10. Dad, Can You Stop Me?

1.3K 172 23
                                    

Sedikit gila, terlalu gila, bahkan semakin gila. Mulut berbusa di hadapanku dengan rentetan materi yang sangat tidak jelas itu, bahkan tidak bisa kudengar dengan pasti. Kepalaku begitu berisik, cerita-cerita semalam benar-benar menganggu konsentrasi belajarku. Ciuman. Tidak, mengapa rasanya sangat berlebihan? Aku seperti seorang anak kecil yang mencium pria tua dengan cara mengejutkan. Bukankah aku sudah selayaknya bocah cilik yang tidak tahu diri. Aku malu, Ayah.

Kedua pipiku terasa memanas, jantungku juga berdebar dengan frekuensi yang kurang normal. Oke, baiklah, anggap saja aku hanya melakukan kesalahan kecil. Dia tidak akan mengingatnya, aku sangat yakin. Bodoh, aku tetap khawatir jika pria itu akan mengingatnya lalu mengungkitnya.

Pagi-pagi buta saja aku sudah melarikan diri, menghindari keberadaannya yang mungkin saja akan membunuh tempo jantungku. Ya, setidaknya Dewi Fortuna menyelamatkanku hari ini dan aku tidak bertemu dengannya. Tunggu sebentar, aku lupa menyediakan sarapan untuknya. Astaga.

"Hey, perhatikan dosennya, Leechie."

Aku cepat mengalihkan pandanganku, menemukan Taehyung yang terduduk di sebuah kursi yang berjarak tidak jauh dariku. Berbisik padaku dengan kedua takromanya yang menajam. Aku hanya tersenyum, sembari mengangguk.

Mungkin dia menyadari bahwa sedari tadi aku sibuk memukul pelan kedua pelipisku dan juga mengacak-acak seluruh suraiku dengan kesal. Aku malu, aku sangat malu. Kuharap kejadian semalam tidak terulang lagi.

"Karena tidak lama lagi ujian semester. Saya harap, kalian bisa menyelesaikan tugas akhir yang saya berikan. Tidak ada tugas kelompok, kalian hanya perlu menyelesaikannya sendiri. Saya permisi."

Semua mahasiswa terdengar mengeluh sebal ketika mendapati beberapa kalimat yang di ajukan oleh dosen. Bahkan aku mulai tidak peduli pada hal apa pun terkait dengan kuliah. Padahal Ayah Jimin yang sudah susah payah membiayai pendidikanku. Ah sialan, semua ini gara-gara pria gila itu.

"Hey, Leechie, kau dengar? Ujian semester akan berlangsung. Aku peringatkan sekali lagi, kau jangan banyak—"

"Sudahlah, aku harus pergi."

Dasar Taehyung, dia berisik sekali. Aku mengacuhkan suaranya, bahkan dia berteriak menyerukan namaku ketika aku memutuskan untuk beralih menghilang dari jangkaunnya. Aku tidak berpikir apa pun selain tragedi semalam.

Ini membuatku semakin tidak waras, aku bisa merasakan bagaimana sentuhan itu yang berakhir memulai terlebih dahulu. Jimin mengambil alih kemudinya dan tentu saja aku sangat terkejut. Kupikir, mungkinkah selama ini Jimin menahan segala hasrat miliknya?

Bukankah dia yang mengatakan sendiri padaku jika dia selalu bermain dengan perempuan lain. Rasanya tidak berlogika bila dia tidak melepaskan hasratnya sendiri kepada perempuan lain itu. Kecuali jika dia memang tidak melakukannya. Eoh, ataukah dia berbohong padaku? Siapa yang peduli, toh dia tetap akan memutuskan untuk berpisah denganku. Dia si pecundang yang tenggelam akan masa lalunya. Dia penakut, penakut dan penakut. Menyebalkan.

Aku melangkah kesal, menyusuri setapak koridor untuk meninggalkan jejak kampus. Aku terlalu malas dan bosan jika belajar terus-menerus. Dunia ini bukan hanya tentang belajar, belajar dan belajar. Ayah, aku tidak tahu tujuan hidupku sendiri.

"Hey! Minggir, aku tidak bisa berhenti berlari."

Aku segera menengadahkan kepalaku, menemukan dua orang yang berlari cukup cepat di hadapanku sana. Aku yang terlalu terkejut hingga tidak sempat menghindar, membuat salah satu pundakku juga tidak sengaja tertabrak.

Tubuhku bergerak tidak seimbang, aku akan terjatuh. Hanya saja, itu tidak terjadi padaku. Sesuatu menahan punggungku, membuatku mematung dalam detik berikutnya. Karena aku tahu aroma yang tiba-tiba saja menyeruak memasuki penciumanku.

Trivia : Ocean Eyes || Park Jimin Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang