Bab 1: seperti tak asing

56 7 2
                                    

"Bahkan detak jatung ini masih sama seperti dulu, tiap kali melihat matamu. Dan kuharap itu dirimu Ravionzil."

****

Memasuki SMA Saka tak pernah terlintas di pikiran gadis ini. Pertama kali menginjakkan kaki di SMA Saka jantungnya seperti berdetak dua kali lebih cepat. Entah antata grogi bertemu dengan kakak senior-nya atau takut. Sebenarnya gadis ini memilih mendaftar di SMA Trisakti namun, ibu-nya memilih mendaftarkan di SMA Saka dengan dalil bisa dekat dengan lelaki itu agar bisa menjaga-nya setiap saat. tak banyak berharap pada sosok lelaki itu. Diri-nya saja tak pernah di anggap.

Lapangan yang di penuhi oleh siswa baru dan di selimuti keheningan membuat ia takut bergabung di barisan siswa baru. Menarik nafas-nya dalam-dalam kemudian menghembuskan dengan pelan, tak lupa berdoa dalam hati.

Dan di sinilah ia berdiri, di depan para senior dengan wajah penuh kesombongan. Namun, tidak dengan satu senior di depan mereka--tidak terlihat wajah-nya seperti senior lain. Dibalik jaket Hoodie dan masker yang ia kenakan sulit dijangkau oleh pengelihatan-nya.

Melihat sekilas ke arah cowok di depan-nya. Namun kedua mata mereka berdua terkunci satu sama lain. Dengan cepat sosok di balik Hoodie dan masker itu membuang wajah-nya ke samping.

Deg

Seperti sambaran petir di hati-nya. Tatapan itu? Seperti tatapan sosok laki-laki di masa lalu. Apa, mungkin dia? Entahlah. Lamunananya buyar ketika mendengar suara senior-nya.

"Sebelumnya perkenalkan nama saya Narendra Geraldi, saya ketua Osis di SMA Saka." Ujar lelaki berbadan tinggi dengan baju sekolah terlihat rapi. "Dan selanjutnya perkenalan dari wakil ketua osis, sekretaris, bendahar dan juga anggota osis lain-nya." Lanjut ketua osis itu.

Sosok di balik jaket dan masker itu, maju kedepan mengambil microfon dari tangan ketua osis. "Ravionzil Argadana."

Deg

Nama itu? Nama yang tak asing di telinganya. Seperti orang di masa lalu, apa benar dia? Ah, Tak mau banyak berharap. Mungkin hanya sama nama.

"Saya Andin setiardi, sebagai sekretaris 1."

"Fauzia Dafear, sekretaris 2."

"Dan saya Raisa Sunny, sebagai bendahara,"

Setelah perkenalan nama para senior, selanjutnya perkenalan para siswa dan siswa baru.

Gadis ini menormalkan detak jantung, Sebelum perkenalan nama berakhir kepada-nya. Perkenalan bergulir dari depan, tengah dan berakhir di belakang. Kepala-nya terus menunduk ke bawah

"Nama kamu siapa?!," Tanya ketua osis itu dengan penuh amarah.

Ia terlonjak kaget dengan teriakan lelaki di depan sana. Siapa yang tidak kaget dengan suara yang keras hingga menggema dilapangan.

"Na-nama saya, Mathea Theresa."

Yup, nama gadis ini Mathea Theresa.

Narendra sebagai ketua osis SMA Saka melihat ke arah Mathea dengan tatapan sombongnya. "Gue ngak suka junior kek lo." Ujarnya dan melanjutkan perintah. "Silakan kalian semua masuk ke dalam Aula."

Mathea menundukkan padangannya ke bawah. Sebenci itu kah dirinya di mata Narendra? Belum juga sehari ia di sekolah ini sudah mendapatkan kata-kata sinis.

Matheazil || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang