Chapter 10

18 1 0
                                    

"Aku tahu yang dilakukannya hanya sekedar rasa bersalah. Namun tetap saja berdampak buruk pada jantungku." ~Mitha Puspita Sari

Bagi sebagian orang sarapan itu hal yang wajib. Entah itu dengan nasi, roti atau apapun. Sebagian lagi serapan hanyalah sebuah kata. Karena bukan hal penting baginya. Yang ia rasakan jika sarapan, ia akan muntah-muntah. Terlihat aneh bukan? Tetapi hal itu wajar jika yang awalnya tidak pernah sarapan tiba-tiba dipaksa sarapan.

Seperti yang terjadi pada Rina saat ini. Kini ia harus merelakan makanan yang baru saja masuk ke dalam perutnya. Sumpah serapah Rina layangkan pada Mitha yang memaksanya untuk sarapan. Padahal Mitha mengetahui bahwa ia tak pernah sekalipun sarapan. Emang sengaja si Mitha bikin gue kek gini, awas aja lo, Mith. Mitha? Dia sedang memijat tengkuk Rina sambil memakan lolipopnya.

"Lo ya gue muntah-muntah gini Lo malah santai makan lolipop. Pagi-pagi pula."

"Diem deh Lo. Pagi-pagi udah ngomel-ngomel aja."

"Astaghfirullah sahabat gue gini amat."

Berlebihan sekali sahabatnya itu, pikir Mitha. Melihat Mitha yang bodo amat membuat Rina jengkel. Sebuah ide brilian hingga dipikirkannya. Dengan segera Rina menghampiri Aireen.

"Ma, Mitha lagi makan lolipop tuh di depan." Aireen segera beranjak keluar rumah. Melihat itu Rina hanya terkikik.

"Aduh aduh ma ampun. Mitah salah apa?" ucap Mitha ketika telinganya dijewer.

"Kamu salah apa? Udah tau masih pagi udah makan permen aja."

"Lolipop ma."

"Yaudahlah pokoknya itu. Udah sama berangkat."

"Mama ngusir aku?" ucap Mitha dengan mata yang berkaca-kaca.

"Gak usah lebay kamu." ucap sang mama sambil menoyor kepala anaknya.

"Mama ini gak ada manis-manisnya sama anak sendiri."

"Mith, yuk berangkat." Mitha keluar rumah sambil menenteng tasnya.

"Tante eh mama, Rina berangkat dulu ya."

"Iya, hati-hati. Jangan bolos kalian."

***

"Aduh."

Sebuah dorongan membuat Mitha jatuh mencium lantai koridor. Siswa yang melihat kejadian itupun berbisik sambil sesekali tertawa. Rina yang melihat hal itu tak bisa menahan tawanya. Bukannya menolong, tawanya semakin pecah. Mitha hanya bisa menahan malu yang segunung. Mau ditaruh mana mukanya ini!

Melihat ada korban, sang cowo yang tidak sengaja mendorong Mitha segera membantu Mitha bangun. Ia tahu apa yang cewek itu rasakan. Untuk menebus kesalahannya ia segera memeluknya untuk menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah.

Mitha hanya mematung dalam pelukannya. Ia seperti tak asing dengan wangi yang ia cium. Namun siapa? Setelah bergelut dengan pikirannya satu nama terlintas. Reynand. Menyadari itu pipinya yang sudah memerah semakin menjadi merah.

Mengetahui kondisi mereka, Kenzo dan Ardhi segera membubarkan kerumunan. Setelah dirasa aman, mereka memberikan kode untuk Reynand melepaskan pelukan itu.

"Maafin gue. Karena gue lo jadi malu."

"Ga- gak papa. Makasih udah nyambungin wajah malu gue." Setelah mengatakan hal itu, Mitha segera menarik tangan Rina. Tak ingin salah tingkah di depan mereka. Bisa-bisa rasa malunya semakin menggunung.

Kumau DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang