"Silahkan,"
Kayshila mengangsurkan dua waffle dan orange juice, keatas meja yang dihuni oleh dua orang pemuda.
"Terima ka... Kayshila?"
"Iya?"
Merasa namanya terpanggil, refleks Kayshila mengangkat pandangan. Nafas Kayshila tercekat, wajahnya pucat pasi dengan keringat dingin menghiasi kedua pelipisnya. Kayshila tersenyum kaku, lantas mengangguk terpaksa.
"Ngapain lo disini?"
"Lo kerja disini Kay?"
"Sejak kapan?"
Arif bertopang dagu "Phaka tau soal ini apa nggak?"
Plak
Tedi menepuk lengan Arif, membuat pria berhati flamboyan itu meringis kesakitan. Tapi bukannya merasa bersalah, Tedi justru terkekeh kecil. Apa lagi ketika melihat Arif mengerucutkan bibirnya, sama seperti ikan cupang.
"Phaka tunangan si Keyshile, jangan dibawa-bawa!" Tedi memperingatkan.
"Ya nggak usah main tabok juga kali, sakit tau!" protes Arif, mengusap lembut lengannya yang sedikit berdenyut.
Kayshila menunduk dalam, meremas tangannya yang terasa dingin dan sedikit basah.
"Gu... gue..."
Arif dan Tedi menoleh serentak, mereka menangkap gelagat aneh dari Kayshila.
"So... soal pertemuan kita, tolong rahasiakan ini dari orang lain termasuk Phaka."
"Kenapa?"
Plak
Arif memekik kesakitan saat Tedi memukul kembali lengannya, hingga perhatian beberapa pengunjung dan pelayan cafe tertuju pada mereka bertiga.
"Ini pasti soal Keyshile, pake ditanya lagi!" sungut Tedi kesal dengan kepolosan Arif yang keluar disaat yang tidak tepat.
"Lah emang kenapa?"
"Sejak Kayshila keluar dari sekolah, Phaka selalu cari dia dikelasnya kan?"
"Ckk... alesan aja."
"Bilangnya mau ketemu Keyshile, padahal aslinya mah nyari Kayshila." cerocos Arif membuat Tedi semakin geram.
"Tuh mulut lancar amat, abis kesiram lilin panas?!"
Arif terkekeh kecil, sambil menggaruk tengkuknya "Hehe... maaf ya,"
Arif menenggak perlahan orange juicenya, bermaksud menghindari tatapan Kayshila.
Tedi mendengus kesal, dia berganti menatap Kayshila iba. Karena keadaan berubah canggung, Tedi akhirnya memberanikan diri untuk membuka suara.
"Gimana kabar lo?"
Kayshila tersenyum simpul "Alhamdulillah gue baik kok,"
"Syukur deh. Jadi sekarang lo tinggal dimana?"
"Gue..."
"Kenapa Kay?"
Kalimat Kayshila terpotong oleh suara barito dibelakangnya, membuat Kayshila, Tedi bahkan Arif menoleh tepat dimana sesosok pria dengan apronnya berdiri. Wajah datar serta tangan yang terlipat dibawah dada, membuat Tedi memicing curiga.
"Eh? Nggak kok,"
"Siapa Kay?" tanya Tedi penasaran.
"Lo berdua kenal Kayshila?"
"Dimana?" tanya Laskar penuh selidik.
"Lah kita mah emang temennya Kayshila, iya kan Ted?"
Tedi hanya diam, tak menanggapi pertanyaan Arif. Matanya sibuk menelisik penampilan Laskar, dari atas hingga bawah. Lumayan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAYSHILA (TAMAT)
Ficção AdolescenteSejujurnya aku hancur Topengku perlahan retak Aku lemah Semua kepura-puraan ini membunuhku Aku butuh bantuan Tapi apa mereka peduli? Mereka hanya menginginkan kematianku Keluarga? Mereka yang menghancurkanku Mengubur segala impian Bahkan mengambil s...