"Jadi, sekarang kamu memiliki Sugar Baby?"
Pertanyaan seseorang barusan mampu membuat Darel tertawa kecil. Darel bahkan belum mengatakan apa pun pada John tapi kini malah sahabatnya sudah tahu tentang Deandra. Ternyata, berita dirinya menyelamatkan seorang gadis di kelab tersebar.
"Apakah kelab malam ini menjadi tempat bergosip?" jawab Darel sembari melirik Deandra yang baru saja keluar dari ruang ganti.
Gadis itu tersenyum malu mendapati Darel tengah mengerling genit padanya. Tahu sang tuan sedang sibuk di telepon, Deandra memilih lebih dulu turun ke lantai bawah. Darel pun tidak menghalangi kepergian gadisnya, membiarkan Deandra menikmati sarapan tanpa dirinya bukanlah masalah.
"Ck! Kamu menyembunyikan hal ini selama dua pekan, Darel. Pantas saja kamu tidak jadi datang malam itu, padahal kami semua sudah berkumpul."
"Ya, aku hanya ingin membuatnya aman dari playboy sepertimu."
John mengumpat pelan, tidak terima dikatai sebagai seorang playboy. Darel hanya tertawa kecil, membayangkan kehebohan tiga sahabatnya jika berkumpul untuk mengorek lebih dalam perihal gadis yang Darel selamatkan. Sebagai sahabat yang tumbuh bersama sejak kecil, mereka memang terbuka dalam hal apa pun. Keterbukaan satu sama lain pastinya sudah dilandasi kepercayaan tinggi dan sudah mengetahui konsekuensi masing-masing jika ada yang melanggar.
"Tapi aku heran, bagaimana kamu bisa memilih gadis belia seperti itu? Sangat tidak menarik, Darel, karena dia tidak memiliki banyak pengalaman. Paling-paling hanya bisa diam seperti patung ketika di ranjang." Terdengar tawa mengejek John dari seberang sana.
"Selengkap apa kamu mendapatkan informasinya?"
"Para gadis di kelab bergosip dengan heboh tentang bos mereka yang diancam oleh anak buah seorang Darel Oris Tristan. Ya, tentunya kamu dan gadis itu menjadi topik hangat, mengingat kamu biasanya tidak peduli pada gadis-gadis yang bersedia telanjang untukmu di kelab."
Apa yang diucapkan John memang benar. Darel bukanlah laki-laki yang senang mencicipi tubuh para gadis di kelab. Meski dia adalah laki-laki normal, tapi otaknya tidak hanya dipenuhi tentang seks. Menjaga diri dengan menolak tubuhnya dapat disentuh oleh siapa saja adalah hal yang sudah Darel lakukan selama satu tahun ke belakang. Perihal cara memuaskan dirinya sendiri, Darel dapat mengandalkan tangannya setiap dia ingin.
"Apa dia semenarik itu? Aku jadi penasaran."
Gairah Darel tiba-tiba naik, membayangkan semenarik apa Deandra di matanya. Rasa bibir gadis itu masih dia ingat lekat, membuatnya ingin melakukan lagi dan lagi. Bahkan kejadian semalam hampir menghilangkan kewarasan Darel. Gadisnya yang duduk dengan bagian depan tubuh terbuka nyaris meruntuhkan pertahanan diri Darel.
"Menjadi yang pertama untuk seorang gadis itu sangat menyenangkan, John."
"Wow! Selugu itu? Pantas saja kamu rela menanggung resiko terkena masalah."
"Perasaan Rosella tidak penting bagiku." Darel lalu menghela napas panjang.
"Ya, hanya keluarga kalian saja yang tidak tahu bagaimana kamu mengabaikan istri cantikmu itu."
"Ck! Malas sekali jika harus membahas dia." Darel melirik jam di pergelangan tangan kirinya, lalu bangkit dari sofa. "Aku akan sarapan sekarang. Kita bisa makan siang dengan yang lain jika kalian ada waktu."
Laki-laki itu keluar dari kamar, menuruni anak tangga dengan langkah pelan sembari membayangkan wajah manis Deandra yang sedang sarapan. Dugaan Darel tidak meleset jauh, karena sesampainya di lantai bawah, gadisnya berdiri di balkon menghadap samping dan tengah menyesap teh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis sang Tuan(Sudah Terbit)
RomantizmCERITA INI SUDAH TERSEDIA DALAM BENTUK CETAK DAN EBOOK BACAAN DEWASA! ANAK KECIL TOLONG JAUH-JAUH! Deandra Marjeta berada pada penderitaan yang tidak pernah dia bayangkan. Hendak dijual, lalu dijadikan pelacur adalah hal terburuk yang dia alami sela...