"Kami"
=Bab 10=
~~~♥♥♥♥~~~
.
.
.
"Ini kesempatan untuk menggapai impian mu, Gweboon."
Sesuatu mengetuk hatiku. Sebuah kata sederhana yang bagaimana bisa menjadi sebuah dentum kecil yang menyapa dengan manis. Impian, apa benar itu impian ku? Sebenarnya impian ku sendiri itu seperti apa? Jika dipikir-pikir dulu aku banyak memimpikan hal-hal kecil hinggal hal besar.
Aku pernah bermimpi menjadi pemimpin barisan ketika perlombaan olah raga antar kelas. Aku juga pernah bermimpi memiliki tanaman strawberry. Lalu aku bermimpi memiliki sebuah topi rajut karena Jinki memakainya dan itu terlihat hangat. Mimpi lainnya yang cukup gila aku ingin menjadi seorang penulis dan menggambar manhwa kemudian menerbitkannya. Setidaknya akan terasa keren jika karya ku terpampang pada situs daum, webtoon, kakaopage.
Impian lainnya...
Aku bermimpi bahwa Jinki berhenti mengeluh dengan design yang aku buatkan. Aku bermimpi Jinki memakainya dan tampil dengan bangganya dengan apa yang aku buatkan. Mimpi... Impian... Impian ku saat ini.
"Apa sudah selesai?"
"Ah, sebentar lagi."
Jinki menegurku yang seperti nya kembali terbawa dalam pikiran. Kami sedang kembali ke rumah, aku membereskan beberapa pakaian ganti. Mencuci yang lama membawa yang baru. Mengecek beberapa surat yang masuk. Sepertinya aku juga harus membayar beberapa tagihan. Mengecek sisa uang yang kami punya saat ini. Setiap 3 hari sekali aku selalu pulang dan membereskan beberapa barang dari debu. Aku tidak ingin jika Ibu kembali ke rumah, dia mengomel karena melihat rumah yang begitu berantakan.
"Aku hanya perlu merapihkan beberapa pakaian lagi."
"Oh."
"Apa kau tidak ingin bermalam dirumah saja kali ini?"
Jinki duduk disampingku, mulai membatu melipat beberapa pakaian. Baguslah setidaknya aku sudah melipat pakaian dalam terlebih dahulu. Akan sangat memalukan jika dia ikut membantu melipat pakaian dalam.
"Tidak ada pakaian dalam mu ya?"
"..."
"Tidak seru."
"...kau mabuk?"
"Ehehehehe, kau kan dalam masa pertumbuhan." Godanya. Di-dia menggodaku, lalu tersenyum seperti itu? Itu bukan senyum cabul hanya saja... senyuman polos itu selalu mengalahkan ku. Dia selalu tahu kelemahanku.
"Pergilah jika kau hanya menganggu saja." Omel ku.
"Wahahaha kau sungguh emosian. Tidak baik jika kau harus bermalam di rumah sakit. Karena itu, malam ini tidur dirumah saja." Jinki berbaring dengan santainya.
"Lalu siapa yang akan menjaga Ibu?"
"Bibi adalah orang yang kuat, dia akan baik-baik saja."
Aku tidak menampik hal itu, aku ikut berbaring. Tapi aku tidak bisa berbohong jika aku khawatir. Aku merasakan pergerakan Jinki, dia memutar tubuhnya, kini dia menghadap kearahku. "Kau kelelahan, Gwe. Istrahatkah sebentar. Aku akan menemanimu." Aku menoleh. Aku melihat mata sabit itu begitu dekat dengan ku.
Ah sontak aku mengingat bahwa ada hal yang harus aku tanyakan.
"Jinki... ada hal yang ingin aku tanyakan." Aku memiringkan tubuhku menyamakan posisi dengan dirinya. Benar aku harus menanyakan hal ini. Aku yakin Jinki sudah menebak hal ini. Tatapannya berubah, terlihat begitu tajam. Aku nyaris berfikir untuk mundur menanyakan hal itu tapi... sayang aku tidak takut padanya.
YOU ARE READING
KAMI [TAMAT]
FanfictionAku selalu melihat orang - orang itu tersenyum. Mereka yang berjalan dengan berbagai corak warna dan bentuk kostum itu. Mereka yang menawan, bak golongan yang begitu tinggi dalam kedudukan kasta. Mereka yang tampak indah. Bagiku mereka tampak seper...