"Psst, Kaashi!"
Akaashi yang baru saja menutup lokernya itu mendapatkan sebuah tepukan dari sang senpainya. Si lelaki berambut legam itu mengangkat kepalanya, mendapati Bokuto yang tengah mengerucutkan bibirnya dengan muka memerahnya, "Besok... bisa kau datang lebih pagi?"
"Oh..." Akaashi mengangguk kecil, menyanggupinya. "Bokuto-san ingin latihan spike denganku, ya?"
"Um... bukan toss," Bokuto melipat tangannya, menggelengkan kepalanya. "Aku sudah membeli kondom dan lube seperti yang kau—umm!"
"Bokuto-san!" Akaashi yang merona mukanya buru-buru menutupi mulut sang kakak kelas dengan telapak tangan besarnya itu. Matanya bergegas melirik sekeliling—beruntung yang lainnya sibuk berbincang satu sama lain, tak ada di dekat mereka. "T-tolong jangan keras-keras!"
"Aku tidak berucap keras, kok," Bokuto membela diri sembari memanyunkan bibirnya lagi. Sepertinya kapasitas volume Akaashi dan Bokuto memang berbeda.
"P-pokoknya... aku tahu apa yang kau maksud," Akaashi berucap. Sebenarnya, ia sangat terkejut—mengapa si Ace ini membahas soal hal itu lagi? Bukankah semuanya sudah berakhir? Si lelaki pun melanjutkan, "Kita tidak mungkin melakukannya di sekolah, Bokuto-san."
"Bisa saja! Kalau datang pagi dan belum yang datang!"
"M—mengapa harus denganku?"
"Soalnya kau bilang kalau dengan pengaman, kita bisa-"
"Ahhh!" Akaashi mendecak, mengacak rambutnya hingga berjongkok di tempatnya. Bokuto berkedip beberapa kali—bingung sekali mengapa adik kelasnya yang tenang ini bisa terlihat begitu frustasinya.
"Bokuto-san. Aku ini lelaki, lho," Akaashi yang masing berjongkok mengangkat kepalanya, menatap si kakak kelas dengan tatapan 'Apa-kau-yakin-?'
"Ya, aku tahu itu. Kita sudah melihat Kuzome dan Kuroo, mereka juga—"
"Aku mengerti. Tolong jangan dilanjutkan," Akaashi mengangkat tangannya, meminta si lelaki untuk tidak melanjutkan lebih jauh lagi. Si setter itu kemudian terdiam, mendecak pelan dan tenggelam dalam pikirannya.
Haruskah... ia melakukannya dengan Bokuto?
Akaashi tidak yakin melakukan hal itu dengan seseorang pria. Juga, dia sebenarnya tidak terlalu penasaran—meski ia akui, apa yang dirasa pada camp musim panas itu cukup nikmat. Pikiran rasional dan logisnya jauh mengalahkan rasa lainnya.
"Bokuto-san, bisa... beri aku waktu?"
"Ehhh??? Jadi kita tidak akan melakukannya besok?!"
"... aku tidak yakin."
Bokuto mendengus panjang, terlihat tidak puas. Namun, ia berusaha untuk mengerti, "Baiklah. Besok pagi aku akan datang. Kalau kau belum siap, tidak masalah!"
"... hm, ya. Baiklah," Akaashi menjawab dengan wajah tenangnya. Meski, pikiran dan hatinya kalut sekali—rasanya aneh. Dia gugup, malu, juga sedikit pening. Jantungnya berisik sekali.
Bahkan, ia sendiri tidak tahu apakah ia menginginkannya atau tidak.
•🦉•
Akaashi Keiji—dengan earphone yang menyumpal di kedua telinganya—terdiam dan tak berkutik di atas kasurnya. Ia pikir, setelah sekian lama, mungkin ini adalah hari dimana ia melakukan 'rutinitas lelakinya'.
Namun di saat itu, ia malah berpikir soal ajakan kakak kelasnya. Sex antar lelaki, ya...? Well, walau sudah 'menonton' apa yang dilakukan oleh kedua murid Nekoma di hari itu—Akaashi berpikir, apakah ia perlu mengetahui lebih jelas lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] The Dummy Owl《BokuAka Fanfiction》
Hayran KurguAkaashi lelah dengan sikap lugu dan naif dari Bokuto. Pokoknya, dia tidak mau jadi sex friend si kakak kelasnya ini! Tidak mau. ~~~~~ ⚠️BL story 🔞Mature content! ❗Cover © my art