Story Upgrade by asaderai vinelvey irisselene_ Putrinwd Annarahma jangnarajang ArchieElysia
💌💌💌
Langit kelabu menemani perjalananku menuju sekolah. Entah kebetulan atau memang kehendak Tuhan, begitu sampai, hujan mendadak turun cukup deras. Langkahku tertahan di lantai dasar. Berdiri dengan punggung yang bersandar pada pembatas tangga, aku menghela napas pelan. Sepi menjajah atmosfer.
Aku mempertajam pendengaran. Lamat-lamat suara riuh terdengar, sesekali dikaburkan alunan statis hujan. Aku yakin, di sepanjang koridor lantai dua sudah dipenuhi murid yang sibuk membaca kembali kisi-kisi soal ujian. Kebiasaan mereka. Aku tertawa sinis.
Dingin mulai meresap ke serat kain jeket abu-abu yang kukenakan. Memasukan kedua tangan ke dalam saku tidaklah cukup, bahkan setelah aku mengeratkan ke pemilik tubuh yang payah ini.
"Kali ini, biarkan aku yang mengerjakan ujian," gumamku pada udara kosong.
Seorang guru yang tak sengaja lewat berkerut-kerut menatapku. Aku tersenyum siput dan tergesa-gesa menaiki anak tangga. Benar dugaanku. Lantai dua nyaris dipenuhi tatapan-tatapan yang sebelumnya merendahkanku. Bodohnya, aku masih berjalan dengan kepala tertunduk melewati mereka.
Suara nyaring nan menggema terdengar di penjuru sekolah. Koloni siswa dan siswi di sekitarku berhamburan panik seperti semut yang kejatuhan air di sarangnya. Mereka bergegas memasuki ruangan masing-masing. Tak terkecuali diriku yang dengan mantap berjalan masuk ke ruang ujian, Kelas 12, yang jaraknya beberapa langkah dari tempatku berpijak.
Tanganku yang basah akibat keringat dingin mengepal keras. Menyebalkan. Bahkan saat aku mulai diandalkan di kelas, aku masih saja gugup. Menempati bangku di sudut kanan yang jauh dari meja pengawas pun, tidak mengurangi kerisauan dalam hatiku.
Seorang lelaki berambut setengah memutih berjalan memasuki ruangan dengan map di tangan. Sesuai jadwal, hari ini kami semua harus bersitegang dengan Fisika. Namun, aku akan tetap berusaha untuk melengkapi soal yang diberikan.
Setelah semua soal dibagikan, segera kuguratkan penaku di kolom nama. Aksa Adhikari. Senyum sinis merobek ujung bibirku. Nama yang prestisius, sama sekali tidak cocok dengan Val. Sejurus kemudian, aku mulai membaca dan mencari soal-soal yang mudah untuk dikerjakan.
Terhitung lima menit dari waktu dimulai, belum ada soal yang kujawab. Mulutku menggigit-gigit kecil ujung pulpen. Ini bukanlah soal sulit atau tidaknya menemukan jawaban. Fisika hanyalah rumusan teori semudah mengupas kacang, tapi bagi Val ....
Denyutan mengganggu menjamah sisi kanan kepalaku secara tiba-tiba. Lalu, perlahan menjalar ke bagian belakang. Ketukan hujan di jendela seolah lagu yang menarikku ke dalam kekosongan. Aku lantas memejamkan mata, menetralkan saraf kepala yang denyutnya semakin membabi-buta.
Kedua kakiku seperti ditarik sesuatu. Aku terhenyak kaget bersamaan dengan terbukanya kedua mata. Kuedarkan pandangan ke sekeliling. Satu kata yang tepat, kacau. Satu-dua murid mulai saling melempar kertas. Beberapa berbisik-bisik, sisanya menggerakkan jari sebagai kode. Sementara itu, Pak Handoko selaku pengawas ujian asyik berbincang dengan pengawas kelas sebelah di luar.
"Sial, situasi ini menjengkelkan," gerutuku.
Jemariku bergerak nyaris mengambil pena yang tergeletak di atas kertas. Ada yang janggal. Posisi tutup benda hitam itu berpindah, menutupi ujung keluarnya tinta. Lantas kusadari sederet kalimat tertera di sebelahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
HUNTER DISTRICT
Historia CortaTemukan keseruan tentang HUNTER DISTRICT hanya di HUNTERSPIN88. Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi karya dan konsep tanpa izin tertulis dari HUNTERSPIN88. Hak cipta milik penulis. 2020. © HUNTERSPIN88