Api tidak akan selamanya berkobar, meski untuk memadamkannya perlu waktu yang lama. Semua membutuhkan masa, hal itulah yang terjadi pada Aretha. Belasan tahun memendam benci atas sesuatu yang seharusnya bisa dia pahami, kini dia memilih berdamai. Sulit? Jangan diragukan lagi. Menjalani hari baru dengan hati yang harus dibiasakan rela menerima suatu hal baru jelas tidak mudah.
Jiwanya sudah sangat lelah untuk berdebat dan mempertahankan keputusan di tengah kekacauan hubungan bersama Orion. Keraguan dam ketakutannya memudar setelah merenung selama berhari-hari. Kalau saja dulu dia mendukung Orion untuk menemukan ibu Deandra, maka pernikahannya tidak sepanas neraka.
Terbiasa atas perhatian dan seluruh kasih sayang untuk dirinya sendiri membuat Aretha bersikeras menolak jika ada darah daging Orion dari perempuan lain. Namun, akhirnya Aretha tiba di satu titik yang menjungkirbalikkan pemikirannya. Aretha sadar, semakin dia menolak dan berontak, Orion malah semakin menjauh.
Memang apa salahnya merawat seorang anak yang tidak terlahir dari rahimnya? Apakah hartanya akan habis hanya dengan membawa pulang seorang anak? Bukannya anak adalah masalahnya selama ini dan kedatangannya pasti akan banyak membantu? Ya, Aretha akhirnya memiliki pandangan lain.
“Ini pasti berat untukmu. Aku akan mencarinya sendiri dan kamu tinggal menunggu kabar di rumah.”
Kata-kata suaminya terdengar sangat perhatian, sesuatu yang agak lambat untuk Aretha sadari. Dia membuktikan sendiri, bahwa Orion masih memegang janji setianya. Yang laki-laki itu mau hanya menemukan keberadaan sang anak jika memang ada.
“Apa kamu tidak percaya padaku, Orion?” Aretha pura-pura merajuk.
“Bukan begitu, Sayang. Tolong jangan tersinggung.”
Pria berpakaian formal itu mendekati sang istri yang duduk di meja rias. Dia lalu merunduk, agar dapat mengecup kepala Aretha. Melalui pantulan cermin, Orion dapat melihat bagaimana Aretha memberikan sebuah senyum yang mengalirkan darah lebih cepat di dalam tubuh Orion.
Sekalipun Orion mengatakan secara terus terang bahwa hatinya meragu terhadap perubahan Aretha, wanita itu tidak akan tersinggung. Sikap kasar dan egoisnya selama ini memang susah dimaafkan dan dilupakan. Namun, begitulah manusia yang hatinya dikendalikan penuh oleh Tuhan; bisa berubah sewaktu-waktu.
“Pembenci itu bukan sifat aslimu, Aretha. Aku tahu kamu berubah sejak kesalahanku malam itu.”
Semua sudah berlalu bagi Aretha. Penerimaan atas masa lalu Orion perlahan-lahan berhenti menyakiti dan menorehkan luka yang kian dalam. Tinggal masa penyembuhan untuk wanita itu dan dia tahu, sang suami akan setia mendampingi. Keyakinan Aretha penuh terhadap Orion yang akan membuat kenangan-kenangan baru di usia senja mereka.
“Kamu tidak tahu seberapa banyak aku bersyukur pada Tuhan karena membiarkanmu tetap di sisiku, Orion. Aku sangat menyayangimu, sampai-sampai pernah menjadi egois dengan tidak ingin berbagi.”
Tangan Orion menyentuh bahu Aretha, memberi sentuhan pelan beserta tatapan penuh cinta. Cinta mereka telah teruji melalui badai besar yang tak segan memorak-porandakan keduanya. Sempat berpikir tentang kesia-siaan dan perpisahan, pada akhirnya pilihan mereka jatuh dalam kata tetap kebersamaan.
“Istriku yang cantik dan satu-satunya.”
Cermin memantulkan senyuman keduanya. Bak insan muda yang baru mereguk nikmat cinta, mereka terlihat bergelora meski usia kian berkurang. Orion suka ditatap penuh cinta oleh Aretha. Aretha suka Orion menikmati tatapannya. Pasangan serasi di tengah kekurangan masing-masing.
“Jadi, apa kamu sudah mendapatkan informasi?”
“Sedikit.”
Wajah Aretha langsung antusias. Mungkin dengan ditemukannya Deandra, Aretha bisa sedikit menebus rasa bersalah dan dosanya. Dia juga berani bersumpah untuk meminta maaf pada gadis itu dan memohon agar setuju diajak tinggal bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis sang Tuan(Sudah Terbit)
RomanceCERITA INI SUDAH TERSEDIA DALAM BENTUK CETAK DAN EBOOK BACAAN DEWASA! ANAK KECIL TOLONG JAUH-JAUH! Deandra Marjeta berada pada penderitaan yang tidak pernah dia bayangkan. Hendak dijual, lalu dijadikan pelacur adalah hal terburuk yang dia alami sela...