Seminggu berlalu...
"KAASHIIIII. Toss untukku, dong!!!"
Akaashi menghembuskan napasnya melihat si Ace menghentak-hentakkan kakinya, melompat-lompat tidak terima ketika melihat sang kekasih membantu yang lainnya membersihkan net. Akaashi sebenarnya ingin latihan tambahan dengan si senpai, tetapi hari ini latihan sudah berjalan cukup lama—belum lagi, ia ingin segera pulang dan istirahat.
"Tidak, Bokuto-san," tegas Akaashi.
"AHHHHH! Ayolaahhhhh! Kau tidak menyenangkan, KAASHEEEI!" Bokuto berbaring di atas gymasium dan mulai menggelindingkan dirinya di sana—menggeliat manja seperti cacing kepanasan.
"Tidak," Akaashi melewati si murid kelas tiga itu dan tetap membantu yang lainnya.
"Hiks..." Bokuto menitikkan air mata dramatisnya, menatap langit-langit gymnasium seolah dunia akan berakhir. Hatinya hancur berkeping-keping. Yang lainnya hanya mengeluarkan tawa hampanya melihat captain mereka itu, kecuali Akaashi.
"Ahh~ Mabuk cinta-mode Akaashi sudah berakhir, ya?" Konoha tertawa melihat pertengkaran rumah tangga di hadapannya ini. Seperti menonton dorama yang muncul di televisi pada sore hari.
"..." Akaashi memutar bola matanya. Seluruh anggota tim juga tahu bagaimana tingkahnya ketika baru saja berpacaran dengan Bokuto—membolos, berduaan, ah, dalam tiga hari itu Akaashi sudah cukup banyak teguran. Karena itu, ia mencoba untuk kembali bersikap 'normal' demi kebaikannya dan juga Bokuto-san.
"BENAR!" Bokuto langsung mengambil posisi duduknya, mengangguk cepat mendengar apa yang dikatakan Konoha. "Kaashi sekarang tidak romantis, buu~ Dia bahkan tidak pernah merubah nama panggilan untukku!"
"Memangnya kau ingin dipanggil apa?" Sarukui bertanya.
"Senpai!" seru Bokuto sambil mengepalkan tangannya, matanya berbinar cerah. Dia benar-benar serius dalam ucapannya.
"... Bokuto-san. Aku bahkan tidak yakin kau pantas kupanggil senpai..."
"LIHAT? DIA SANGAT JAHAAAT!" Bokuto kembali berbali berbaring dan merentak-rentakkan kakinya. Konoha, Sarukui, dan Komi pun berusaha menenangkan si bayi besar itu—walau mereka sebenarnya tidak kuat menahan tawa mereka melihat Emokuto yang semakin konyol ini.
"Psst, psst, Akaashi!"
"...?" Akaashi menoleh ke arah si gadis berambut coklat yang menekan-nekan lengannya. "Ya, Shirofuku-san?"
"Kau tahu, tidak? Bokuto itu sangat suka ketika ia dipanggil dengan nama kecilnya, lho~" ucap Yukie dengan seluas senyumannya. Akaashi mengangguk mengerti. Dia sudah mendengarnya. Dulu di saat sang senpai masih berpacaran dengan seorang gadis, lelaki itu sangat senang ketika dipanggil 'Kotaro'.
"Jaa? Sepertinya kita bisa mencoba mengatasi mood Bokuto dengan jurus baru! Kau harus memanggil nama kecilnya, Akaashi!"
Akaashi menarik kedua otot bibirnya, memantrikan sebuah senyuman di parasnya. Kedua netranya menatap sosok kekasihnya yang kini duduk sambil memanyunkan bibirnya, mengusap bekas air matanya. Ia kemudian menggeleng kecil, "I'ie... Aku tidak bisa melakukan itu, Shirofuku-san."
"Eh?"
Akaashi tidak menjawab, masih tersenyum. Ia memang tidak pernah memanggil nama kecil senpainya. Kalaupun Akaashi melakukannya pun... ia lebih suka melakukannya ketika tidak ada siapapun yang mendengarnya, kecuali si kekasih seseorang.
Seperti yang biasanya Bokuto lakukan.
•🦉•
Keesokan harinya...
![](https://img.wattpad.com/cover/237870683-288-k718743.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] The Dummy Owl《BokuAka Fanfiction》
FanficAkaashi lelah dengan sikap lugu dan naif dari Bokuto. Pokoknya, dia tidak mau jadi sex friend si kakak kelasnya ini! Tidak mau. ~~~~~ ⚠️BL story 🔞Mature content! ❗Cover © my art