10

7K 759 233
                                    

Akaashi membuka matanya karena sinar mentari yang masuk di sela gordennya, pertanda pagi telah tiba. Rasanya berat sekali membuka matanya—ah, apa karena ia habis menangis semalaman kemarin?

Akaashi menghela napas panjang. Ia mengambil posisi duduk dan mengusap mukanya yang lengket karena air mata. Uh, semalaman kalbunya diselimuti kabut kusam dan buruk sekali.

"Ayolah, ayolah," Akaashi menepuk kedua pipinya berulang kali. Ia tidak boleh begini terus!

Rasional.

Realistis.

Normal.

Straight.

He has to be like that.

Ia harus melupakan semua apa yang terjadi dengannya dan Bokuto-san. Mungkin mengingatnya sebagaian sebagai kesalahan di masa remaja. Ya, begitu seharusnya.

Bokuto-san tidak pernah menyukainya. Jadi, lupakan saja soal perasaan di hatinya. Suatu saat nanti, perasaan itu juga akan terhapuskan seiring jalannya waktu.

•🦉•

Latihan pagi.

Akaashi kini tengah mengobrol ringan dengan para senpainya. Ia bersyukur karena semuanya tampaknya tidak menyadari warna matanya yang memerah karena terlalu banyak menangis kemarin.

"Kaashi~"

Suara itu. Suara si burung hantu yang sangat khas di telinganya. Akaashi pikir, ia tidak apa-apa—tetapi ternyata, jantungnya terasa perih hanya mendengar Bokuto memanggil namanya.

"O... hayou, Bokuto-san," katanya singkat, sebelum akhirnya berbalik untuk membantu managernya mengisi minuman.

"He?" Konoha mengangkat kedua alisnya, "Kalian bertengkar?"

"Hah? Tidak. Aku juga tidak paham mengapa Kaashi begitu," Bokuto mengerucutkan bibirnya dan melipat tangannya.

"Tidak biasanya Okang begitu," Komi ikut menanggapi.

"Akaashi itu tenang, ia tidak mungkin menghindari seseorang hanya karena masalah sepele. Apa yang kau lakukan, Bokuto?" Sarukui bertanya sembari menatap Bokuto penuh selidik. Bahaya juga kalau setter mereka yang biasa menetralkan itu punya masalah dengan si Ace.

"Kenapa kalian menyudutkanku??? Sudah kubilang, aku tidak tahu!"

"Hahh..." Akaashi yang jelas mendengar pembicaraan itu menghela napas panjang, menata botol yang telah diisi air. Ah, rasanya tidak mungkin menghindari Bokuto dan tidak berbicara seharian seperti apa yang ia minta kemarin—soalnya itu akan membuat senpai lainnya khawatir.

•🦉•

Benar, Akaashi tidak mungkin menghindari Bokuto.

Mereka adalah rekan satu tim. Mereka anggota reguler klub Fukurodani.  Dan bahkan kini, mereka berada di lapangan yang sama untuk latihan tanding. Yang bisa ia lakukan hanyalah bersikap biasa saja—meski ekor matanya terus tidak sengaja bertemu Bokuto.

... biasa saja.

Biasa saja.

Tidak bisa biasa saja.

Jantungnya berdenyut sakit.

Ah. Menyebalkan. Jujur saja—Akaashi tidak betah dengan rasa sakit ini, ia ingin segera menyelesaikan pertandingannya! Otomatis, ia berlari dengan tegas dan cepat melihat bola itu melayang di pinggir lapangan.

"Bokuto-san!"

Ia berteriak, melempar bola itu ke belakang—melakukan back set kepada si Ace. Ia tahu lelaki itu sudah menggerutu kesal karena tidak mendapat bola sejak tadi.

[✔] The Dummy Owl《BokuAka Fanfiction》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang