"Terkadang orang-orang tertawa di atas penderitaan kita tanpa belas kasihan. Coba sekali saja berada di posisi itu, maka dirimu tak akan bisa."
***
"Hahaha, kadang gue ngak habis pikir sama lo--segitu berharapnya sama Ravionzil. Tapi sayang, ngak di hargain." Seorang laki-laki datang menemui gadis itu dengan wajah senangnya.
Bagaimana tidak senang? melihat Mathea diberlakukan seperti itu seperti sebuah kesenangan baginya. Kapan lagi ia akan melihat penderitaan Mathea.
Mathea tersenyum seraya menghapus jejak air matanya." Kamu ngak akan tau gimana rasanya ada di posisi ini, berharap dan berharap kepada orang yang kita cintai itu sulit apalagi dia berubah. Semakin sulit kamu menunggu dia yang bisa menghargai kita. So, kamu tidak akan mengerti itu."
Cowok di depannya menggepalkan kedua tangan." Jangan sok bijak, lo itu cuman sampah di hidup orang! Lihat aja Ravionzil ngak akan pernah hargai lo, buang jauh-jauh harapan lo itu! Haha terlalu berlebihan." Sarkas laki-laki itu.
"Terserah, itu urusan Ravionzil." Ujarnya ketus.
Kalau saja Laki-laki sombong di depannya dapat dipastikan ia tak akan semampu Mathea.
"Enak ya bahagia di atas penderitaan orang lain, kek hidup gue lebih menyenangkan."
Orang-orang seperti mereka tak punya hati, senang di atas penderitaan orang lain menurut mereka adalah hal yang sangat menyenangkan. Namun tidak dengan kita, menahan sebisanya agar tak terlihat lemah di depan mereka.
Sekarang ini misi Mathea--mengejar Ravionzil yang dulu sempat hilang. Semoga saja perjuangannya di hargai oleh laki-laki itu.
"Semoga berhasil bitch," itu bukan kata-kata penyemangat, tepatnya sebuah ejekan untuknya.
Semesta tolong bantu dia menghadapi semua ini.
***
Karena hari ini penutupan kegiatan MOS maka para siswa dipulangkan dengan cepat--membuat mereka bersorak senang begitu juga dengan ke-empat perempuan yang sedang bercoleteh riang di dalam cafè korot. Memang tadi selepas pulang sekolah--Joela memanggilnya ke cafè korot di depan sekolah SMA Saka dan dengan senang hati Mathea mengiyakan ajakan Joela beserta kedus temannya.
Memesan minuman kesukaannya--green tea latte, minuman paling enak di dunia menurut Mathea selain itu tak ada. Sedangkan lainnya memesan juice, katanya lebih enak daripada minuman yang ia pesan.
Kerongkongan yang tadinya kering, kini basah dengan minuman yang mereka pesan. Rasa dari buah-buahan segar yang di olah menjadi minuman paling terenak membuat Jinora memejamkan mata karena terlalu enak katanya.
Leoni menatap Mathea dengan sedih."Tea, maafin gue. Tadi bukannya ngak mau bantu, lo tau kan kalo Narendra sang ketua Osis seperti apa." Pintah Leoni yang tak enak dengan Mathea.
Begitupun juga dengan Joela dan Jinora menatap Mathea dengan sedih."maafin Tea, Narendra selalu gunain jabatanya sebagai ketua osis makanya itu kita takut nolongin lo tadi." Tambah Jinora.
"Pencundang itu namanya, Cuih senior macam apa itu? Seharusnya mereka ngasih contoh yang baik. Ngak mencontohkan sebagai ketua osis" Sambung Joela dengan kesal.
"Ngak apa-apa, gue udah bersyukur banget dapet teman ke kalian, baik." Mathea tersenyum simpul, walaupun mereka tidak menolongnya tadi dari para Osis yang super sombong--dia bersyukur sekali bisa mendapatkan Teman-teman yang baik terhadapnya.
Joela harus menanyakan kenapa Mathea seperti mengenal Ravionzil begitu jauh. Atau jangan-jangan mereka....
"Lo kenal Ravionzil Teh?,"Tanya Joela penasaran.
Bagaimana ini? Apakah ia harus jujur dengan teman-temannya, bahwa laki-laki itu orang di masa lalunya.
Mathea berdehem sebelum menjawab." Gue-gue sama dia dulu cuman Tetangaan, selain itu ngak ada hubungan apa-apa." Bohong Mathea seraya tersenyum kikuk ke arah mereka berempat.
Sedangkan Joela, Kurang percaya dengan jawaban Mathea. Pasti ada sesuatu hal yang disembunyikan temannya itu. Tak mau menanyakan lebih jauh sebab merak baru kenal dua hari yang lalu.
Tidak baik mananyakan privasi orang lain.
"Tapi, kenapa Ravionzil mengatakan bahwa dia sama sekali ngak kenal lo." Tanya Jinora cepat.
Penasaran saja apa yang dimaksud cowok itu.
"Mungkin Amnesia kali." Tukas Leoni seraya menyeruput juice avocado.
Itu yang menjadi tanda tanya di benak Mathea selama bertemu dengan Ravionzil. Kenapa seolah-olah dirinya tak kenal dengan Mathea.
Perubahan yang begitu tak wajar menurut Mathea. Tak ada masalah apapun antara mereka berdua. Entahlah.
"Dulu Ravionzil orangnya dingin banget parahnya lagi dia ngak suka dengan keramaian." Guman Jinora--memang betul Ravionzil seperti itu, bahkan dia sempat menolak kehadiran Joela dan dirinya padahal mereka berdua hanya mengajak Ravionzil berteman baik.
Menautkan kedua alisnya--Mathea melirik sekilas ke arah Joela meminta penjelasan.
Peka dengan mimik wajah Mathea--Joela menghela nafas." Dia tentangga gue, pertama ketemu Ravionzil orangnya dingin bahkan melebihin Es balok. Gue sama Jinora aja kadang ngak di respon sama dia." Berhenti sejenak sebelum melanjutkan ucapannya." Selang beberapa bulan dia mulai nerima gue sama Jinora jadi temannya." Ujar Joela
Tidak suka keramaian? Ravionzil dulu tidak seperti itu. Malahan dia lebih suka dengan namanya keramaian.
Apalagi mempunyai sifat dingin, itu bukan Ravionzil yang ia kenal.
Benar-benar berubah.
•••
Jangan lupa komen sama votenya yah biar Author semangat update Matheazil tiap hari:)Sebelumnya makasih💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Matheazil || On Going
Teen FictionMasa lalu, anak angkat, dan juga cerita cinta kelam seorang gadis cantik bernama Mathea Theresa. Tidak semua keberentungan memihak padanya, takdir seakan-akan mempermainkan kehidupan. Dan itu adalah hal yang paling terberat bagi gadis berumur 14 tah...