Kami - Bab 3

109 8 7
                                    

"Kami"

=Bab 3=

~~~♥♥♥♥~~~

.

.

.

Sekolah, pukul 14.00.

Ini sudah 3 hari setelah kami bertemu terakhir kali dengan Jinki.


"Astaga... apa aku mencium aroma kencan sepulang sekolah disini?" Goda Taeyeon.

"Tidak, bukan begitu, ini bukan kencan, Taeyeon. Teman-teman Jinki yang lainnya juga akan pergi. Akan ada pengukuran sebelum desain itu benar-benar dibuat. Entah kenapa sekarang dia memintaku untuk ikut. Bukankah biasanya dia hanya meminta desain gambar kemudian pergi begitu saja tanpa bayaran." gumamku. Dan Taeyeon hanya tersenyum mendengar ucapanku.

Tunggu apa yang dia tertawakan?


"Hei... Taeyeon apa kau bisa ikut denganku?" Pintaku pada Taeyeon. Memang benar rasanya aneh kalau aku hanya pergi sendiri dengan seluruh teman – teman Jinki.

"Kenapa aku harus ikut? Aku tidak mau mengganggu kencan mu."

"A-apa maksudmu?" aku tidak suka digoda.

"Ahahaha wajahmu memerah. Aku hanya menggodamu Gweboon."

Sial... aku sungguh tidak suka digoda. Karena wajah ku mudah memerah.

"Aku tidak bisa ikut kali ini. Karena nilai ujian matematika ku yang memiliki level dada tiarap. Ibu menghajarku habis-habisan tadi malam. Jadi... hah~~~ mulai sekarang. Aku... Lee Taeyeon... harus ikut bimbel sepulang sekolah." Ujar Taeyeon, wajahnya cukup kecewa. Aku bisa melihat itu. Tapi entah mengapa aku cukup senang jika dia mulai memperhatikan nilai mata pelajarannya.

"Um... baiklah. Aku duluan jika seperti itu. Bye-bye..."

"Eum by- bye... nikmati kencan mu dengan Jinki. Ahahahaha..."


Terserah dan aku hanya memutar mata jengah lalu pergi. Dengan tas selempang yang tidak terlalu penuh dengan peralatan sekolah. Aku melangkah keluar. Hari ini sungguh sangat cera, meski aku tidak tahu akan jadi seperti apa ketika sore atau malam.

Aku sudah mengabari Ibu bahwa aku akan pergi dengan Jinki sebentar.

Langkah ku...

Debaran jantung ku...

Rasanya seperti berirama, beriringan.

Bagaimana tidak, aku membuat sesuatu dan itu terealisasikan. Seperti melihat proses anak-anak ku lahir kedunia ini. Dan lagi... kencan, andai saja benar ini adalah kencan. Atau... bolehkan aku berharap sedikit saja bahwa ini adalah kencan?

.

.

.

Sore ini.

Suasana yang biasa aku lalui, langit yang berwarna biru diselumuti awan kelabu yang tipis. Aku berjalan cepat bahkan sedikit berlari. Nafasku sedikit terengah–engah entah kenapa aku jadi bersemangat seperti ini. Angin bertiup kencang dan sedikit dingin namun aku tidak peduli dan aku terus melangkah.

Aku... seperti seekor anjing yang mengejar sebuah bola. Bola yang terlempar jauh tanpa memantul kembali.


"Gwe..." panggil seseorang saat aku berada digerbang sekolah. Dan orang itu adalah orang yang aku harapkan. Orang yang selalu ku puja di dalam diamku.

KAMI [TAMAT]Where stories live. Discover now