelah mendengar penjelasan Jaemin bahwa semua itu adalah keputusan sendiri juga tidak membuat pemuda berkulit tan itu berhenti. Masih saja kesal karena setiap diajak berkumpul selalu jawabannya masih bekerja.



"Hari ini kau harus libur! Aku tidak mau mendengar omelan temanmu seperti kemarin. Kau tidak bilang kalau dia dari keluarga terpandang! Bisa saja cafeku nanti dibeli!"



Ternyata, bosnya lebih takut pada Donghyuck. Mau tidak mau, Jaemin juga harus menurut.



Lama waktu tidurnya hampir 12 jam, tubuhnya jauh lebih ringan daripada hari kemarin yang harus selalu bangun pagi untuk bekerja. Bahkan, Jaemin tidak mendengar Jeno memasuki rumahnya untuk menyiapkan sarapan.




Selama menikmati makanan tersebut, Jaemin memikirkan bahwa sudah lama tidak bertemu dengan Nyonya Lee. Segera ia menyelesaikan makan kemudian bergegas mandi.





**




Toko kue dan ice cream adalah usaha yang didirikan oleh Nyonya Lee setelah pindah ke Seoul, tidak banyak yang tahu bahwa beliau juga memiliki cabang di Busan.



Saat Jaemin bercerita tentang niatnya cuti kuliah, wanita dengan surai panjang berwarna hitam dan gemar memakai gaun pendek sebatas lutut itu sudah berusaha memberikan kemungkinan-kemungkinan jika keputusan tersebut diambil. Bola mata Nyonya Lee yang hampir sama dengan putranya tersebut seakan membawa ketenangan ketika diajak mengobrol, dengan lembut beliau membujuk pemuda Na kala itu.




Namun, keputusan juga sudah bulat. Ia harus menghargai Jaemin juga sebagai seorang anak yang beranjak dewasa.



"Eh, Jaeminie!"



Bahkan belum sempat menutup kembali pintu, ia sudah mendapat serangan pelukan dari Nyonya Lee. Kecupan pada kedua pipi pun tidak dilupakan membuat Jaemin tertawa kecil. Tubuh kurusnya dituntun pada salah satu meja yang kosong.



Tidak diberi kesempatan untuk menyapa, beliau justru menyuruhnya untuk menunggu sebentar. Wanita itu berjalan menuju dapur. Manik Jaemin mengedar pada keadaan toko yang cukup ramai. Dari 20 meja, yang kosong hanya ada lima termasuk tempat yang didudukinya.




Pintu dapur terbuka kembali, beliau membawa satu gelas berisikan es krim dan piring yang penuh dengan kue macaron.



"Bibi! Tidak usah!" serunya sembari beranjak kemudian membantu untuk membawakannya.



"Coba kalau kau memberitahu Bibi, sudah kusiapkan dari tadi!"




Bibir Jaemin melengkung ke atas, ia tidak tahu bahwa dunia masih memiliki sosok yang begitu baik seperti Nyonya Lee di depannya. Senyum wanita itu sangat mirip dengan Jeno, kedua maniknya juga seakan ikut menyapa.




"Yon Hee, aku pulang dulu. Terima kasih, ya!"




Atensi wanita itu teralihkan sejenak kemudian berdiri, ia memberi salam perpisahan pada pelanggan. Setelahnya, wanita yang bernama Yon Hee kembali duduk menghadap pada Jaemin.




Odika✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang