Kedua netra biru Keiji Akaashi terfokus pada bola yang melayang di udara, tak berkutik dari sana. Kakinya mengikuti kemana bola itu berada. Lalu di saat bola itu sudah berada di sisi lapangannya, telapak tangannya terangkat ke atas—memberikan dorongan dan mengarahkannya pada senpainya, "Sarukui-san!"
Yamato Sarukui melompat, mengspike bola yang diberikan oleh Akaashi. Namun, alisnya agak menukik—merasa agak kesusahan dengan lemparan yang diberikan.
Dass!
Ya, bola itu akhirnya berhasil masuk dan mencetak poin. Sarukui tersenyum lega dan mengepalkan tangannya, sedangkan yang lainnya memberikan sorakan selamat. Sarukui menoleh, mengarah ke arah si setter.
"Akaashi?"
"Ya, Sarukui-san? Apa ada masalah?" Akaashi bertanya sembari menyeka keringat yang jatuh di pelipisnya.
"Uh... ya. Tossmu barusan—pas, sih, tetapi bolanya agak susah kuterima. Rasanya agak ada yang berbeda dari biasanya," lelaki itu mengutarakan pendapatnya.
"Oh..." Akaashi buru-buru menunduk, agak membungkuk sebagai tanda maaf, "Tsumimasen. Aku tidak akan mengulanginya lagi."
"I'ie, i'ie. Tidak apa~ Aku hanya khawatir. Apakah kau sedang tidak enak badan?" Sarukui berkecak pinggang, wajahnya terlihat buncah. Ia tahu adik kelasnya itu selalu berlatih dengan Ace mereka hingga larut malam. Bisa bahaya jika ia jatuh sakit.
"Aku tidak apa-apa, kok," Akaashi menjawab dengan tenangnya. Kepalanya lalu menoleh, menatap ke arah Bokuto yang melompat-lompat riang di tempatnya.
"Hey, hey, hey! Kaashi! Selanjutnya berikan tossnya kepadaku, ya! Ya! Ya!"
Akaashi menghela napasnya. Ya, dia memang tidak sedang sakit. Tetapi manusia inilah yang membuat performanya jelek hari ini. Kegiatan kemarin... sangat mengganggu konsentrasinya.
Benar-benar, ya. Bagaimana Bokuto-san bisa bersikap biasa saja? Akaashi bertanya-tanya dalam hati. Ia lalu menggeleng kecil, mengepalkan tangannya. Ia adalah seorang setter Fukurodani, pembawa alur permainan. Ia harus berkonsentrasi di dalam latihan tandingnya ini.
•🦉•
Istirahat siang.
Akaashi ingin mencari udara segar. Ia memutuskan untuk keluar dari lapangan indoor dan berjalan-jalan di sekitar. Seorang diri. Setelah membasuh mukanya di keran, maniknya berhenti di sana.
Di bawah pohon rindang, seorang lelaki berambut pudding duduk dan memainkan konsol gamenya. Akaashi mendengus pelan. Ah, melihat si setter Nekoma ini membuatnya ingat kejadian semalam.
Keep calm, bersikap seperti biasa saja. Ya, Akaashi mencoba untuk seperti itu. Jadi, ia mendatangi lelaki itu sembari bertanya, "Sendirian saja, Kozume?"
"Ah..." Kenma mengangkat kepalanya singkat guna melihat siapa lawan bicaranya, lalu kembali fokus pada gamenya. Bibirnya mengerucut dan kepalanya mengangguk, "Ya."
"Oh..." Akaashi menggaruk pipinya, tidak tahu harus berbicara apa lagi. Ia memutuskan untuk duduk di sana—di bawah pohon rindang yang ternyata sangat nyaman untuk dijadikan tempat istirahat ini.
"Maaf, aku mungkin akan fokus pada gameku," Kenma bergumam.
"Oh, iya. Silahkan. Tidak apa-apa, kok. Aku hanya ingin duduk di sini saja," Akaashi membalas. Ia tidak bermaksud mengusik permainan si pudding itu.
"Kuroo... sering menegurku soal ini," Kenma bergumam, "Katanya, ini tidak sopan. Dia menasehatiku untuk berbaur dengan orang lain."
"Ah... begitu."

KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] The Dummy Owl《BokuAka Fanfiction》
FanfictionAkaashi lelah dengan sikap lugu dan naif dari Bokuto. Pokoknya, dia tidak mau jadi sex friend si kakak kelasnya ini! Tidak mau. ~~~~~ ⚠️BL story 🔞Mature content! ❗Cover © my art