HUNTER DISTRICT | Perspektif

131 27 9
                                    

Cerpen ini hasil kolaborasi karya dari asaderai vinelvey irisselene_ Putrinwd Annarahma jangnarajang

💌💌💌

Fatiya berjalan menuju parkiran perusahaan tempatnya mendedikasikan ilmu. Menjabat sebagai sekretaris divisi pemasaran dan melakoni tugas dengan cekatan, membuat ia selalu berhadapan langsung dengan direktur. Begitulah ia dikenal, memesona dan menjadi daya tarik sekitar.

Wanita berponi itu memasuki mobil pribadi. Mengenakan kacamata andalannya saat berkendara, lalu melesat pergi. Sembari menyetir kemudi, dering notifikasi Line menghampiri ponsel Fatiya. Tak ada balasan yang ia kirimkan. Namun, saat melihat isi pesan yang tertera dari notification bar, mantap membuatnya putar balik dan menuju ke suatu tempat.

Zein : Datanglah ke kantor. Aku menunggumu.

---

Fatiya berdecak. Sudah lima menit ia menunggu di sekitar area. Seseorang yang dicarinya masih belum kunjung menunjukkan batang hidung. Entah sudah berapa kali ia memperingatkan orang itu bahwa ia tidak suka keterlambatan.

"Maaf, tadi ada kesibukan mendadak."

Fatiya menoleh. Seorang lelaki berumur tiga puluh tahun dengan rambut klimis, kameja putih dan celana kain formal berjalan tergopoh-gopoh ke arahnya.

Wanita itu berdecak sebal. "Aku yang nunggu atau kamu, hmmm?" Zein tertawa renyah. Seluruh beban yang memenuhi pundaknya luruh begitu saja.

"Makan malam yuk, sebentar? Aku yang jemput." To the point berbicara, Tangan kanannya terangkat mengusap rambut poni milik Fatiya.

Fatiya lagi-lagi berdecak. "Ckkk, kapan aku nolak kamu?"

"Nggak pernah." Ia menyengir malu.

"Berarti jadi, ya?"

"Hmmm."

"Ya udah, itu aja kok. Aku nggak tahu mau bilang apa lagi." Zein terkekeh sambil memasang tampang tanpa dosa yang membuat wanita itu geram.

"Kamu nyuruh aku datang ke sini, nungguin sejauh lima meter dari jarak kantor, dan hanya ingin bilang 'pengen ngajak aku makan'?"

Zein tertawa geli. Ekspresi marah Fatiya yang membuatnya tertegun saat pertama kali mereka bertemu, Zein tidak akan bosan menikmati momen lucu itu. Bermula saat Fatiya yang memprotes model strategi pemasaran yang dirancangnya, dan Zein yang tidak terima hasil analisisnya dihinakan.

Dua minggu ia mencari penggalan-penggalan profil lengkap Fatiya. Tak bisa ditampik, Zein jatuh pada pesona wanita berponi itu.

"Hati-hati." Zein melambai kala mobil Fatiya mulai melaju meninggalkannya.

Masih dengan senyum yang tertawan, suara dering ponsel membuyarkan atensi Zein. Senyumnya tiba-tiba saja luntur. Wajah yang semula berseri langsung datar begitu saja dalam sekali petikan jari.

Tanpa pikir panjang ia mematikan panggilan dan menyimpan kembali ponselnya. Lima kali ponsel itu berdering, lima kali pula ia menolak panggilan itu.

---

Matahari mulai menepikan cahaya ke ufuk barat. Sementara Fatiya masih belum sepenuhnya bersiap. Tinggal satu sentuhan make up di wajah, dan ia akan selesai.

HUNTER DISTRICTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang