Kami - Bab 6

88 9 11
                                    

"Kami"

=Bab 6=

~~~♥♥♥♥~~~

.

.

.

"Eh..."


=Datanglah ke tempat ku siang ini. Akan ku jemput dan ku traktir kau makan siang. Ijinlah dengan Ibu mu bahwa kau akan pulang terlambat. Jangan khawatir aku juga akan mengantarmu pulang.=

Bibi Jung

Tunggu sejak kapan Bibi Jung tahu nomor ku?

Alisku berkerut tatkala aku menerima sebuah pesan singkat dari orang yang sama sekali tidak kubayangkan akan meakukan hal ini. Bibi Jung, dia mengirim pesan untuk datang – meski setengah memaksa. Siapa yang memberikannya nomor ku? Apa Jinki? Jika seperti itu apa Jinki juga akan datang?

"Gwe, sorry aku harus datang untuk beberapa jam tambahan. Acara makan Tteokbeoki kali ini kita batalkan dulu ya?" Taeyeon membuyarkan pikiranku. Dia berteriak di ambang pintu dan melambai. Aku hanya mampu membalan lambaiannya dan tersenyum kemudian dia hilang. Baiklah saat ini bukan waktunya berfikir soal Taeyeon dan acara kami yang batal. Yang terpenting saat ini adalah...

Bagaimana Bibi Jung tahu nomor phonsell ku?

Aku mencoba mengotak – atik nomor di phonesell ku. Mencari sebuah nama yang sepertinya memang harus aku tanyakan. Jinki, hanya nama itu yang terlintas diotakku. Aku harus bertanya padanya. Tapi... aku mengurungkan hal itu. Karena sejak kejadian hari itu. aku belum bertemu dengan Jinki sama sekali.

"Ini tidak akan berhasil." Ujarku.


Sejak kejadian malam itu. Aku belum bertemu dengan Jinki, entah... bukan aku yang menghindarinya. Aku mencoba bersikap seakan tidak ada apapun yang berubah diantara kami. Hanya saja, Jinki tidak menganggapnya seperti itu.

Malam itu aku hanya terus menangis dan terus memeluk Jinki. Aku takut karena semuanya berubah. Aku, Jinki lalu sekitar. Meski sejak dulu semuanya memang telah berbeda. Saat kami berdua tumbuh, dan semakin tumbuh. Semua berubah dengan jelas. Kami berdua tidak akan lagi sama. Terutama rasa ini. Dan kini... semuanya semakin jelas dan terus terilihat. Aku dan Jinki tidak akan bisa seperti dulu.

Di saat pagi, Jinki pergi begitu saja tanpa berbicara apapun. Dia meninggalkanku yang masih terlelap. Dan saat aku membuka mata ini tanpa dia disisiku. Semuanya terasa hampa. Jinki, setelah itu semua dia benar – benar menghindari ku. Saat itu... beberapa kali aku mencoba bertemu denganya, meyakinkan bahwa semuanya baik-baik saja, namun Jinki selalu tidak berada tepat ditempatnya.

Atau jika tanpa sengaja kami bertatap muka. Dia seakan enggan menemui ku. Bahkan saat aku nekad untuk menemuinya di kampusnya. Sekedar hanya ingin melihatnya. Tapi selalu nihil. Ya... dia selalu pergi, dia selalu berpaling, dia selalu menjauh. Ini seperti, dia yang perlahan pergi meninggalkanku. Ini sudah tepat hari ke 5 sejak malam itu.

Jinki, seperti benar-benar menghilang. Kali ini, dia benar-benar pergi dariku. Dia pergi, setelah ciuman itu. Setelah malam dimana... aku merasa dia memahami bahwa rasa ini, nyatanya ada untuknya. Hal yang aku takutkan terjadi. Jinki... lenyap dari hidupku. Semuanya selesai.


DIN !!!


"Eh..."

"Gweboon, kau sudah menunggu lama? Maaf, aku masih harus mampir kebeberapa tempat. Masuklah... kita akan makan siang dulu."

Sebuah mobil sport merah menyala berhenti dihadapanku. Tanpa aku sadari dia hadir begitu saja disana. Bibi Jung dia sudah ada dengan kacamata mencoloknya. Kepala yang menyembul dari kaca mobilnya.

KAMI [TAMAT]Where stories live. Discover now