Terdengar suara dering handphone dari atas meja dan langsung aku lihat ternyata itu adalah telepon dari ibu panti segera aku mengangkatnya tetapi tanganku dihentikan oleh seseorang.
“Hey.. aku mau mengangkat teleponku.” Ujarku kepada laki-laki yang duduk disebelahku. ternyata dia yang menghentikan tanganku untuk mengankat telepon dari Bu Monica.
“Tidak boleh ada yang mengganggu saat kami ada disini.” Ujar laki-laki tersebut kepadaku membuatku kesal dengan tingkahnya padaku yang sok akrab.
Aku pun berdiri dari bangku tempat aku duduk dan aku memberikan penjelasan terhadap laki-laki tersebut bahwa aku tidak nyaman dengan kelakukaannya biarpun tadi sesaat wajahku merah merona karena perlakuannya kepadaku.
“Maaf tuan aku tidak kenal denganmu jadi kau tidak berhak melarang-larangku. Permisi, ayo valendra.. Jovian.. kita pergi dari sini.” Aku pun mengajak kedua sahabatku tersebut pergi dari tempat tersebut dan tidak lupa sebelum kami meninggalkan tempat tersebut kami membayar terlebih dahulu atas pesanan kami tadi.
“Rachel, apa kita tidak apa-apa meninggalkan mereka seperti tadi? Aku takut, bagaimana kalau mereka marah kepada kita.” Ujar Valendra takut karena aku bertindak kasar terhadap para pasukan laki-laki tersebut.
“Iya Rachel bagaimana kalau mereka datang kerumah kita masing-masing lalu mereka menyekap kita terus membunuh kita dan setelah mereka membunuh kita daging kita dikasih ke hewan buas jadi makanan hewan buas itu, aku tidak mau itu terjadi Rachel.” Ujar Jovian sambil membayang-bayangkan kejadian yang sangat tidak masuk akal tersebut.
“Kalian gimana sih.. kok pada takut pada mereka? Lebih seram lagi kalau mama-mama ngamuk dari pada mereka itu hahahahaa.” Ujarku sambil ketawa kepada mereka, sebenarnya aku juga ada rasa takut tapi aku tidak memperdulikan itu toh mereka yang buat masalah deluan.
Terdengar suara dering handphone dari saku celanaku segera aku ambil dan melihat layar handphoneku ternyata itu dari Ibu Monica, aku pun segera mengangkat telepon tersebut.
“Halo sayang kamu lagi dimana? Masih sama Valendra dan Jovian?” Ujar Ibu Monica dari sebrang telepon.
“Aku lagi dijalan pulang Bu. Valendra sama Jovian masih samaku kok, ada apa Bu?” Tanyaku Kepada Ibu Monica.
“Segeralah pulang sayang ini sudah sore menjelang malam, jangan sampai kamu pulang malam Ibu dengar dari tetangga-tetangga disini mereka selalu mendengar lolongan serigala dan bahkan ada yang melihat serigala di jalanan.” Terdengar suara kekhawatiran Ibu Monica terhadapku dan aku pun merasa percaya tidak percaya dengan cerita yang diberitahu Ibu Monica kepadaku.
“Baik Bu aku akan pulang, Bu.. bagaimana kalau Valendra dan Jovian ikut makan malam bersama kita? Bolehkan Bu?” Tanyaku kepada Ibu Monica karena aku berpikir kalau mereka pulang mereka akan sampai rumah mereka malam hari tapi kalau mereka ke panti, panti tidak jauh dari sini hanya butuh waktu 10 menit saja kalau berjalan kaki.
“Iya boleh sayang, mereka boleh makan bareng kita cepatlah pulang sayang.” Ujar Ibu Monica kepadaku yang bisa aku ketahui bahwa Ibu Monica sangat khawatir terhadapku karena cerita tentang serigala tersebut.
“Baik Ibu cantik.” Jawanbku sambil menggombal kepada Ibu Monica, aku pun mematikan teleponnya dan menyimpannya di kantong saku celanaku kembali.
“Val.. Jo.. ayo kita ke panti Ibu Monica mengajak kita makan malam bersama.” Ajakku kepada mereka dan mereka menyetujuinya.
Aku, Valendra dan Jovian jalan bersama menuju panti untuk makan malam bersama kami sepanjang jalan kami pun bercerita untuk mengusir kesepian di sepanjang jalan.
Terlepas dari Rachel, Valendra dan Jovian terlihat sekumpulan laki-laki tampan tersebut duduk masih ditempat yang sama dan terlihat salah satu dari mereka terlihat raut wajah marah. Mereka yang berada di dalam kafe tersebut pun masih diam ketakutan kepada sekumpulan laki-laki tersebut tapi ada juga dari beberapa pengunjung yang pergi dari kafe tersebut karena sangat takut dengan keberadaan sekelompok laki-laki tersebut.
“Dev-” Devian, sang alpha tersebut langsung memalingkan wajahnya kearah Mike yang berani-beraninya memanggilnya menggunakan namanya langsung dan bukan memanggil dengan sebutan alpha.
“Dev?” Saut Devian dengan penuh tekanan kepada Mike. Mike pun menyadari kesalahannya dan langsung memperbaiki sebutannya kepada sang Alpha tersebut.
“Mmm maaf Alpha. Dari tadi kami ingin bertanya mengenai gadis tadi.” Mike bertanya kepada sang alpha dengan rasa was-was takut tiba-tiba sang alpha lepas kendali dari emosinya tersebut.
“Iya, aku juga bingung kenapa alpha tiba-tiba sepertinya tertarik kepada gadis manusia tersebut.” Ujar Alden kepada sang alpha tetapi sang alpha tidak menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari sahabatnya
“Devian, ayolah kasih tau kami kenapa kau sepertina tertarik kepada perempuan manusia itu.” Semua mata melotot kearah Felix termasuk sang alpha mereka, Devian pun menggeram kepada felix dan itu tidak membuat Felix takut karena dia sangat tau kelakuan sahabat sekaligus alphanya yang tempramen sekali dengan emosinya itu.
“Felix kau mencari gara-gara kepadaku? Aku adalah alphamu.” Ucapku yang penuh tekanan dan tanpa sadar aku mengeluarkan aura alphaku dan hampir saja wolf dalam tubuhku mengambil alih kendaliku.
“Dengar, sekarang kita lagi di luar kita tidak di dalam Pack jadi wajar-wajar saja kalau kami memanggil namamu dan juga kau sendiri yang bilang kepada kami jika kami memanggil namamu sewaktu di dunia manusia tanpa embel-embel alpha.” Ujar Felix kepadaku, perkataan Felix cukup manjur untuk meredakan emosiku tersebut dan lama-kelamaan aku pun kembali seperti semula tidak ada lagi emosi dalam diriku.
“Baiklah aku akan beritahu kepada kalian mengapa aku tertarik kepada perempuan tadi. sewaktu aku turun dari mobil aku samar-samar aku mencium aroma yang sangat harum dan aku mengikutin arah aroma itu dan sewaktu aku masuk kedalam kafe aroma yang sangat harum tersebut tambah kuat dan hampir membuatku hilang kendali.” aku menjelelaskan kepada sahabat-sahabatku tersebut apa yang aku alami tadi dan sewaktu aku menjelaskan kepada mereka dapat aku lihat mereka semua tampak senyum-senyum kearahku.
“Berarti kau sudah menemukan mate mu, Dev.” Ujar Felix kepadaku dan aku hanya menaggapinya dengan diam.
“Bentar-bentar tadi kau bilang kalau kau mencium aroma harus tersebut dari dalam kafe ini apa jangan-jangan..” Jovian menggantungkan kalimatnya agar sahabat-sahabatnya semakin penasaran dengan kelanjutannya.
“Perempuan tadi maksudmu?” Tanya Mike kepada Jovian dan Jovian menjawabnya dengan mengganggukkan kepalanya dan itu membuat sahabat-sahabatnya membulatkan mata mereka.
“Setelah beribu-ribu tahun akhirnya sahabat kita ini menemukan matenya.” Ujar Felix kepadaku dan aku hanya diam menanggapi perkataan mereka.
“Kenapa kau diam? Apa kau tidak senang sudah menemukan matemu?” Tanya Felix kepadaku.
“Aku khawatir, bagaimana kalau dia tahu kalau aku bukan manusia pasti dia akan marah dan benci kepadaku.” Ujarku membuat sahabat-sahabatku pun berpikir demikian.
.
.
.Halo semuanya....
Maaf ya Poem baru bisa update ceritanya sekarang soalnya belakangan ini Poem lagi banyak kerjaan hehehe..Terima kasih ya yang sudah baca cerita Poem...
Jangan lupa vote, komen dan share ya teman-teman sekalian..
Annyeong... 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mate Is A Cute Girl
Kurt AdamAku adalah Rachel Colliventyn, usiaku 19 tahun, aku tinggal disebuah panti asuhan, orang tuaku sudah lama meninggal sewaktu aku masih kecil. Aku mendengar orang-orang dari lingkungan sekitar tempat aku tinggal bahwa belakangan ini mereka sering meli...