Kami - Bab 5

101 10 12
                                    

"Kami"

=Bab 5=

~~~♥♥♥♥~~~

.

.

.

Aku bermimpi di sebuah hari dimana aku terpejam, aku bermimpi. Mimpi yang aneh. Aku... adalah seekor kucing jalanan yang di pungut oleh Jinki. Jinki yang kumuh, dengan baju lusuh yang juga jelek. Terlalu sederhana, tapi tidak menutupi ketampanannya. Aku, kucing yang dibuang kedalam kardus. Kemudian entah sejak kapan aku sudah mengenakan baju badut dengan topi bodoh dan hidung merah menyala. Lalu Jinki adalah sang master dari sebuah sirkus keliling. Topi tingginya dan senyumnya aneh. Dia menyuruhku melakukan banyak hal. Ini menyebalkan karena aku sama sekali tidak bisa melawan.

Aku menjadi seekor kucing yang melakukan banyak hal yang tidak aku mengerti. Semua yang Jinki ucapkan aku lakukan dengan baik. Terlalu menurut dan tak bisa berhenti.

Terutama...

Saat Jinki memelukku erat sambil tersenyum. Ya... di dalam mimpi dia memelukku erat sembari mengusap-usap kepalaku. Menyebalkan... namun hangat. Hei... bukankah dulu Jinki memang sering mengusap-usap pucuk kepalaku layaknya anak anjing.

Menyebalkan ...

Apa karena tubuhku kecil maka dari itu dia selalu seenaknya padaku. Dan lagi... aroma ini... Green tea... aku pernah mencium aroma ini dari tubuh Jinki. Menenangkan, sangat menenangkan. Lalu... bolehkan jika aku menyukai aroma ini?


"Gwe... Tidurlah, eum."


Eh... samar, aku rasa aku mendengar suara Jinki. Penuh rasa sayang dan lembut. Bersamaan dengan belaian lembutnya pada pucuk kepalaku. Nyaman...

Apa ini... mimpi. Jika benar, bisakah aku bertahan dalam mimpi ini sebentar lagi?

.

.

.

"Ungh... gelap..."


Aku... oh astaga sepertinya aku terbangun dari tidur panjang sepertinya. Parau... suaraku terdengar parau. Kepalaku masih sakit, sepertinya flu ku makin parah. Ugh sebenarnya aku tidur sudah berapa lama? Kenapa kamarku gelap? Memandang langit-langit kamar. Gelap... sebenarnya sekarang itu jam berapa? Sejak kapan aku ada di dalam kamar?

Seingatku, aku berada di ruang tengah setelah makan dan meminum obat. Apa Ibu yang membawaku masuk? Lalu... Ibu, dimana Ibu. Emh... bukankah tadi aku tengah berbicara dengan seseorang, eum... Jin... Jinki? Oh astaga ya, tadi aku sedang berbicara dengannya. Bahkan dia yang memberiku bubur juga obat. Dan...

Dan semuanya kemudian gelap. Apa aku pinsan, aku tidak bisa mengingat apapun selain hal itu. Mengerjap-ngerjapkan mata berulang kali. Aku berusaha menyamakan pandanganku yang sedikit kabur.

"Eh... apakah Ibu belum pulang?" Aku bergumam dan berusaha bangun dari tidurku. Meski sebelumnya aku memeriksa suhu badanku. Eh... sepertinya sudah mulai turun. Meski sepertinya tubuhku pegal.

Eum... aku haus, baiklah sepertinya aku memang harus bangun. Aku mencoba mengumpulkan tenaga untuk bangkit dan berdiri. Aku berfikir demam tidak akan membuatku terkapar seperti ini saja. Aku harus bangun dan memang aku akan bangun. Tapi... saat aku akan mengangkat tubuhku, ada yang menghalangi. Eh, lengan?

Mataku mengarah pada hal yang menghalangi itu. Kemudian aku menemukan sebuah lengan yang entah kapan sudah melingkar di pinggangku, menggangguku. Memelukku dengan kuat dan erat. Tunggu dulu... lengan... memeluk... siapa... pandanganku masih buram. Menoleh perlahan, mengikuti arah lengan itu. Semakin naik dan naik, lalu melihat siapa yang ada disampingku. Dan... dia... Jinki, astaga sejak kapan dia tidur disampingku dan memeluk ku? INI SUDAH KELEWATAN !!!

KAMI [TAMAT]Where stories live. Discover now