02

1.9K 136 1
                                    

Selamat membaca.. 😊

Devian pun turun dari singgasananya dan menghampiri pria tersebut dengan tatapan yang penuh emosi.

“Siapa yang menyuruhmu? Dan dari Pack mana kau?” tanya sang alpha dengan geram dipenuhi emosi.

“Cuih!” pria paruh baya tersebut pun meludah kedepan sang alpha dengan raut wajah jijik.

“Aku tanya sekali lagi kepadamu, siapa yang menyuruhmu pak tua? Kau dari pack mana Hah?!” ujar sang alpha dengan muka merahnya karena menahan emosi.

“Tak akan aku beritahu kepadamu! Menjijikkan!” teriak pria itu kepada sang alpha membuat sang alpha tidak bisa lagi menahan emosinya dan mengeluarkan sebuah pedang dari sisi kirinya tersebut dan mengacungkannya kearah pria paruh baya itu.

“Kau sangka aku takut? Aku tidak akan takut!” pria tua itu pun seolah-olah menantang sang alpha yang ada di depannya itu, tidak ada rasa takut sedikitpun terlihat pada pria tua itu.

“Benarkah kau tidak takut?” ujar sang alpha dengan senyum yang sinis, Felix baru saja me-mindlink sang alpha--Devian—bahwasannya para prajurit sudah berhasil membawa istri dan anak pria tua itu.

“Bawa masuk mereka Felix” ujar sang alpha melalui mindlinknya kepada Felix.

Tidak lama terlihatlah Felix dan kelima prajurit sedang membawa seorang wanita yang paruh baya, dan dua orang anak perempuan. Melihat itupun pria paruh baya itu terkejut dan semakin menatap jijik kepada sang alpha tetapi berbeda dengan sang alpha, ia malah tersenyum melihat pemandangan yang ada didepannya ini.

“Bagaimana?” tanya sang alpha kepada pria tersebut.

“Kau sangka aku goyah?” ujar pria paruh baya tersebut.

“Pak tua.. tinggal bilang siapa yang menyuruhmu saja kau payah sekali. Sepertinya aku harus bermain-main dulu bersama para wanita cantik disana” senyum sang alpha sambil berjalan menuju istri dan anak-anak dari pria paruh baya itu yang sedang menangis sambil memohon.

“Jangan sentuh mereka! Lepaskan mereka! Jangan sakiti mereka!” teriak pria itu kepada sang alpha.

“Felix!” ujar sang alpha kepada Felix dan Felix pun mengerti dengan maksud alphanya tersebut dan Felix pun menyuruh para prajuritnya untuk menaruh pedang di samping leher anak dan istrinya tersebut.

“Cepat katakan siapa yang menyuruhmu dan dari pack mana kau? Kalau tidak kau bakalan tau apa akibatnya” ancam sang alpha kepada pria tua itu.

“Tidak akan!” teriak pria paruh baya itu dengan lantang.

“Felix!” ujar sang alpha dengan sangat emosi, Felix dan kelima prajurit tersebut pun mengerti dengan maksud sang alpha, mereka menebas kepala dan menusuk leher serta tubuh istri dan anak dari pria tua tersebut, melihat kejadian tersebut membuat pria paruh baya itu hancur dan geram kepada sang alpha.

“Apa salah mereka HAH?! Kau.. kau sudah membunuh anak dan istriku!!” teriak pria itu sangat histeris.

“Sudah aku katakan padamu dari tadi pak tua! Siapa yang menyuruhmu menyelinap masuk ke daerah kekuasanku?” tanya sang alpha dengan murka sambil mencekik leher pria paruh baya tersebut menggunakan kuku panjangnya.

“Ti-ti-tidak ak-akan akh-” ujar sang pria paruh baya itu terbata-bata karena sang alpha terus mencekik leher pria paruh baya itu.
.........................................................
Sang alpha pun sangat emosi karena pria paruh baya tersebut, pria paruh baya itu tetap kekeh tidak mau memberitahu kepada sang alpha siapa yang menyuruhnya menyelinap masuk ke daerah kekuasaan mereka. Sang alpha pun mengambil pedangnya dan mulai menusukkan pedangnya di dada sebelah kiri pria paruh baya itu membuat pria paruh baya tersebut mengeluarkan darah dari mulutnya.

“Baiklah.. aku tanya kepadamu sekali lagi, siapa yang mengutusmu untuk datang kesini?” ujar alpha dengan emosi yang sudah memuncak.

“Tidak” ujar pria paruh baya tersebut sambil menggelengkan kepala, sang alpha pun langsung menebas leher pria tersebut dan terjadilah pertumpahan darah yang sangat tragis di dalam singgasana sang alpha.

Pov Rachel

Aku sedang menemani ibu pantiku untuk membersihkan piring-piring dan meja yang baru kami pakai untuk sarapan, aku membersihkan meja dan ibu pantiku mencuci piring. Setelah kami siap dengan tugas kami masing-masing aku masuk ke dalam kamar dan berganti pakaian karena aku dan kedua sahabatku telah berjanji akan bertemu di sebuah kafe yang ada di persimpangan jalan dekat panti yang aku tinggal.

“Bu aku pergi dulu ya, aku ada janji dengan sahabatku” ujarku kepada ibuku sambil menuruni tangga.

“Hati-hati ya sayang dan pulangnya jangan malam-malam kali” ucap ibuku kepadaku.

“Siap kapten” jawabku sambil meletakkan tangan di pelipis kepalaku dan ibuku tertawa melihat tingkahku itu.

Aku dan kedua sahabatku duduk dipojok kafe tersebut, kami saling bertukar cerita, terwata dan kadang kami saling menjahili satu dengan yang lainnya, aku sangat rindu sekali pada mereka berdua dan inilah saatnya aku melepas rindu kepada mereka.

Aku mengedarkan pandaganku di kafe ini dan aku melihat banyak juga orang-orang di kafe ini datang bersama pacar, teman, saudara ataupun orangtua mereka, terlintas kenanganku dulu sewaktu aku kecil, aku merindukan ayah dan ibuku, bagaimana keadaan ayah ya? Apa ayah bahagia dengan keluarga barunya? dan keadaan ibu diatas sana bagaimana sekarang ya? apa ibu bahagia atau tidak? Itulah yag ada di benakku sekarang.

Air mataku pun jatuh seketika mengingat masa laluku itu dengan cepat aku menyeka air mata yang berada di pipiku itu sebelum kedua sahabatku menyadari keadaanku.

Aku pun memandang kearah luar jendela dan hatiku kembali terasa nyaman tetapi ada yang membuatku aneh dengan suasana kefe ini, tadinya kafe ini sangat ramai dengan suara orang-orang yang saling berbicara dan tertawa tapi kenapa seketika diam seperti domba yang akan dimangsa oleh serigala?.

“Vel, kenapa? Kok pada diam?” aku bertanya kepada Velandra sahabatku dari kecil itu.

“Ssttt, jangan bicara kuat-kuat” jawab Velandra kepadaku sambil menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya.

“Kasih tau makanya” ujarku dengan penasaran.

“Masa kamu gak tau sih mereka siapa? mereka udah terkenal banget loh.. mereka itu terkenal buas karena mereka akan membunuh siapa aja yang cari masalah pada mereka” ujar Jovian kepadaku dan aku menjawabnya degan anggukan, Jovian adalah sahabatku dari aku masuk sekolah dasar.

Terlihat sekumpulan pria yang terkenal buas itu mendekat menuju tempat duduk kami dan dan ternyata mereka duduk tidak jauh dari kami tetapi tidak lama dari mereka duduk sekumpulan pria itu datang menghampiri kami, kejadian itu membuat semua orang yang berada dalam kafe tersebut melihat kearah kami.

BRAK!

Salah satu pria tersebut mengebrak meja kami, hal itu membuat kami terdiam dan mematung karena takut. Tetapi, salah seorang dari mereka maju dan berkata, “Hei, hei, tenang. Kau tidak boleh kasar dengan mereka.”

Pria tersebut menarik kursi dan duduk di depanku, ia mengedipkan sebelah matanya.

“Hi manis, siapa namamu ? Namaku Devian.” Ia mengulurkan tangannya kearahku.

Hola semuanyaaa...

Terima kasih sudah mau membaca cerita gaje ini..

Biarpun pembacanya masih sedikit sekali tapi Poem seneng masih ada yang mau baca cerita ini..

Jangan lupa vote dan komen ya.. 😉

Dan follow juga akun Poem hehehehe

My Mate Is A Cute GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang