***
Nada dering telefon terdengar pada ponselku. Tertulis nama kontak salah satu teman saya waktu SD, tidak terasa hari ini tiba waktunya kami akan berkumpul, sejak satu minggu yang lalu kami telah membuat janji untuk mengadakan acara reuni. Saat itu saya berada di kantin KPU bersama dengan tiga teman saya, satunya mengabdi di Kantor Bawaslu sebagai Komisioner dan satunya lagi mengabdi di kantor KPU juga sebagai Komisioner, dan yang satu lagi sebagai Pengacara, kabarnya beliau tinggal nunggu sumpah profesi saja ia akan resmi menjadi Pengacara. Calon Pengacara inilah menjadi alasan mengapa saya berada di kantin KPU. Bagaimana tidak ia memanggil saya ke kantin tersebut. Sudah menjadi budaya kami ketika bertemu pasti bawanya diskusi, berbagai gagasan lahir dari diskusi kami terkait kondisi Demokrasi di negeri ini. “Karena konsekuensi demokrasi adalah mendahulukan kedaulatan rakyat, maka rakyat lah yang menjadi sasaran utama untuk mewujudkan demokrasi yang ideal, minimal rakyat bisa sadar bagaimana sebenaranya bernegara dan berbangsa yang baik”, kata salah satu teman saya di selah diskusi kami.
Tak terasa matahari sudah menampakan cahaya merahnya dari arah barat, sebuah tanda waktu sore hari telah masuk. Kami pun menghentikan diskusi kami. Saya izin pamit kepada teman saya untuk melanjutkan aktifitas saya berkumpul bersama teman SD saya dulu. “oh yah kak, saya izin pamit untuk lanjut aktifitas lagi kak” ungkapku sambil ulurkan tangan sebagai tanda perpisahan. “oh iya dek. Hati-hati” jawab teman saya. Saya langsung menuju ke lokasi tempat kami akan mengadakan reuni sedangkan temanku yang lain masih berada di kompleks KPU.
Bermodalkan kuda bertenaga mesin alias motor, saya langsung tancap gas motor menuju ke lokasi tempat di adakannya reuni. Di perjalanan saya membayangkan wajah-wajah polos dari teman saya itu yang sudah lama saya tidak temui, bukan main-main kami telah jarang bertemu sejak tahun 2009 sejak kami tinggalkan SD kami dulu.***
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bisa sampai di lokasi tempat kami reuni, kebetulan tempat kami reuni kali ini di salah satu café milik salah satu teman saya semasa SD dulu. Ia telah membangun sebuah usaha Café tidak seperti saya masih mengembara meniti karier entah ke depan jadi apa. Apapun karir saya di masa depan semoga saya bisa memberikan manfaat kepada sesama.
Terdengar suara tengah memanggil nama saya, seketika itu pula saya mencari sumber suara itu. Sambil menoleh kiri dan kanan, saya melihat sebuah tangan melambai ke arah saya, saya yakin dialah orangnya yang tadi memanggil nama saya. Tanpa berpikir panjang, saya langsung berjalan mengarah ke teman saya itu. Kami pun berkumpul bersama, benar kami sudah banyak berubah, salah satunya fisik kami tentunya. Bahkan di antara kami sudah ada yang menikah dan punya anak.
Suasana begitu seru, sesekali kami tertawa terbahak-bahak, sakin asyiknya, kami tidak sadar jam menunjukkan pukul 10.00 Wita. Karena di antara kami sudah ada yang berkeluarga, memiliki suami dan anak tidak ada jalan lain selain sayonara. Sebagian teman kami khususnya yang telah berkeluarga balik ke rumahnya masing-masing dan sebagian dari kami masih berbincang-bincang. Saya yang masih tinggal bersama teman saya yang lain melanjutkan perbincangan kami. “reuni seperti ini bukan masalah menunggu kita sukses baru menampakkan diri pada teman kita, melainkan persaudaraan dan silaturahmi itulah yang terpenting”, kata salah seorang teman saya di tengah larutnya malam itu.***
“ikatan tidk mengenal batas waktu. Tidak ada namanya teman baru dan tema lama, kita semua di ikat dengan ikatan pertemanan dan persaudaraan”
Intelektual Muda
![](https://img.wattpad.com/cover/236651024-288-k239943.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Intelektual Muda & Coretan Penanya
De TodoKumpulan Coretan-coretan seorang pemuda yang di berikan identitas Intelektual Muda. Sebuah lika-liku kehidupan yang akan di tuliskanya dalam bentuk cerita.