01. similariti menumbuhkan hati

102 8 13
                                    

Biasanya bayangan tidak akan terlihat jika tidak disertai sinar yang benderang, mungkin karena itu selama ini saya tidak pernah menemukan kamu. Hingga panjangnya butuh dua tahun lewat untuk kemudian saya bisa menyadari kehadiran kamu di Smansa, sekolah yang beberapa bulan lagi akan saya tinggalkan lewat penyematan alumnus.

Ternyata kamu bisa menarik perhatian anak putih abu krisis eksistensi seperti saya. Tidak ada yang pernah berhasil menawan pikiran saya selama dua puluh empat bulan terakhir, lain daripada kamu. Langka untuk saya menemukan seseorang seperti ini, hingga bisa saya berlebihan sedikit dengan mengatakan kalau kamu itu istimewa. Saya tahu, fakta ini mungkin tidak akan ada harganya untuk kamu selaku salah satu murid yang menempati bangku kelas unggulan. Kamu belum mengerti saja.

Saya bukan murid yang unggul dalam hal apa pun, tetapi saya memiliki harga diri yang tinggi sehingga kegagalan sering membuat saya merasa lebih rendah daripada yang lain. Dari sini kamu tahu rentannya kepercayaan diri yang saya punya. Belum lagi dengan kursi paling belakang yang saya pilih, semata-mata untuk menghindari banyak perhatian. Semua itu sepertinya cukup menggambarkan seperti apa saya di antara murid di dalam kelas. Dengan ini, nantinya mungkin kamu akan mengerti kenapa saya hanya berdiri anteng di singgasana milik saya, daripada untuk menghadapi kamu.

Sebagai murid dengan predikat kelas yang lebih tinggi, mungkin kamu tidak seperti saya yang akan sibuk mengarsir kertas polos selagi guru menerangkan. Mungkin kamu tidak seperti saya yang kecanduan duduk di kursi paling belakang agar tidak terlihat. Mungkin kamu tidak seperti saya yang memiliki jawaban di dalam kepala, tetapi tidak tertarik untuk membuka mulut. Namun, siang itu saya menemukan kesamaan di antara kita. Di sepanjang peralihan yang dilumrahkan euforinya ini.

Riangnya seseorang membawa kamu kepada perhatian saya. Tidak mengherankan untuk lebih bisa menyadari kehadiran kamu karena sinar benderang selalu berhasil menghempas jauh pribadi yang saya miliki. Sementara kamu di sana bersisian sebagai bayangan, tanpa membawa embel-embel peran utama.

Seperti halnya saya.

Raut datar kamu melebihi dasar tembok sekolah kita, barangkali karena tergerus juga oleh kawan yang kamu bawa dari dalam kelas di ujung koridor sana. Dia yang penuh dengan ekspresi hingga tumpah-tumpah sementara kamu, ketika semua anak berlomba-lomba untuk mencari banyak perhatian, saya terka kamu tidak begitu. Sederhana dengan dunia yang berbeda dari mereka. Lihat saja bagaimana kamu mematung dengan kaku, menyimpan kedua tangan tepat di garis pinggang rok abu-abu. Lurus menatap lawan bicara tanpa rona yang kentara, sedangkan kawan kamu meluap-luap hingga berbusa-busa.

"Di?"

Begini, berkata terus terang bukan gaya saya. Mengirimnya lewat perantara gawai seperti anak-anak zaman sekarang juga bukan saya. Lebih tepatnya lagi, menunjukan kalau saya ada ... itu bukan saya. Jadi, sepertinya kamu tidak akan pernah tahu kalau ada murid seperti saya yang berhasil ditarik perhatiannya oleh kehadiran kamu.

"Adi?"

Goresan saya terhenti.

Kepala saya mendongak.

Tanpa mengeluarkan suara, kedua alis saya naik memberikan reaksi.

"Di, kita satu kelompok, ya," ujarnya.

Wajah salah satu siswa IPA empat memenuhi pandangan saya. Mustahil saya tidak mengingat namanya ketika kelas kami tidak pernah menerapkan sistem acak barang sekali periode pun.

Fokus kita bertemu.

Memang tidak akan kentara lewat air muka, tetapi kebenarannya hati saya mendadak gusar. Seharusnya tidak perlu Tuhan memperburuk krisis percaya diri saya dengan mengirim siswa seperti dia--yang belum saya jumpai kurangnya--dalam jangkauan saya. Anak laki-laki yang berhasil mengubah arah perhatian saya kepada seseorang menjadi rupa segi tiga. Bagaimana lagi, sangat masuk diakal, tidak mengherankan untuk seseorang terlena kepada dia. Siapa yang tidak berhasil terusik oleh pesona seorang Handawira?[]











apatis di ujung koridorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang