20. Sahabat Lama✔

1.4K 122 0
                                    

Phaka dan Kayshila menaburkan bunga diatas pusara opa Lukman, setelah merapalkan berbagai doa untuk tubuh yang sudah terbaring bertahun - tahun dibawah sana.

"Maaf ya opa, Kay baru bisa dateng sekarang."

"Aksa juga minta maaf ya opa, baru bisa dateng sekarang."

Nafas Kayshila tercekat, ia menoleh cepat dengan mata terbelalak.

"A... Aksa?"

Phaka memutar kepalanya, bibirnya mengurva kemudian mengangguk. Untuk beberapa saat otak Kayshila tak bisa terkoneksi dengan perkataan Phaka, meski ada desiran aneh didalam hatinya.

Phaka bergumam "Lo tau gue siapa kan?"

Dengan gerakan kaku, Kayshila menganggukkan kepalanya.

"Phaka kan?"

"Harusnya lo baca baik-baik data yang pak Carles kasih dulu,"

"Phaka Ambya..."

"Aksana!" Kayshila menyambungkan kalimat Phaka.

Phaka tertawa kecil, akhirnya Kayshila tau soal dirinya. Dulu hanya Kayshila saja yang memanggilnya dengan sebutan Aksa, karena Kayshila kecil sering protes jika nama Phaka terlalu sulit untuk disebutkan.

Akhirnya opa Lukman mengusulkan pada Kayshila untuk memanggil Phaka dengan sebutan Aksa, dari pada menyebutnya sebagai bocah cengeng.

Lama kelamaan opa Lukman ikut memanggil Phaka dengan sebutan Aksa. Sedangkan Phaka kecil memanggil Kayshila dengan sebutan Lala, karena opa Lukman bilang jika itu adalah panggilan khusus untuk Kayshila.

Phaka yang sangat menyayangi Kayshila, merubah panggilan cewek itu dengan nama Lala.

"Akhirnya lo tau siapa gue..."

Grep

Kayshila memeluk erat tubuh Phaka, menuangkan rasa rindu dan sedihnya disana.

"Lo kemana aja? Hiks,"

"Gue disini La, selalu disamping lo."

"Gue kangen lo, hiks."

"Gue juga kangen banget sama lo, La."

"Setelah opa dan lo pergi, nggak ada yang sayang sama gue Sa."

"Mereka semua benci sama gue, hiks." Kayshila mengadu, suaranya tersamarkan oleh isak tangis.

"Maaf karena gue terlambat."

Phaka mempererat pelukan mereka, air matanya luruh tanpa diminta. Didepan pusara opa Lukman, Phaka dan Kayshila kembali dipertemukan setelah sekian tahun berpisah.

"Maafin gue La, harusnya gue datang lebih cepat. Jadi mereka nggak bisa terus-terusan nyakitin lo,"

"Maafin gue, hiks."

Kayshila mengurai pekukan mereka, tangan mungilnya mengusap lembut pipi Phaka yang basah sama seperti pipinya.

"Maksudnya?"

Phaka mendongak "Gue tau semuanya, gue tau perbuatan mereka."

"Semua luka yang gue lihat, semua ulah mereka. Iya kan?"

"Jawab La!"

Kayshila menunduk, bahunya bergetar hebat bahkan saat Phaka kembali menariknya kedalam pelukan cowok itu.

"Gue tau semuanya, selama ini gue selalu nunggu lo buat terbuka sama gue."

"Tapi kenapa lo bohong, hiks."

"Kenapa lo selalu berusaha terlihat baik dimata semua orang, La?"

"Kenapa lo nggak pernah berontak, menjelaskan atau nangis didepan mereka?"

 KAYSHILA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang