Mungkin pada waktu yang telah pergi menjauh, ada sebongkah ego yang turut dibawa. Mungkin juga dari kaki yang menyeret rantai untuk menggapai hari esok, ada sebuah kebaikan baru yang turut serta. Kalau saja embun pagi atau jingga sore mampu bersaksi atas setiap tingkah manusia, tentu mereka akan mengatakan hidup adalah proses.
Ada yang baik menjadi jahat, begitu juga sebaliknya. Segala yang terjadi memiliki alasan, meski sering kali bertentangan dengan logika. Aretha dan Orion telah membuktikan bahwa hidup mereka tidak selalu baik-baik saja atau selalu buruk. Ada sebab dan akibat hingga mereka bisa sampai di titik ini.
Sekian purnama berlalu, akhirnya Aretha menemukan lagi apa yang menjadi alasannya tetap bertahan di sisi Orion. Pagi ini dia terbangun dengan senyum semringah. Pria yang telah dia berikan seluruh hati itu masih terlelap di sisinya. Sebuah pemandangan langka sejak mereka sering beradu mulut perihal masa lalu Orion.
“Aku suka kamu perhatikan seperti ini.”
Tadinya Aretha mengira Orion masih terlelap, ternyata salah. Entah sejak kapan pria itu terbangun, sedangkan Aretha sudah memandanginya sejak tadi.“Selamat pagi, Orion.”
Tubuh pria itu berubah posisi, menjadi miring agar sama seperti Aretha. Lalu sebuah kecupan mendarat di hidung wanita itu. Persis seperti mereka ketika menjadi pengantin baru.
“Selamat pagi, Sayang.”
Sudah lama sekali Aretha tidak mendengar panggilan itu. Hatinya seketika mencair, menyadari bahwa Orion masih mencintainya. Bayang-bayang perbuatannya kemudian menyerbu, mengacaukan ketenangan Aretha. Namun, dia tak akan mengumpat dalam hati, karena dirinya sadar bahwa perbuatannya waktu itu memang kesalahan.
“Aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu, tapi aku sungguh bahagia, Orion.”
Telapak tangan besar mendarat di pipi kencang Aretha. Meski tampak sedikit keriput di bawah matanya, tetap saja wajah Aretha nyaman untuk Orion pandangi lama-lama.
“Kesalahanku adalah karena menjadi egois dan mengabaikanmu, Aretha. Tidak seharusnya aku menambah lukamu. Kita pasangan dan aku sudah berbuat tidak adil.”
Air mata Aretha kembali jatuh, merasa setiap kata Orion telah menutupi lubang-lubang kosong di hatinya. Dalam tangis itu, juga ada penyesalan yang mengalir deras. Aretha telah merenungi banyak hal setelah pertengkaran hebat terakhirnya di ruang kerja Orion.
Manusia mana yang tidak akan sakit hati jika pasangannya selalu mengeluh perihal permintaan keluarga? Walaupun apa yang keluarga Orion katakan menyakiti hati, tetapi Aretha kini sadar bahwa itu memang kenyataannya. Sebuah keberuntungan jika Orion tidak meminta cerai dan sudah sepatutnya Aretha memahami posisi.
“Maaf, kalau selama ini aku juga sudah menyakitimu, Orion. Keluargamu benar dan aku egois.”
Dari sorot mata dan sebuah senyuman Orion, ada rasa takjub yang terselip di sana. Tangan besarnya membelai pelan wajah sang istri, menikmati kecantikan di usia senja yang tersuguh hanya untuknya.
“Kamu menjadi kasar karena aku yang tidak memikirkan perasaanmu. Mulai dari sekarang, aku harap kita tidak lagi berada pada perdebatan seperti itu. Kamu harus tahu, aku juga sebenarnya tersakiti saat kita bertikai, Aretha.”
Wanita itu mengangguk sebelum merapatkan tubuh pada sang suami. Keduanya menyelami kehangatan tubuh satu sama lain, membiarkan cinta yang ada kembali menguasai suasana.
Mereka berdua menikah karena cinta, tanpa keterpaksaan dan embel-embel lainnya. Namun semua berubah sejak malam itu. Semua tak lagi sama dan semakin buruk beberapa bulan terakhir. Aretha meringis dalam dekapan Orion mengingat apa yang telah dia lakukan pada Deandra.Entah bagaimana reaksi Orion jika tahu dia memiliki anak perempuan. Akan tetapi yang sedikit mengganggu Aretha di tengah kasih yang kembali Orion bawa, bagaimana jika pria itu tahu bahwa istrinya pernah bertindak gila?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis sang Tuan(Sudah Terbit)
RomanceCERITA INI SUDAH TERSEDIA DALAM BENTUK CETAK DAN EBOOK BACAAN DEWASA! ANAK KECIL TOLONG JAUH-JAUH! Deandra Marjeta berada pada penderitaan yang tidak pernah dia bayangkan. Hendak dijual, lalu dijadikan pelacur adalah hal terburuk yang dia alami sela...