Aku selalu ingat,
bagaimana perasaan itu pertama kali datang.
Dan sampai sekarang,
kau adalah orangnya.- Alpheus Vimariel -
••••••••••••
"Pagi, Anna. Kau datang lebih lambat hari ini," sapa Vira yang duduk sembari menyemil beberapa makanan yang dibelikan oleh kekasihnya, Jay.
"Ah iya maaf, aku belum sempat mengabarimu. Kemarin malam aku baru saja mengurus kepindahanku ke rumah lama. Jadi semalaman aku harus membersihkan rumah dan membuat tidurku kurang hingga terlambat masuk hari ini."
Vira mengupas kulit buah orange dan melahapnya dengan ekspresi menahan rasa asam manis di lidah, "Memangnya kenapa kau pindah?"
"Ada alasan pribadi, ku harap kau mengerti."
Vira menganggukkan kepalanya mengerti. Toh dia juga tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. "Tidak apa-apa, lagi pula aku juga akan di sini sampai jadwal shiftku tiba."
"Kau tidak pergi dengan Jay?" tanya Anna. Gadis itu mulai memakai apron linennya dan bergerak membereskan bunga-bunga di toko. Padahal setiap hari dia membersihkan debu-debu pada rak, namun tetap saja keesokan harinya rak-rak itu akan berdebu kembali.
Vira bertopang dagu dengan wajah kusutnya, "Jay sedang sibuk mengurus pekerjaannya agar bisa ia selesaikan sebelum pernikahan kami tiba."
"Kau pasti sangat senang karena sebentar lagi kalian akan menikah. Bukan kah tinggal menghitung hari?"
"Ya, aku sangat senang. Tapi aku juga bingung, bagaimana cara menjadi istri yang baik untuk seorang suami? Kau tau, aku tidak bisa melakukan pekerjaan rumah. Ibuku bahkan sering mengomel karena aku terlalu sering memecahkan piring ketika mencuci.."
Anna terkekeh pelan, "Lambat laun kau akan mempelajarinya. Itu bukanlah hal yang terlalu sulit, aku yakin kau pasti bisa jika mau belajar sungguh-sungguh."
Vira menganggukkan kepalanya dan tersenyum senang mengingat Jay yang begitu peduli padanya, "Lagi pula, aku dan Jay sudah sepakat untuk menyewa pembantu jika kami kewalahan mengurus rumah. Jay tidak setega itu membiarkanku mengurus rumah sendirian."
Anna ikut tersenyum mendengarnya. Lihatlah bagaimana Jay memperlakukan Vira dengan begitu lembut dan pengertian, "Itu karena Jay begitu mencintaimu. Aku turut senang mendengarnya."
"Tenang saja, Anna. Al pun begitu mencintaimu, aku yakin itu," ujar Vira dengan senyuman menggodanya.
Anna menggeleng pelan, "Kami sungguh tidak ada hubungan apa-apa, Vira. Aku dan Al hanya dua orang yang bertemu secara tidak sengaja dan kebetulan menjadi teman."
Vira menggelengkan kepalanya tidak percaya, terlebih setelah apa yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. "Eiyy jangan begitu. Kau tidak bisa membohongiku. Aku tahu hanya dengan melihat tatapan Al."
"Memangnya tatapan Al bagaimana?" tanya Anna bingung. Pasalnya Al kerap kali menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Kadang kala Al menatapnya seolah ada kata-kata yang ingin ia sampaikan. Kadang pula seolah hendak memakannya. Kadang pula terasa seperti laki-laki itu menyimpan amarah terhadapnya.
Vira menegakkan tubuhnya dengan raut wajah nampak begitu paham dengan apa yang akan ia sampaikan. Banyak menonton film bergenre romance membuatnya dengan mudah memahami jenis tatapan laki-laki kepada seorang gadis.
"Tatapan yang sering Al layangkan kepadamu itu jenis tatapan cinta. Ia menyukaimu Anna. Apa kau tidak mengerti?"
"Em... A-apakah menurutmu begitu?" tanya Anna balik. Sebenarnya, ia pun sempat berpikir begitu, akan tetapi bukankah itu tidak masuk akal? Bagaimana bisa Al menyukai gadis biasa sepertinya? Terlebih lagi Al adalah seorang Dewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma
FantasiaRoseanna harus menyerahkan hidupnya pada sosok misterius yang telah ditolongnya pada malam itu. Perlahan, kebenaran terungkap. Tentang siapa jati diri sosok misterius itu dan masalah yang belum terselesaikan menyangkut dirinya juga sosok itu dari ma...