04

9.7K 899 179
                                    

Di ruangan yang sama,

Di sudut yang sama.

Kedua individu itu kembali melakukan kegiatan yang tak wajar—sesuatu yang dapat mengusir rasa penasaran dari keduanya. Ruangan itu kosong, hening, hanya ada desahan tertahan dari Akaashi.

Ia mengangkat dan meremat bajunya dengan gugup, sedangkan ia sudah bertelanjang di bagian bawahnya. Rasa geli dirasakannya karena hembusan napas seniornya.

"Akaashi, punyamu besar juga, ya," Mata Bokuto berbinar, membelai pelan benda milik adik kelasnya dengan tatapan kagum. Lalu berdehem,"Yah, tetapi tetap saja besar punyaku."

"Bokuto-san," si setter itu menatap tajam Bokuto, tidak ingin lelaki itu banyak berbicara sesuatu yang memalukan. "Bisa... kita segera?"

"Kay~ Kau tidak sabaran."

Bokuto memegang pangkal penis Akaashi, lidahnya menjilat dari dasar hingga ke ujung. Seluruh tubuh Akaashi bergetar. Apalagi ketika Bokuto membuka mulutnya, melahap penis itu ke dalam mulutnya. Membuat Akaashi membuka matanya karena tersentak—rasa panas pada lidah Bokuto membuatnya mendesah, "Aahh!!"

Bokuto menggerakkan lidahnya, memutari benda itu. Gerakannya yang masih belum terbiasa terkadang membuatnya menabrak pada deretan giginya, tetapi sebisa mungkin ia berhati-hati dan tidak menggigit milik adik kelasnya itu. 

"Hhha..." Desahan itu tak tertahankan. Tangan Akaashi meremas bajunya semakin kuat, merasakan debaran tak wajar dari jantungnya.

Bokuto memejamkan matanya. Ia mulai bergerak keluar-masuk, mengulum benda itu di dalam mulutnya. Bokuto mempelajarinya dengan cepat. Membuat Akaashi merasakan sensasi hangat mulut, hisapan, dan gerakan lidah nakal—perpaduan sempurna.

"Hhhuah... hmp-" Akaashi berusaha menahan suara aneh yang keluar dari mulutnya, menggigit kuat baju yang dipegangnya. Kedua pahanya yang terbuka lebar itu bergetar, wajahnya memerah hebat.

Bokuto menjilati benda itu bagaikan lolipop. Mengulumnya dengan gerakan yang sensual. Akaashi terbata, berusaha menahan sensasi yang dirasanya. Bahkan, salivanya merembes pada kain yang digigitnya begitu kuat.

"Khwase... Apwa raswanywa enwak?"

"B-bokuto-san!" Akaashi melepas gigitannya, mengerang, "J—jangan berbicara ketika kau-... hahh..."

"Heeh~" Bokuto menyeringai. Layaknya sedang meniup harmonika, ia membuka dan menggesek mulut, mengulum penis Akaashi dari samping.

Air mata dan keringatnya berjatuhan. Ia sudah pada puncaknya. Semua aksi yang Bokuto berikan membuat lututnya kian lemas karena tak sanggup menahan libido yang makin memuncak—seluruh tubuhnya bergetar.

"Ahhh, Bokuto-san! Aku datang!"

Akaashi mengerang kuat, tak dapat menahan suaranya ketika ia tidak dapat menahan semuanya. Tangannya refleks menjambak rambut kakak kelasnya, membuatnya menjauh dari sana—sedangkan Akaashi mengeluarkan semua yang dibendungnya.

"Haaah... hah..." Napas terengahnya bersatu di udara. Akaashi memejamkan matanya. Keringatnya berjatuhan di pelipisnya. Ini... bukan saatnya untuk merasa lega!

Akaashi buru-buru membuka matanya, "Bokuto-san tidak kena, 'kan—?!"

"Hehehe," Bokuto—yang tidak terkena karena tarikan tangan Akaashi—menarik seringainya. Manik emas-kecoklatannya itu menggerling nakal ke arah si adik kelas. "Kau begitu menikmatinya, huh, Kaashi?"

 "Kau begitu menikmatinya, huh, Kaashi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✔] The Dummy Owl《BokuAka Fanfiction》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang