Tidak seharusnya aku yang merasa sebuah kegelisahan seperti ini. Namun, aku sangat tidak mampu manahan perasaanku yang sedang tidak tertata dengan baik. Sangat menyebalkan jika harus kuakui bahwa aku tidak menyukai kehidupanku.
Berulang kali dalam waktu yang singkat, helaan napasku mengumbar enggan. Mengingat apa yang di ucapkan oleh ibu dari suamiku, membuatku memutuskan untuk tidak segera membuka pintu yang berada di hadapanku kini. Aku hanya terlalu takut untuk memandangi kembali wajah Jimin yang tiba-tiba saja kurindukan.
"Ibu akan sangat senang jika kau memutuskan untuk berpisah dengan Jimin. Aku peduli padamu dan juga Jimin. Aku tahu bagaimana anakku yang memiliki sikap kasar dan tempramental."
"Dia hanya tidak bisa menerima masa lalunya hingga seperti itu. Lalu, apa kau akan bertahan dengan pria yang bahkan senang melukaimu?"
Apa aku akan bertahan? Mengingat Taehyung yang mengatakan padaku bahwa Jimin ingin bersamaku, menjadikanku sebuah wadah untuk mampu kurasakan setiap deritanya. Aku memang tidak yakin, tapi terkadang perasaanku menolak atas ucapan Ibu Jimin kepadaku. Berpisah dengannya ketika aku mulai jatuh cinta padanya, bukankah Tuhan terlalu memaksaku?
Aku hanya mampu menghela napas berulang kali. Lagi dan lagi. Aku memutuskan untuk melangkah mendekati pintu tersebut dan mendorongnya. Setelah aku bertemu dengan ibu dan berbicara begitu banyak, aku mengirim pesan pada Jungkook, aku tidak akan bekerja hari ini. Walaupun kupikir Jungkook sedang sangat sibuk karena dia yang tidak membaca pesanku. Menyebalkan.
"Jimin, kau—"
Entah berapa banyak aku membiarkan jantungku melongos jatuh karena detakannya yang mengejutkan. Aku terdiam, berpikir seribu kali ledakan, memandangi nyata yang lugu sedang kini berdiri di hadapanku dengan senyum segurat. Aku mengenali wanita tersebut, dia adalah orang yang sama.
"Maaf ya, sepertinya aku kembali mengejutkanmu. Hanya saja suamimu memintaku untuk menjadi lawan mainnya."
Tidak mungkin. Mengapa Jimin memutuskan untuk bermain lagi bahkan dengan wanita yang sama. Mengapa sangat mudah baginya untuk menyakitiku. Kupikir kecupan salah satu malam lalu adalah pertanda bahwa dia akan berubah, dia akan menerima keberadaanku, dia akan berusaha untuk mencintaiku. Sial, bahkan aku sungguh terkesima atas tindakannya yang luar biasa menyebalkan.
Aku tertawa hambar. "Di mana Jimin?" tanyaku pada wanita itu. Dia sekadar menaikan pundaknya enggan menanggapi.
"Mungkin tertidur. Suamimu kelelahan karena cukup lama bermain denganku. Biarkan saja, kau tidak harus membangunkannya."
Aku menahan segala hal yang ingin sekali kuluapkan secara acak. Memandangi penuh pada wanita yang kini berada tepat di hadapanku, berpakaian terbuka dengan dress hitam yang enggan menutup seluruh kaki jenjangnya. Hingga kusadari bahwa dia sangat cantik.
Tidak bisa kupungkiri, Jimin tetaplah pria pada umumnya yang menginginkan sesuatu pada taraf kesempurnaan. Dia memang tidak pernah melihat akan keberadaanku, meraih perasaanku atau sekadar mempersilahkan aku untuk memasuki kehidupannya. Dia menolak dengan tegas diriku, aku Kim Leechie. Mungkin aku tidak termasuk ke dalam tatanan kriterianya. Ah, ya seharusnya aku cepat menyadari hal tersebut.
Wanita itu segera menepuk salah satu pundakku, tersenyum. "Aku harus pergi. Katakan pada suamimu bahwa dia adalah pria yang menyenangkan." Dia berlalu pergi, mmbuatku begitu segan untuk mengatakan apa pun selain terdiam membisu.
Mungkin apa yang di katakan oleh ibu dari suamiku adalah hal yang patut untuk di benarkan. Aku tidak mampu bertahan jika Jimin terus-menerus menyakitiku, membuat lika-liku yang berbeda setiap harinya dan mempermainkan perasaan yang kumiliki. Seolah-olah aku adalah sesosok jiwa tanpa sakit dan terjatuh. Dia tahu bahwa aku menyukainya, dia tahu bahwa aku terluka cukup banyak karena perlakuannya padaku. Namun, dia enggan memberi jeda pada derita yang aku terima sejak aku menikah dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trivia : Ocean Eyes || Park Jimin Fanfiction ✔
أدب الهواة(END) Kim Leechie, adalah seorang gadis yatim piatu yang tengah menjabat sebagai mahasiswa dengan usia dua puluh dua tahun harus di hadapkan dengan kecelakaan paling tidak masuk akal ketika baru saja ia ingin menghilangkan diri setelah menemukan san...