06

10K 891 362
                                    

"Okang, aku hausss!"

"Okang~ Ajarin nomor dua, dong!"

"Okang, aku tidak bisa mengerjakan semua!"

"Wah. Kau parah sih, Bokuto."

"Saru tega!"

Akaashi—yang dipanggil 'mommy' oleh para senpainya sendiri—meletakkan gelas-gelas es sirupnya ke atas meja tatami. Ia memutar bola matanya dan mendengus kasar. Sejak kapan ruangannya menjadi penuh anak pungut?

Semua ini bermula dari seorang sensei matematika kelas tiga yang hendak memberikan ujian pengulangan pelajaran kelas satu dan dua. Bokuto yang sadar diri ia tidak menguasai pelajaran kelas terdahulu, meminta Akaashi untuk mengajarinya. Lalu, saat Akaashi mengiyakannya—kakak kelas lainnya juga memohon untuk diajari pula.

Dan jadilah ruangannya dipenuhi oleh 'anak-anak pungut' ini.

"Mana... yang tidak bisa?" Akaashi bertanya sembari duduk, mencoba untuk mengajari pelajaran yang mungkin tidak semua ia kuasai.

"Ini!" Bokuto, Sarukui, Komi, dan Konoha menunjuk soal yang berbeda-beda di buku mereka—membuat si adik kelas menahan napasnya sejenak, lalu menghembuskannya.

Dengan sabar, Akaashi menjelaskan soal-soal itu sebisanya. Mereka semua larut dengan pelajaran itu hingga semuanya terkapar dengan elegannya—nyawa mereka terlepas dengan badan mereka karena muak dengan apa yang baru saja mereka dengar.

"Gila! Aku muak belajar! Aku tidak akan kuliah!" Bokuto menggerutu sembari menatap langit-langit Akaashi.

"Setidaknya luluskan dirimu dulu, Bokuto," Konoha berkomentar sembari menghela napasnya.

"Hah?!"

"Benar. Jangan berpikir terlalu depan~ Lulus saja belum tentu bisa~" Komi membalas dengan seringainya.

Semua itu sukses membuat si kapten kesal, "Apa maksud kalian, hah?!"

"Kalau kau tidak lulus, kau akan menjadi teman sebaya Akaashi. Mungkin kalian juga sekelas," Sarukui melipat tangannya. "Kalau dengan Akaashi, sepertinya kita tidak perlu khawatir lagi. Kita bisa lulus dengan tenang dan melanjutkan hidup tanpa memikirkanmu, Bokuto."

"Hei, apa kalian benar-benar berpikir aku tidak lulus, hah?!" Bokuto mengambil posisi duduknya, melemparkan bantal-bantal secara acak—yang salah satunya mendarat ke muka Akaashi.

Akaashi mengambil napasnya, menurunkannya. Kini senpai-senpainya itu berperang bantal di dalam kamarnya. Mengapa kakak kelasnya tidak ada yang normal, sih...?

Tok. Tok.

"Permisi..."

Oh.

Ada satu.

Seseorang memasuki kamar Akaashi setelah mengetuk pintu. Lelaki tinggi berwajah dingin itu—Tatsuki Washio—memasuki ruangan dengan sekresek jajanan dari supermarket.

"Kalian belajar sampai jam segini? Ini sudah malam, lho. Apa kalian tidak merepotkan Akaashi?"

"Washioooo!" Yang lainnya, kecuali Akaashi, langsung berlari mendekat, memeluk lengan, pinggang, dan hampir seluruh tubuh lelaki itu karena senang dibawakan jajanan.

• 🦉 •

"Aku mau chipsnya!"

"Bokuto, kau sudah makan banyak! Ambil yang lain!"

"Pocky, nih! Ambil!"

"Nggak suka pockyyyy!"

Akaashi yang menonton perdebatan itu merasa pening. Ingin rasanya menarik kerah baju senpainya satu per satu, menggeret mereka keluar dari kamarnya. Namun, ia menahannya karena masih belum ada satu barang pun yang rusak di ruangannya.

[✔] The Dummy Owl《BokuAka Fanfiction》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang