Part Lima

154 23 26
                                    

Sakura kesiangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sakura kesiangan. Hari ini adalah jadwalnya untuk latihan panahan. Sebenarnya, sih latihannya masih nanti siang. Hanya saja dirinya, 'kan harus membantu ayahnya di kebun lebih dulu.

"Tidak usah buru-buru," ujar Rinn. "Ayah tidak akan marah karena kau telat datang."

"Iya aku tahu. Tapi tetap saja aku tidak suka," balas Sakura.

Gadis itu menghampiri meja makan dengan gaduh. Sakura duduk dan mulai sarapan. Ia mengambil selembar roti dan mengolesinya dengan selai cokelat secara tidak merata.

"Astaga ... pelan-pelan saja, Sayang," Rinn terkekeh.

Sakura hanya tercengir kuda pada ibunya lalu memakan roti selai cokelatnya dengan gigitan besar. Mungkin jika muat, Sakura akan langsung memasukkan roti itu secara utuh ke dalam mulutnya.

"Ibu siapkan beberapa potong roti untukmu latihan," ujar Rinn. "Nanti jangan lupa kau bawa. Ibu mau menjemur baju dulu."

Rinn meninggalkan sang putri seorang diri di meja makan untuk menjemur pakaian di halaman belakang rumah.

Tidak sampai satu menit, roti di tangan Sakura sudah habis tak bersisa. Susu putih hangat buatan Rinn juga sudah berhasil ia tandaskan hingga tetes terakhir.

"Ibu! Aku berangkat!"

Sakura sengaja  berteriak agar suaranya dapat terdengar dari meja makan sampai ke halaman belakang di mana Rinn sibuk menjemur pakaian di sana.

"Hati-hati, ya!" Rinn balas berteriak.

Selama perjalanan menuju kebun, Sakura terus saja bersiul dan sesekali bersenandung kecil untuk menghilangi bosan karena ia hanya sendirian.

Meskipun memiliki kuda pribadi, Sakura lebih suka jalan kaki. Lagipula ia tidak pernah berpergian ke tempat yang jauh.

Paling jauh itu ke kafe kecil yang menjadi tempatnya mengajar kelas memasak di sana. Jaraknya juga hanya lima belas menit dari rumahnya dengan berjalan kaki.

"Ayah!"

Tiga meter di depan sana, Yota yang semula sibuk memangkas dedaunan kering di pohon langsung menoleh begitu mendengar suara putrinya.

"Maaf, ya. Aku terlambat sedikit," Sakura cemberut.

Yota terkekeh melihatnya, "Tidak usah minta maaf. Kau tidak datang juga tidak apa."

"Biar kubantu ayah menggunting daun kering yang di bawah, ya," ujar Sakura.

Gadis itu langsung mengambil gunting lain yang tergeletak begitu saja di tanah. Sakura menggunting daun kering pada tanaman kecil, sementara Yota yang menggunting daun kering di atas pohon.

"Nanti kau latihan panahan, 'kan?" Yota melempar pertanyaan tiba-tiba.

"Iya. Nanti siang," balas Sakura.

4 Prince of NASE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang