Enigma (10) - Menjemput Anna

53 7 2
                                    

Entah bagaimana,
melalui jalur apa,
nyatanya kini kau menjadi penguasa.
Di dalam hati yang sebelumnya tak berpenghuni.
Kau memilikinya.
Dan aku begitu bahagia, karena kau adalah orangnya.

- Enigma -

🔥🔥🔥

Happy reading dan jangan lupa votmennya ^^

🔥🔥🔥

Setelah memastikan Anna pulang menaiki bus yang dia katakan, Al mengangkat tangannya ke udara. Menjentikkan jarinya hingga sebuah tembok hitam tinggi menjulang keluar dari tanah, mengelilingi sisinya. Bayangan yang masih berada di bawah kaki Al itu hendak kabur, namun sayang pergerakan Al lebih cepat bahkan dari angin sekalipun.

Dengan satu tangan mengarah pada bayangan, Al mencekik bayangan hitam itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi hingga wujud dari bayangan itu terlihat jelas di depan mata Al.

Tangannya yang lain mengeluarkan sebuah pedang dengan ujung yang sangat tajam dan berkilau. Al melempar wujud bayangan tadi, dan pedang yang dipegangnya itu pun melayang dengan cepat dan tanpa ragu menghunus perut laki-laki yang kini tersenyum remeh ke arah orang yang berdiri di depannya.

"Hanya ini saja kemampuanmu? Kemana kekuatanmu yang dulu? Hilang karena jalang sialan itu?" ejek Gen. Laki-laki dengan jubah hitamnya yang menjuntai hingga menyentuh tanah. Sang wujud bayangan yang begitu gencar mengganggu Al.

Seringai di ujung bibir Gen tak lepas ia tunjukkan kepada musuh besarnya, Alpheus. Luka tusukkan pada perutnya bukanlah apa-apa. Bahkan dalam sekejap luka itu menghilang.

Tatapan tajam Alpheus, juga kepalan tangan di sisi tubuhnya menjadi sebuah jawaban dari semua pertanyaan yang dilontarkan Gen.

Sepertinya malam ini adalah malam yang cocok sebagai waktu kematian Gen. Iblis yang tidak pernah puas melihat kemarahan Al.

"Kau akan menyesali ucapanmu itu," ucap Al. Genggamannya pada sebuah pedang berlumur darah di tangan kanannya menguat. Memegang erat hingga buku-buku tangannya memutih. Mengumpulkan semua amarahnya di sana.

"Kau yang akan menyesalinya, Al," ucap Gen remeh. Ia masih menyeringai mencoba menyulut amarah Al lebih dalam. "Lagi pula, siapa yang tidak tahu jika jalang itu yang membuatmu menjadi bodoh seperti sekarang?"

Seringai Gen bertambah lebar, ia bahkan memiringkan sedikit kepalanya. Dengan tatapan meremehkan dia kembali berkata, "Semua makhluk di Langit mengetahuinya, Al. Hanya kau yang tidak. Karena apa? Karena kau begitu bodoh terlena oleh jalang itu!"

Al tidak perlu berkata-kata lagi. Tanpa hitungan detik pedang di tangan Al itu kembali melayang, menunjukkan kemampuannya pada sebuah kulit hingga menembus ke dalam tubuh Gen. Hampir menyentuh jantung laki-laki itu. Kesengajaan yang dilakukan Al untuk menikmati penderitaan Gen.

"Arghh..." ringis Gen kuat. Mulutnya menyemburkan banyak darah hingga cairan kental berwana merah itu melumuri tubuh bagian depannya.

Namun seolah tak cukup bagi Al, ia kembali menusukkan pedang itu hingga menembus tubuh bagian belakang Gen. Kemudian dengan cepat pula ia menariknya. Membuat Gen harus menahan rasa sakit yang terasa seolah membuatnya hilang nyawa.

Gen salah jika ingin bermain-main dengan Al. Karena bagi Al, bermain dengannya sama dengan menantang maut. Alpheus tidak akan membiarkan lawannya lepas begitu saja. Penyiksaan terbaik adalah ketika lawan menderita secara perlahan.

Enigma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang