Bab 2: Apakah ini mimpi?

32 6 0
                                    

"Bukan benar-benar lupa tapi, mencoba melupakan. Sakit tapi tak berdarah."

***

Masih dengan menundukkan pandangan Mathea mencoba menahan rasa malunya. Ya tuhan tenggelamkan saja ia dimuka bumi ini. Mengangkat kepalanya dan melihat sosok laki-laki di depannya.

Deg

"Ozil." Guman Mathea.

Mengucek matanya barang kali ia hanya salah lihat saja akibat terlalu banyak memikirkan laki-laki di masa lalunya. Pasti ini bukan Ravionzil.

Joela heran melihat mimik wajah Mathea beda dengan Ravionzil, tatapan sedingin balok Es membuat Joela bergidik ngeri melihatnya.

"Mathea lo kenal Vion?." Tanya Joela

Mathea tersadar dari keterkejutannya sembari melirik ke arah laki-laki di depannya memastikan benar itu Dia.

"Iya gue ken-"

"Gue ngak kenal dia." Potong Ravionzil

Jleb

Sakit, Namun sebisa mungkin Mathea menahannya. Kenapa Ravionzil mengatakan bahwa ia tak kenal dengan Mathea? Tidak mungkin cowok itu Amnesia. Bahkan dari tatapannya saja Mathea bisa melihat Ravionzil sangat membencinya.

Lelaki di depannya bukan lagi Ravionzil yang ia kenal dulu. Banyak perubahan dari sosok laki-laki ini. Dia tak tau apa penyebabnya.

"Jangan bengong Thea." Kata Joela menyadarkan Mathea.

"Ah, maaf." Ujar Mathea.

Ravionzil masih menatap Mathea dengan tatapan dinginnya. Saat ini ia muak melihat wajah gadis di depannya.

"Duduk dulu Vi." Ujar Jinora akhirnya setelah diam mendengar obrolan mereka.

"Ngak usah, gue benci sama temen lo bertiga," tolak Ravionzil. "-dan hati-hati, jangan terlalu berteman sama dia nanti lo semua pas lagi susah-susahnya ditinggalin sama perempuan itu." Tunjuk Ravionzil dan melangkah meninggalkan mereka berempat yang terdiam.

Mathea terdiam di tempat bahkan mulutnya saja susah mengeluarkan sepatah kata. Ucapan Ravionzil masih terngiang-ngiang di kepalanya. Dia tak tau apa penyebab laki-laki itu membenci dirinya.

Terlalu banyak perubahan di diri Ravionzil.

Jangan tanyakan bagaimana hatinya sekarang, sakit seperti duri menancap.

Leoni melihat sekitar menjadi awkward berdehem. "ehem, ngak usah dipikirin." Ujar leoni.

"Iya Teh." Sambung Joe

"Heh kambing namanya Mathea bukan teh, emang dia teh celup apa," ujar Jenora mendelik kesal kearah kembarannya.

"Kenapa sih lo yang sewot?." Tanya Jeo kesal.

Sebelum pertengkaran dimulai--Mathea menyelah terlebih dahulu. "Udah ngakpapa Jora, abisin aja makan kalian bentar lagi udah mau masuk." Ujar Mathea.

Selesai makan di kantin bersama teman barunya mereka berempar beranjak meninggalkan kantin menuju ke Aula.

"Kita berempat duduk sama-sama, jangan pada duduk sendirian kek Jinora sama Leoni." Ujar Joela. Memang tadi mereka bertiga duduk terpisah sebelum Mathea datang, dan dirinya berakhir duduk dengan kedua sisiwa di belakang.

Matheazil || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang