HUNTER DISTRICT | Kabut Sanubari

142 18 6
                                    

Cerpen ini hasil kolaborasi karya dari Mocynna_ coretan_pena02 jurnallin Dyahi_Chan heiwahann jenanjae Meytalita Ichannisazhr

💌💌💌

"Assalamualaikum...," ucap Fabian saat membuka pintu, tak terdengar jawaban dari dalam. Samar dia mendengar obrolan seru di ruang keluarga. Ternyata mama dan adiknya, Salwa, sedang bercengkerama.

Fabian hanya bisa mematung melihat pemandangan itu. Entah sudah berapa lama dia berdiri, tiba-tiba mama menengok ke arahnya.

"Eh, sudah pulang. Langsung makan, yuk!" Ajak Alin kepada kedua anaknya.

Entah apa yang dia pikirkan, Fabian tidak langsung menjawab ajakan mamanya.

"Bang, diajak mama kok diam aja, sih!" Celoteh Salwa memecah lamunan Fabian.

"Ah, iya. Apa tadi?"

"Sudah, jangan pada ribut. Kamu ganti baju dulu sana, gih. Terus kita makan bareng," pinta mama kepada Fabian.

Fabian mengangguk. "Ya, Ma."

Di kamar, Fabian terdiam sejenak. Mengganti seragamnya dengan pakaian santai biasa, lalu mengambil ponsel dari dalam tas. Saat membuka galeri, Fabian mengusap gambar itu dengan perasaan penuh rindu.

Kapan aku bisa ikut bercanda denganmu, Ma?

Hanya itu yang Fabian inginkan. Bisa bercanda bersama dan melewati lembayung senja bersama Mama dan Salwa. Juga pelukan seorang ibu yang penuh kasih. Ibu yang telah memberikannya kehidupan. Rindu itu membuncah di dadanya. Namun, tak pernah terobati barang sedetik pun.

Tuhan, aku ingin dipeluk Mama. Sebagaimana Salwa yang bisa mendapatkannya setiap saat. Aku juga ingin, sekali saja Mama melihat ke arahku. Aku ingin cinta Mama. Tapi kenapa Mama tak pernah memberiku semua itu?

Fabian keluar kamar, melangkah menuju ruang makan. Saat berjalan menuruni anak tangga, netra Fabian tertuju pada bingkai foto besar di ruang tamu. Foto ketika ia masih balita dalam gendongan Mama. Senyum bahagia yang dahulu terpancar, kini sirna. Entah sejak kapan, Fabian tidak tahu. Yang dia ingat hanya segala kesuraman tentang kasih sayang mama.

Semenjak kelahiran Salwa, Fabian merasa ada sesuatu yang aneh. Namun, tidak bisa ia pastikan. Dan seiring berjalannya waktu, perasaan itu semakin besar dan selalu menguasai hatinya.

Kapan aku bisa mendapakan pelukan dan senyuman tulus itu lagi, Ma? Apakah aku memang tidak layak untuk mama cintai? Kenapa harus Salwa, Ma?

Fabian menghela napas dan melanjutkan langkahnya ke ruang makan. Ketika sampai di meja makan, dia melihat Arga tersenyum hangat.

"Duduk, Nak," sapa Arga pada Fabian.

"Bagaimana harimu?"

"Biasa, Yah," balasnya.

Fabian mengambil piring yang sudah tersedia. Di seberang, ada Mama dan Salwa. Melihat kedekatan itu, hati Fabian tercabik. Ia mencengkeram erat sendok hingga semua buku-buku jarinya memutih.

"Sayang...." Seketika Arga dan Fabian menoleh ke sumber suara.

"Kamu mau yang mana?" Tawar mama kepada Salwa.

HUNTER DISTRICTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang