5. How Dare You, Reta!

710 92 21
                                    

🚫 WARNING! 🚫
PART MENGANDUNG SCENE NGERI-NGERI SEDEP!

🌻••••••••••Happy Reading•••••••••🌻


Pulang sekolah, Aran tak langsung pulang ke rumah. Ia memilih untuk singgah di rumah Reta. Berhubung mereka akan pergi bersama, jadi Aran memilih untuk mengganti seragam sekolahnya dengan baju biasa di rumah kekasihnya agar menghemat waktu.

Kenapa bisa baju-baju Aran ada di rumah Reta?

Tak jarang Aran menginap, otomatis baju miliknya pasti mengendap di sana. Aran bebas menginap kapan pun di rumah Reta, pun sebaliknya Reta. Orang tua mereka tak mempermasalahkan selama mereka masih bisa menjaga batas wajar layaknya tinggal di rumah orang lain. You know I mean?

Jika tadi mereka berangkat dan pulang menggunakan motor kesayangan Aran, maka kali ini, mereka pergi bersama dengan mobil. Tentu saja mobil milik Reta. Aran tak mempermasalahkan itu, ia tahu Reta pasti lelah seharian membonceng di atas motornya.

Lihatlah Aran dengan tangan kanan digunakan untuk menyetir sedangkan tangan kirinya digunakan untuk mendekap Reta ke dalam pelukannya. Awalnya Reta jelas menolak, berbahaya, jelas, tapi percuma melarang Aran sampai mulut berbusa sekalipun. Toh dia merasa nyaman berada dalam dekapan cowok itu. Menghirup aroma khas Aran, memabukkan juga menenangkan. Itulah kekuatan Aran.

Sampai ke store di sebuah pusat perbelanjaan, keduanya kompak memilih sepatu. Ada model sepatu yang baru dirilis beberapa hari lalu yang harus Aran beli, maklum itu merupakan sepatu keluaran merk andalannya. Lain dengan Reta yang tak mengharuskan sebuah merek tertentu. Ia lantas sudah menjatuhkan pilihannya pada sepatu sneakers dengan warna maroon.

"Aran, mau kemana?" sergah Reta melihat kekasihnya seperti akan beranjak.

"Mau ke kasir, ayok! Kamu udah dapet yang kamu mau, kan?"

Areta menggeleng, membuat kerutan tercetak di dahi Aran. Ia melirik pada tangan gadis itu yang sudah membopong sepatu di tangannya. "Itu apa?"

"Ini punya aku."

"Terus, masalahnya apa? Kamu, kan, udah pilih? Ada masalah?"

"Ck, iya aku udah milih. Masalahnya itu ada di kamu." Aran mengernyit. Reta lantas meraih sepatu yang ditenteng Aran.

"Kamu tuh kebiasaan. Apa-apa warna item, sekali-kali beli sepatu warna putih, maroon, atau navy kek!" protes Reta. Ia cemberut, membuat Aran mencubit pipinya gemas.

"Kamu juga sama, apa-apa maroon," balas cowok itu disertai kekehan ringan.

"Ck, ya beda! Sepatu kamu tuh semua item, yang warna selain itu bisa dihitung pake jari. Sekali-kali beli warna lain, ya?" pinta Reta penuh harap. Kedua telapak tangannya menyatu, masih dengan menyelipkan sepatunya di lipatan lain.

"Hidup kamu kaya nggak ada warna banget!" ujarnya ketus.

Meskipun Reta tahu, hitam warna kesukaan kekasihnya. Tapi tetap saja, ia sedikit jengah karena yang dipilih Aran selalu sepatu hitam dengan palet putih.

"Baru tahu?" balas Aran seraya melirik Reta di sebelahnya. "Tapi sialnya, hati aku selalu berbunga-bunga sejak jatuh cinta sama kamu."

🌻🌻🌻


Usai dari store sepatu, keduanya melanjutkannya dengan makan siang bersama di sebuah restoran seafood. Kini mereka telah selesai mengisi perut.

Luka untuk Luka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang