HUNTER DISTRICT | Upgrade - Kabut Sanubari

52 12 4
                                    

Story Upgrade by lestari_me Braino_S xohanrie lecanopus adayraa diksibiru Mochichi26 Ptrysc.

💌💌💌

Wajah yang lelah terlihat semakin buruk tanpa senyuman. Dengan malas Fabian melangkah masuk ke rumah, sambil mengucap salam. Sayangnya, tidak ada jawaban dari dalam.

Langkah Fabian terhenti kala netranya menangkap pemandangan yang tidak bisa dia dapatkan. Di sofa depan televisi, ibu dan adiknya sedang bercengkrama.

Senyum tulus terukir indah di wajah Alin, bahkan sesekali dia tertawa bersama putrinya. Salwa juga demikian, dia yang tengah berbaring di pangkuan sang ibu, terlihat menyipitkan mata akibat kekehan yang keluar dari mulut.

Perasaan Fabian terluka. Ada rasa iri dan cemburu yang menguasai atmanya. Dengan cepat dia melangkahkan kaki menuju kamar.

Dia segera berganti dengan pakaian yang lebih santai, lalu duduk di tepi ranjang. Netranya tidak lepas dari ponsel di tangan.

Foto sang ibunda terpampang jelas di layar utama. Sangat cantik dengan senyum manis nan tulus.

Kapan aku bisa mendapatkan senyum tulus darimu, ma?

Saat dirinya tengah tenggelam dalam pemikirannya sendiri, tiba-tiba suara cempreng terdengar dari luar, "Bang, keluar, yuk! Makan siangnya sudah siap!"

Ibu jari kanan Fabian segera mematikan ponsel dan menaruhnya di meja cokelat muda, kemudian membuka pintu. Didapati sang adik tersenyum hangat dan binar cerah memenuhi mata. Aroma masakan yang baru jadi langsung menyentuh indra penciumannya, sekilas Fabian bisa menebak makan siang hari ini. "Ayo kita ke bawah, Bang! Ada makanan kesukaan Abang lho!"

Benar dugaannya, ada makanan favoritnya di meja makan. Dia sangat ingat dengan aromanya yang khas. Kedua sudut bibir Fabian terangkat sedikit sebelum kembali menurun. Pasti mamanya membuatkan makanan itu untuk Salwa, bukan dirinya, karena adiknya juga menyukai makanan itu.

Salwa menuruni tangga terlebih dahulu yang kemudian disusul Fabian. Buru-buru Salwa duduk di samping mamanya bersiap untuk mencicipi makanan, sedangkan Fabian bergerak sedikit lebih lambat sebelum duduk berhadapan dengan Salwa. Dari tadi ayahnya sudah duduk di kursi samping tempat Fabian duduk.

Mamanya mulai mengambilkan nasi untuk Ayah juga Salwa yang membuat Fabian menghela napas, ia juga ingin diperlakukan sama. Kejadian seperti ini terus terulang membuat dirinya makin merasa diabaikan.

Di atas meja ada tiga lauk yang tersedia, salah satunya telur mata sapi berbumbu balado. Setelah mengambil nasi, Fabian berniat mengambil telur balado namun gerakannya melambat sewaktu mendengar ucapan mamanya, "Kamu mau makan yang mana dulu? Telur balado? Hari ini mama sengaja buatkan makanan kesukaanmu."

Benar, 'kan. Mamanya tidak mungkin memasakkan ini untuk dirinya. Pasti untuk Salwa, anak kesayangannya. Memangnya apa yang mau dia harapkan?

Adiknya mengangguk dan segera Alin menaruh lauk tersebut ke piring Salwa. Fabian mendapati mamanya sempat melihat isi piringnya yang masih diisi nasi saja, tetapi tidak begitu peduli untuk melakukan hal yang sama. Arga melihat itu juga, dan berinisiatif mengambilkan serta meletakkan ke dalam piringnya. "Makanlah."

"Terima kasih, Yah," ucap Fabian lemah dan mulai makan.

"Enak tidak, sayang?" tanya Alin kepada Salwa. Apakah mamanya tidak sadar kalau Fabian juga memakan lauk itu? Mengapa hanya Salwa yang ditanya? Kenapa?

HUNTER DISTRICTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang