Melihat Yena kambuh dengan traumanya membuat Changbin tiba-tiba menjadi sehat kembali. Seolah-olah disini Yena lah yang sakit, bukan dirinya.
Yena sudah mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, tetapi pria disebelahnya itu ngotot menyuruh Yena untuk tetap berada disana.
Keduanya tiduran di ranjang Changbin. Yena juga tidak mengerti mengapa sekarang ia berada di pelukan Changbin, namun ia sangat nyaman berada dalam rengkuhan hangat pria itu.
Baik Yena maupun Changbin hanya diam, seolah hati yang menggantikan keduanya berkomunikasi.
Tidak bisa dipungkiri jika Yena menikmati momen seperti ini. Ia juga tidak denial lagi mengenai perhatian-perhatian kecil Changbin yang nyaris tak nampak, namun dapat dimengerti oleh Yena. Karena bagaimanapun juga, keduanya sudah terlampau dekat. Pasti ada saja space yang membuat keduanya betah dan tak ingin pergi.
"Bin, gue gak nyangka lo masih inget sama trauma gue. Makasih banyak ya." Yena menatap Changbin sembari tersenyum. Yang ditatap hanya mengangguk dan balik menatap Yena serius. Membuat Yena menjadi salah tingkah.
"Mulai besok aku gak akan jailin kamu lagi."
Yena menatap Changbin penuh tanda tanya.
"Kok?"
"Mau liat kamu senyum aja tiap hari. Cantik."
KAMU SEDANG MEMBACA
sebel [discontinued]
Fanfic"yena, kamu jelek." ㅡseo changbin "diem lo serbuk marimas." ㅡchoi yena changbin jahil, yena orangnya cuek. begitulah cara mereka menjadi dekat. ㅡshort story. jooyis, 2020.