PART 13 [NAILA♡ARYAN]

25 4 0
                                    

Assalamualaikum, maaf lama update
Happy Reading💕

Author POV

Aryan masuk kedalam ruang inap setelah semalam pria itu menunggu dan akhirnya sekarang istrinya Naila mulai siuman, sedangkan didalam masih ada orang tua dan ibu mertuanya yang datang di pagi hari sekali. terpaksa ia harus menunggu diluar

"Aryan, kamu boleh masuk tapi jangan mengatakan apapun yang membuat Naila sedih"Ucap Bu citra dengan raut datar

"Iya bu"

Aryan membuka pintu dan mendapati istrinya. wajahnya yang pucat dan tatapan kosong yang menerawang ke jendela rumah sakit membuat ia merasa kalang kabut. ia berpikir mungkin naila masih syok dengan kejadian tempo lalu dan sekarang suasana sangat sunyi ia tidak tau harus memulai darimana untuk menenangkan istrinya. Aryan berjalan mendekati Naila.

"Nai makan dulu ya, mas sudah membelikan bubur ayam tadi mumpung masih hangat. pasti kamu tidak akan suka makanan disini karna buburnya hambar"
kata Aryan dengan lembut. tidak ada sikap ketus dan dingin seperti biasanya semua sikap itu sudah menguap setelah ia mulai mencintai Naila.

"aku tidak lapar" Kata naila dengan suara ketus. ia terluka bahkan sangat terluka. setelah semua kejadian beberapa hari yang lalu dimana suaminya lebih memilih Fania dan sekarang Aryan malah bersikap baik seakan-akan tidak terjadi apa-apa. sebegitu bencikah aryan sampai tidak pernah bisa menghargainya??? pikir Naila dalam benaknya

"Sayang, kenapa tidak makan? ada yang sakit?"Kata Aryan yang berusaha memberikan perhatiannya pada wanita yang itu

"Sudahlah lebih baik kamu pergi saja, jangan bersikap baik kalau akhirnya kamu akan meninggalkanku. aku tidak mau berharap lagi"kata Naila ketus. bahkan naila memalingkan wajahnya untuk menutupi matanya yang sudah berkaca-kaca. ia tidak akan berharap lagi pada suaminya itu. ia sudah terlalu sakit menahan beban selama satu bulan ini dan sekarang melepaskan Aryan kepada Fania mungkin pilihan yang terbaik.

"Nai, tolong jangan seperti itu. mas minta maaf sudah membuatmu kecewa. tolong beri kesempatan satu lagi. kita bisa membuka lembaran baru tanpa ada orang lain. tidak ada Fania tidak ada Farel dan hanya kita saja. aku mencintaimu. sangat"

Aryan merasa frustasi dengan sikap Naila yang berubah drastis. ia tidak siap kalau harus berpisah dengan Naila. egonya terluka, mengetahui perempuan yang mulai ia cintai sudah berubah sikap.

"Maaf kalau aku terlalu egois sudah mengekangmu dalam pernikahan ini. dan sekarang kamu bisa bebas bersama Fania tanpa ada aku lagi. semoga kamu bisa menemukan kebahagiaanmu sendiri tanpa adanya aku" balas Naila dengan mata sembab menahan air mata. sebenarnya naila tidak mau berpisah dengan aryan tapi mau bagaimana lagi, ia sadar diri kalau kehadirannya tidak pernah diinginkan oleh aryan.

"Nai, aku sudah meninggalkan Fania. aku sudah memilihmu. kita tidak akan berpisah. jadi jangan katakan itu lagi oke. kamu pasti lelah, kamu istirahat ya"ucap Aryan mencoba mengalihkan pikiran Naila agar tidak mengungkit masalah itu lagi.
.
.
.

Aryan POV

"Dokter, bagaimana keadaan istri saya? apakah sudah bisa pulang?"tanyaku pada dokter

"Alhamdulillah ibu naila sudah membaik dan boleh dibawa pulang. tapi harus banyak istirahat karna luka sobek bekas operasi diperutnya masih basah jika ibu naila banyak bergerak lukanya akan sobek dan sulit sembuh. ini saya berikan resep obatnya"

"Makasi dok, kalau begitu saya permisi"ucapku melenggang pergi

aku menyusuri koridor rumah sakit dan berpapasan dengan orang tua dan ibu mertuaku.

"Nak, bagaimana keadaan naila? tadi dokter bilang apa?"tanya ibu Safitri

"Naila sudah bisa dibawa pulang bu. tapi harus banyak istirahat"ucapku dengan senyum.
.
.
.

Setelah aku menebus obat dan membayar biaya administrasi aku pulang dengan mobil dan sekarang aku sudah sampai dirumah

"Nai, pegangan ya. mas gendong"ucapku. aku tidak mau naila kecapekan lagi

"Hm"

Jawaban yang sangat singkat bagi Naila yang selama ini tidak pernah cuek padaku. bahkan saat dimobil ia juga diam tanpa bersuara. ini memang semuanya salahku dan aku juga yang harus menyelesaikannya. kupastikan aku akan merebut hati istriku lagi.

"ini bukan kamarku"jawab Naila dengan ketus dan tatapan yang tajam.

aku tau karna selama ini kami pisah kamar. Baiklah aku memutuskan tidur dikamar naila karna aku ingin memberikan kenyaman untuknya. mungkin istirahat dikamarnya sendiri akan lebih baik.

aku rebahkan dia di kasurnya yang bewarna soft pink dan melihat wajahnya dari jarak dekat, dia sangat cantik aku bahkan baru menyadari kalau istriku memiliki wajah yang manis. apakah selama ini aku dibutakan oleh Fania hingga tidak pernah memperhatikan istriku yang selama ini aku sakiti?? secerca harapan timbul dalam benakku. apakah suatu saat nanti Naila masih mau membuka hatinya lagi seperti dulu.

"Jangan menatapku seperti itu. aku tidak suka"jawab naila dengan mendorong dada bidangku. pasalnya posisi kami sangat dekat

"Oiya maaf nai, kamu sebaiknya tidurlah. nanti mas akan mengantarkan obatmu. Safakillah Zauwjati"
ucapku sambil mencium keningnya. aku tau dia memejamkan matanya karna selama ini aku tidak pernah bersikap lembut padanya.
aku memang kejam sekali, tapi memang ini salahku.

sebenarnya aku merasa sakit hati melihat penolakan Naila tapi aku akan memakai cara yang lembut supaya ia bisa luluh dan bisa memaafkanku lagi. aku akan berusaha tidak ketus kasar maupun dingin. sebisa mungkin aku akan membuatnya betah untuk selalu disampingku.

"Aku akan membuatmu bahagia lagi" lirihku dalam hati.
.
.
.
.
.

Malam hari tepat pukul 21.00 aku berjalan menaiki tangga dengan tergesa-gesa. aku tidak melihat naila dimeja makan karena tadi aku sempat kedapur mengambil air saat kami makan malam. aku takut dia pergi dari rumah ini namun kekhawatiranku hilang melihat Naila duduk disofa dalam kamarnya dan sedang melihat film horor.

"Nai, kamu membuatku khawatir. mas pikir kamu pergi dari rumah"ucapku parau tapi hening, naila bahkan tidak merespon dan asik melihat film horor di televisi.

aku mendekatinya dan memegang pundaknya

"Nai..."

"Aaaaaaa....."

Naila menjerit dengan keras dan menubruk tubuhku dengan tiba-tiba. aku tidak siap dan kehilangan keseimbangan yang akhirnya aku jatuh telentang dikasur dekat sofa dengan posisi kaki menjuntai kebawah sementara naila berada di atasku.

kami bertatapan beberapa menit. aku memegang pipinya yang lembut dan baru saja aku ingin merengkuhnya tiba-tiba dia bangun

"Mm...maaf mas, naila tidak sengaja karna tadi kaget melihat wajah kuntilanak di televisi"

"Iya tidak papa mas justru senang"

"Hahh? kenapa senang?"

"Ohh tidak papa lupakan saja"kataku pada naila. sebenarnya aku senang gara-gara kuntilanak itu muncul aku dan naila menjadi sedekat ini bahkan sangat dekat.

menyadari kalau kami dalam posisi dekat naila bangun dan kulihat wajah nya merah. aku yakin dia sangat malu, tapi tidak papa setidaknya dia bisa melupakan kejadian tadi siang dirumah sakit dimana kami berdebat kecil.

aku harap kuntilanak tadi muncul lagi agar aku dan naila bisa dekat seperti barusan

"emm mas nanti temani naila tidur. aku takut ada kuntilanak"

Aku ingin tertawa kenapa dia lucu sekali. aku tidak menyangka naila perempuan dewasa yang sikapnya bijaksana dan sabar bisa berubah seperti anak kecil. aku senang sekali dia bisa manja padaku

"Iya pasti" jawabku sambil mengerlingkan mata bermaksud menggoda dan seperti bisa wajahnya bersemu merah lagi. aku rasa naila memang bisa menghiburku dengan segala tingkah absurdnya. aku menyesal dulu sudah menyia-nyiakan dirinya.
.
.
.
.
.

Maaf telat update, makasi sudah membaca cerita saya.

sampai ketemu lagi ukhti dipart selanjutnya💕

Stay With Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang