"Yukippe~!"
Siang itu, di karidor sekolah kelas tiga menggema suara Bokuto Kotaro. Gadis berambut coklat itu menoleh, berkecak pinggang, "Ada apa, Bokuto? Jangan lari-lari begi-"
"Nanti sampaikan pada yang lain kalau tidak ada latihan sore, ya!" Bokuto memegang kedua bahu si gadis, langsung menyeru apa yang ingin dikatakannya.
"Hahh?" Yukie mengangkat kedua alisnya. "Kau captainnya! Kenapa tidak menyampaikan sendiri saja?"
"Kau 'kan manager kami~" rengek Bokuto. Sebenarnya, sih, dia malas ke kelas anggota timnya satu per satu. Perutnya sudah keroncongan dan dia belum makan siang—mengesalkan! Si Ace itu pun melanjutkan masih dengan mulutnya yang manyun, "Please ya, Yukippe? Aku sudah mengikuti rapat sampai akhir seorang diri, huhuhu."
"Rapat?"
"Iya, tadi perwakilan setiap klub dipanggil," Bokuto mengerucutkan bibirnya. "Aku tidak bisa menemukan Akaashi di kelasnya, jadi aku datang sendiri. Katanya, semua kegiatan klub hari ini diliburkan karena ada penilaian ruang sekolah."
"Oh..." Yukie berkedip beberapa kali, menjeda. Si gadis langsung memandang Bokuto tak percaya, "Tunggu sebentar, kau bisa rapat tanpa Akaashi?"
"Tentu saja!!! Kau pikir aku tidak bisa apa-apa tanpa Kaashi, hah??"
Iya, semua berpikir begitu! si gadis membalas dalam hati. Keringat bercucuran di pipinya, matanya terbuka lebar. Tidak percaya si captain voli Fukurodani ini bisa bertingkah dewasa juga. Padahal biasanya, hanya Akaashi yang bisa menanganinya.
"Uh... Ya, sudah. Aku sudah lapar sekali," Bokuto menepuk-nepuk perutnya. "Aku duluan, ya..."
"Ah—tunggu," si gadis menepuk pundak Bokuto, membuat empunya menoleh dan mengangkat kedua alisnya. "Kau bilang kau tidak bisa menemukan Akaashi di kelasnya, bukan?"
Pertanyaan itu dihadiahi anggukan dari sang burung hantu. Bokuto tidak melihat adik kelasnya berada di kelasnya.
"Rasanya... aku melihatnya... di toilet laki-laki kelas dua."
"HAH?! YUKIPPE NGAPAIN KE TOILET LAK-"
"Bukan begitu!" Si perempuan berambut coklat buru-buru membungkam mulut si lelaki, mukanya memerah padam. Beberapa orang di karidor sudah menatap keduanya—terutama ke arah Yukie, yang mungkin sudah dianggap sebagai perempuan mesum karena ucapan Bokuto.
Yukie menatap tajam Bokuto, "Aku melihatnya di karidor kelas dua, tahu! Dia mengepel di sekitar sana! Juga, sampai ke toilet laki-laki!"
"Eh, mengepel?" Bokuto memiringkan kepalanya.
Sang Hawa mengangguk sekali, "Yup. Aku mau menanyakan mengapa ia melakukan itu, tetapi dia sudah di toilet laki-laki."
"..." Bokuto terdiam. Kalau tidak salah, hari ini bukan jadwal piket Akaashi. Mengepel karidor hingga toilet itu juga merupakan hukuman sekolah bagi siswa yang terlambat atau... tidak mengerjakan tugas?
"AKU PERGI DULU, YUKIPPE!" Bokuto langsung berlari secepat kilat, meninggalkan si gadis tanpa berpikir panjang. "TOLONG SAMPAIKAN SOAL LIBURNYA KLUB KE ANAK-ANAK!"
"Eh—? Iya! Jangan lupa bayar utangmu juga!" Yukie balas berteriak. Si gadis mendecak, lalu menghela napas panjang. Duh, seringkali Bokuto merepotkannya, tetapi tidak segera membayar utang uangnya.
•🦉•
Akaashi menyeka peluh yang jatuh di pelipisnya. Akhirnya, tugas mengepelnya selesai juga. Sensei pengajar akutansi itu memang tidak main-main dengan tugas dan hukumannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] The Dummy Owl《BokuAka Fanfiction》
FanficAkaashi lelah dengan sikap lugu dan naif dari Bokuto. Pokoknya, dia tidak mau jadi sex friend si kakak kelasnya ini! Tidak mau. ~~~~~ ⚠️BL story 🔞Mature content! ❗Cover © my art